Chapter 4 | Muda dan Tampan

1.2K 168 2
                                    

Chapter 4 | Muda dan Tampan

There is one path, which will lead
back to destiny.

.

.

.



     "Explain youself!!"

Ceisya melipat kedua tangan di depan dada. Menatap tajam Miya yang medengus karena bakwannya disita oleh sang pemilik acara.

Miya berdehem pasrah. "Lo mau gue jelasin apa?" Tanya wanita itu kalem.

"Semuanya! Dari A sampai Z. Dari awal sampai akgir. Dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kemana aja lo selama 7 bulan ini? Hape ditinggal, nomor gak bisa dihubungin. Medsos semua dihapus. Gak ada yang bisa tracking jejak lo kecuali bokap lo sendiri yang gak bisa disogok pake duit karena Om Yuda jelas gak kekurangan duit!" Sembur Ceisya panjang sampai membuat Irene dan Aluma berdecak kagum. Bertepuk tangan melihat bagaimana ibu hamil itu nge-rapp sambil mengomel.

"Lo kemana aja? Ambil part time jadi agen intel makanya gak bisa dihubungin? Atau abis ambil liburan ke Mars makanya gak bisa balik telfon gue? Kak Gyuma bahkan gak bisa tracking lo lewat kartu kredit karena selama 7 bulan karena lo gak ada transaksi sama sekali."

Miya mengernyit. "Ngapain lo semua sampai tracking kartu kredit gue?"

"Karena gue khawatir, Miyaaaa!!" Emosi Ceisya sudah naik darah hingga ke ubun-ubun.

Ganes yang duduk disebelah wanita itu segera maju mengusap punggung Ceisya dengan lembut. "Udah, udah... kan udah gue bilang. Atur diri sendiri sama emosinya. Bayinya kasihan denger lo marah-marah terus dari tadi." Kata Ganes berusaha menenangkan.

Ceisya menghela nafas panjang. Membuang mukanya jauh-jauh dari Miya sampai tetesan hangat dan bening dari matanya terjatuh ke pipi membuat para wanita itu langsung heboh bukan main.


"Heee aduh aduuh kok malah nangis?"

"Tissue tissue eh mana tissue!"

"Argaaaa ini si Miya nangisin Ceisya nih!"

"Mulut lu ya jangan bikin kompor!"

"Miya, lu tanggung jawab bikin calon ibu nangis!"


Dan kehebohan lainnya yang membuat Miya ikut kalang kabut. Tak menyangka akan membuat sepupu yang sudah ia anggap menjadi adiknya sendiri itu menangis.

Miya maju, mengalungkan tangannya pada leher Ceisya kemudian mengusap puncak kepala wanita itu. Membuat para wanita disana yang melihat itu kompak berseru terharu.

"Maafin gue yah Sya... gue gak tau lo sekhawatir itu." Kata Miya menguraikan pelukannya. Mengusap air mata Ceisya dengan lembut. "I'm sooo sorry... keadaan gue saat itu lagi buruk. Gue butuh waktu sendiri." Kata Miya membuat Ceisya semakin menangis deras.

"Terus gue apa? Lo kan punya gue! Sejak kapan lo susah tapi gak hubungin gue? Elo yang biasanya potong rambut kependekan terus nangis ke gue, sekarang sampai lupa sama gue? Gue ini siapa?" Cerca wanita itu terluka. Karena berbeda dengan yang lainnya, Ceisya lah yang sejak dulu selalu berada disisi Miya. Bahkan karena umur keduanya yang sebaya itu, mereka berdua sering disebut kembar karena selalu bersama ke manapun pergi.

Miya meraih kedua tangan Ceisya. "Lo saudara gue, orang yang paling sayangi. Tapi saat itu gue lagi butuh sendiri Sya... bahkan gue ngelarang bokap gue buat datangin gue." Katanya jujur.

NuragaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang