Chapter 6 | Ex-boyfriend

1.1K 153 9
                                    

Chapter 6 | Ex-boyfriend

Serendipity,

.

.

.

Miya memarkirkan mobilnya di depan gedung restaurant yang tutup dan terlihat gelap dari arah luar. Wanita itu menarik nafasnya panjang sebelum melepas seat belt. Melangkah dengan tenang keluar dari mobil menuju pintu restaurant yang tak terkunci.

"Miyaaa!!"

Panggilan suara nyaring dan familiar membuat wanita itu menolehkan kepala. Miya tersenyum tipis, menghela nafas pendek saat menemukan tiga orang sepupunya sudah memulai aktivitas makan malam bersama lebih dulu.

"Maaf ya gue telat..." Miya berjalan menuju satu-satunya meja disana yang dinyalakan terlihat terang dengan pecahayaan lilin. Wanita berhijab itu menghampiri dua pria sepupunya dan Irene yang bangkut dan memeluk Miya erat sebelum ia duduk ikut bergabung.

"You okay? Kok bisa telat banget?" Tanya Irene yang malam ini mengenakan gamis biru gelap duduk di sebelah Miya.

Miya mengangguk. "Gak papa... tadi ngantar teman pulang ke rumah dulu sekalian, baru mampir kesini." Jawab Miya seadanya.

Salah satu sepupu pria Miya yang mengenakkam apron hitam memajukan wajahnya. Mengangkat sebelah alis sambil tersenyum penuh arti.

"Lo abis ketemu Mom? Punya rencana baru apa lagi lo?" Tanya Mark, salah satu sepupunya sekaligus pemilik restaurant tempat mereka bertemu, tanpa basa-basi.

Irene menepuk tangan Mark cepat. "Berisik lo. Ambil sendok sama garpu lagi sana. Kasihan ini anak belum makan malam." Tegur Irene galak. Memerintah pria yang dua tahun lebih muda darinya itu.

Mark mencibir. Menurut dan beranjak bangkit kemudian berjalan menuju kitchen di belakang.

Masih mengikuti jejak sang Mamah, Ayna. Yang menjadi pattsiere chef sekaligus dosen tata boga itu. Mark satu-satunya sepupu Miya yang menjatuhkan passion sekaligus pilihannya pada dunia kuliner sejak lulus SMA.

Hal yang sejak dulu diam-diam Miya cemburui dari pria itu.

Berbeda dengan Miya yang segala keputusannya sebagian besar lebih sering diputuskan oleh sang Mamah.

Mark mempunyai banyak kebebasan dengan pilihan masa depannya. Kini pria itu sudah cukup sukses melanjutkan bisnis restaurant keluarga Rhaendra yang berkerja sama dengan sang Ayah Miya sendiri.

"Jadi, rencana balas dendam lo setelah ini apa?" Tanya Irene memangku sebelah pipinya di atas meja. Memandangi Miya yang mengambil suapan makanan dari piring Irene.

Miya mengernyit. "Maksud lo?"

Irene mendengus, melirik pada pria dengan kemeja biru gelap yang duduk di sebrang meja sambil menyesap kopinya.

"Yaa... maksud gue--"

"Mantan tunangan lo. Mau diapain setelah lo balik sekarang?" Tanya Barram, sepupunya yang menjadi saksi perselingkuhan pasangan Miya beberapa bulan itu memotong kalimat Irene.

"Ah......" Miya mengangkat alisnya seakan baru teringat. "Buang lah, ngapain amat. Waktu gue lagi di Korea, gue udah kirim pesan ke alamat email kerjanya buat putusin dia." Jawab Miya enteng.

Irene meledakkan tawa. Wanita itu bahkan sampai memukul-mukul bahu Miya sangking puasnya. Berbeda dengan Barram yang melengos panjang.

"Udah? Gitu doang?" Tanya pria itu kelihatan sama sekali tak puas.

NuragaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang