Chapter 2 | Kosong

1.5K 202 7
                                    

02. Chapter 2 | Kosong

Time to say goodbye...

.

.

.



       Dering ponsel hape Miya belum juga berhenti sejak kemarin. Wanita itu masih terbaring lemas di kamar tidurnya. Meringkuk di bawah selimut sambil menatap kosong luar jendela lewar tirai kamarnya.

Siapun yang melihat Miya sekarang, terlihat jelas bahwa wanita ini sedang berduka. Miya bahkan sudah hampir seperti zombie karena kantung mata hitamnya yang tercetak jelas. Sudah hampir lebih dari 24 jam wanita itu tidak tidur.

"MIYAAAAAA!!!" Suara teriakan nyaring dari arah luar kamarnya membuat Miya sempat mengedip tersadar.

Miya menarik selimutnya lebih tinggi. Mencoba menutupi telinga menulikan suara salah satu sepupunya yang kini menggedor-gedor pintu kamarnya dari luar.

"MIYAAA!! BUKA KAMAR LO SEKARANG ATAU GUE HANCURIN NIH PINTU!!" Ancam sepupunya lagi itu terdengar kesal.

Miya mendesah panjang. Memejamkan matanya kali ini berusaha buta seakan tak terjadi apa-apa.

"Fine!" Suara kesal wanita itu akhirnya menyerah. "Kalau dalam hitungan ketiga, lo gak buka pintunya. Jangan harap lo gue izinin bisa ketemu calon ponakan lo!"

Ralat. Kali ini ancamannya lebih serius. Wanita itu menggeram kecil.

"Satu...."

Miya menyibakkan selimutnya. Menatap arah pintu dengan kesal karena suara sepupu terdekatnya mulai menghitung mengancam.

"Dua...."

Wanita itu mau tak mau melompat bangkit. Berjalan cepat menuju pintu dengan lemas.

"Ti.....!!"

"Bisa gak gausah pake jual nama calon ponakan gue?" Ketus Miya begitu pintu kamarnya terbuka. Menatap pada sosok wanita cantik dengan balutan hijab beige berdiri di depan pintu sambil berkacak pinggang.

"Bisa gak kalau galau berhenti kaya anak SMA? Norak tau, umur lo udah hampir 28. Please yah sadar diri." Balas wanita berhijab itu tak kalah sadis. Mendorong Miya menjauh dari pintu sambil mengusap-usap perutnya yang sedikit membuncit.

"Elu tuh udah bikin satu keluarga khawatir tau gak?! Om Surya bahkan nelfon gue pagi subuh tadi dan minta jenguk ke rumah buat liat keadaan lo. Gue tau lo sedih, tapi setidaknya ngabarin keluarga sendiri! Lo gak tau udah berapa kali kita semua coba ngehubungin lo? Kak Adnan bahkan hampir terbang dari Lombok dan cuti pulang awal kalau gak gue hubungin dia dulu. Lo tuh bukan anak kecil! Jadi stop bertingkah kayak anak kecil!" Marah wanita berhijab itu sambil mengatur nafasnya.

Miya menyisir rambut panjangnya ke belakang frustasi. Pakaian yang dikenakannnya masih sama dengan malam kemarin saat wanita itu kembali dari hotel.

"Udah? Lo dateng cuma buat marahin gue doang?" Miya membalikkan badan.

"Miya!!" Tegur Ceisya kesal.

NuragaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang