Chapter 1 | Traitor

2.3K 197 13
                                    

Chapter 1 | Traitor

I thought.... love will never come

to the wrong person.

.

.

.



       "Gila gila gilaaaaa!"

Begitu tepukan serta kehebohan yang dibuat oleh para kumpulan wanita begitu terlihat sosok wanita yang baru saja melangkahkan kaki memasuki restaurant hotel bintang lima milik salah satu kerabatnya.

"Tokoh utama kita akhirnya datang juga!!" Teriak salah diantara wanita yang langsung memandu para wanita lain untuk bersorak-sorai.

Miya, wanita yang baru saja datang itu tersenyum melambai bak putri sambil belagak terharu. Mengundang para temannya untuk tertawa lepas sambil menyoraki wanita cantik yang hari itu mengenakkan dress hitam anggunnya.

"Duh calon Bu dokter kemana aja sih lama banget... belum jadi dokter aja udah sesibuk ini lo?" Jennie, wanita yang duduk di paling ujung itu, salah satu dari dua sahabat terdekat Miya bertanya.

Miya tersenyum. "Iya iya... sorry banget yah telat. Nunggu Reno lama banget ternyata ada panggilan dari kantor jadi ngabarinnya telat." Kata wanita itu memandu seluruh orang yang ada di meja makan berseru dengan kompak bersuka cita.


"Aduuuh iya deh yang kemarin baru aja dilamar."

"Masih anget dan so sweet so sweet-nya ya beb..."

"Ih happy banget akhirnya punya gandengan serius."

"Beruntung banget gak sih kayaknya hidup lo tuh, Mi..."


Dan komentar lainnya yang membuat wanita berambut panjang itu tersenyum manis membalas para komentar teman-temannya.

"Berkat doa-doa lo semua kok... eh btw udah pada pesen makan belum? Hari ini gue traktir yah? Itung-itung ngerayain pertunangan gue." Kata Miya sambil melambai memanggil pelayan. Membuat kehebohan pada meja yang memiliki posisi menghadap pemandangan paling indah malam itu kembali terdengar.

Miya tersenyum memandangi para teman-temannya yang asik saling mengobrol. Wanita dengan kepribadian super ekstrovert itu selalu senang saat dikeliling banyak orang di sekitarnya. Miya merasa energinya semakin bertambah naik saat wanita itu bisa bertemu dan mengobrol banyak. Itu sebabnya Miya jarang menyukai kesendirian.

"Mi!" Kepala Miya reflek menoleh saat bahunya ditepuk. Matanya melebar saat melihat Jennie mengulurkan tangannya kemudian menarik wanita itu cepat pergi dari sana. Menjauh dari meja tempat mereka makan.

"Mau kemana sih Jeeen..." protes Miya saat tertarik pasrah Jennie yang keluar dari dalam restaurant menuju bagian luar rooftop.

Jennie mengehentikan langkahnya, mendengus berat saat menatap sahabatnya itu yang mengerjap-ngerjapkan matanya polos. "Elu tuh kapan pinternya sih?" Tanya Jennie membuat Miya langsung melengos.

"Apa lagi ini Jen?"

"Apalagi lo bilang? Lu enggak liat itu orang berbisa semua? Lu gak takut dipatok apa Mi? Lu sadar gak sih elo makin buka kesempatan buat tuh cewek-cewek makin manfaatin elu?!" Jennie berkacak pinggang.

Miya menghela nafas panjang. "Temen Jeeen mereka semua temen. Temen gue dan temen elo juga kan. Jangan gitu kenapa sih."

"Temen apa yang ngejelekin elo dibelakang Miya... Lo sadar gak bahkan sebelum lo dateng kesini, itu cewek-cewek ngehujat lo di belakang. Terus lo dengan manis dan santainya bilang mau traktir mereka? Lu bener-bener deh ya, Mi." Tunjuk Jennie sudah emosi sendiri.

NuragaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang