Bab 01

802 17 1
                                    

Baca note dibawah!

***

SMA Erlangga adalah sekolah terfavorite di kota Bandung, fasilitas yang lengkap. Seperti lapangan, ruang musik, perpustakaan, kantin, dan masih banyak lagi. Sekolah ini menjadi idaman para pelajar, tapi tidak mudah masuk ke sini, hanya orang-orang yang memiliki otak cerdas, tapi dengan adanya uang bisa masuk dengan mudah.

Di setiap sekolah pasti mempunyai most wanted boy dan most wanted girl, dan di sini mereka semua kumpul, siapa yang tidak kenal dengan mereka? Mereka adalah jejeran orang terkaya, dan jangan lupakan otak yang cerdas, tapi tidak semuanya. Ingat tidak semuanya!

***
09:30

Seorang gadis menatap tajam pacarnya dari arah pintu kantin, dia berjalan cepat. Dan langsung menjewer telinganya, tidak peduli telinganya akan copot.

"Awsh ... lepas, jangan dijewer. Lo kira gue bocah," dengusnya sambil melepas tangan pacarnya.

Bukannya dilepas, malah semakin kencang. "Bagus ye, pacarnya lagi sakit di UKS. Elo malah enak-enakan  makan bareng cewek laen," ucapnya.

"Lepas dulu elah," pintanya.

Tangannya buru-buru mengusap daun telinganya yang rasanya hampir copot. "Galak bener jadi cewek."

"Gilik binir jidi ciwik, hilih bacot!"

"Astagfirullah mulutnya, mau gue pecat jadi pacar?"

Bukannya takut, dia malah bersorak senang. "Bagus, pecat aja sekalian putusin. Gue juga mau ngejar si Aa Andra!"

Pemuda itu melotot tajam, dia tidak akan rela. "Jangan macem-macem lo, Alien!"

"Apa-apaan, nama gue Alia! A-L-I-A, bisa baca, 'kan?" dengusnya, nama sudah bagus. Malah dipanggil seenak jidat.

Alia Qariera Wijaya, most wanted girl pertama. Dia gadis cantik pemilik hati salah satu most wanted boy, tak jarang banyak yang ingin menghancurkan hubungan mereka. Memiliki sifat baik, dan cuek terhadap orang baru. 'Sifat gue tergantung sama sifap kalian, gue orangnya welcomean kok. Tapi jangan salah gunakan, lo belum tahu siapa gue.'

"Biasa, itu nama panggilan sayang dari gue. Biar beda," balasnya santai.

"Serah elo, Zid!"

Zidan Ardava Lesamana, most wanted boy pertama, pacar dari seorang Alia. Memiliki sifat random, dan playboy, tapi sekarang udah tobat semenjak Alia hadir di kehidupannya, jangan lupakan wajah yang tampannya, dan mantan yang bejibun. 'Lo adalah gadis yang membuat gue ngelupain apa itu masa lalu, lo bangkitin semangat gue.'

"Gimana keadaan lo? Dah mendingan," tanyanya.

Alia duduk disebelah Zidan, cewek-cewek yang duduk bersama Zidan sudah pergi. Mereka malas melihat drama percintaan mereka, dan pastinya iri.

"Udah," jawabnya sambil memakan bakso milik Zidan.

Zidan tersenyum melihatnya, Alia tidak merasa jijik walau makan bekas dirinya. Walau mereka sering berantem, tapi percayalah mereka saling sayang dan cinta.

"Nanti pulang bareng gue," ucapnya sambil mengusap kuah bakso dekat bibir Alia.

"Iya, Zid."

Sekarang mereka fokus dengan aktivitasnya sendiri, Zidan sibuk dengan ponselnya begitupun Alia.

Ting!

[Mohon maaf kuota internet Anda telah habis.]

Mata Alia membulat terkejut, baru juga mau scroll tiktok, udah habis aja. Dan apa ini? Baru juga kemarin lusa diisi.

"Zid, minta hotspot dong. Kuota gue abis," ucap Alia memelas.

Zidan mengangguk, kasian juga pacarnya. "Udah!"

Alia menatap Zidan tajam, Zidan menaikan satu alisnya. "Apa?"

"Passwordnya, ogeb?"

"Nama kamu," jawabnya.

Alia menatap Zidan intens, sebegitu bucin kah dia, sampai-sampai passwordnya nama Alia? Alia jadi senyam-senyum sendiri, dia baper.

Alia buru-buru mengetik namanya, tapi malah salah. Dia coba sekali lagi, dan tetap sama hasilnya.

"Kok, salah?" tanya Alia heran.

"Lah, emang lo tulisnya apa?"

"Kata lo 'kan nama kamu, yaudah gue tulis nama gue." jawab Alia.

Zidan tertawa ngakak, "Ya salah lah, lo juga geer banget. Harsunya lo ketik NAMA KAMU, bukan malah ketik nama lo." ucap Zidan sambil menekan kata Nama Kamu.

Alia menatap Zidan datar, dia kesal telah dibohongi cowok itu. Dia juga ke geer 'an banget.

'Malu banget, sumpah. Seseorang tolong lelepin gue sekarang juga. Please!'

***

Sedangkan di koridor, teman seperjametan Zidan sedang tebar pesona.

"Neng, boleh A'a jadi imammu?" Suara Buaya terdengar merdu, membuat gadis di depannya menatap dengan datar.

"Gak, gue udah sholat tadi," jawabnya ketus dan pergi dari hadapan tiga pemuda tampan itu.

"Mampus lo," ejek Devan.

Adelard Devano Harchie, mos wanted boy kedua, dia adalah sepupu dari Zidan. Memiliki sifat sedikit kalem, sedikit! Tidak kalah tampan dari Zidan dan yang lainnya, tapi sayang sampai saat ini dia masih jomblo. 'Gue masih mau sendiri, mau nenangin hati, jiwa dan raga. Nanti gue di tinggal pas sayang-sayangnya lagi,' perkataan Devan waktu ditanya kenapa gak mau pacaran.

"Diem lo, Udin!" Indra menatap tajam temannya, dia meraktekin apa yang dibilang Zidan, tapi kenapa hasilnya jadi gini?

Indra Fransisco Loric, most wanted boy ketiga. Memiliki wajah paling imut diantara ketiga temannya, bisa dibilang baby face, tapi sayang sifatnya playboy. 'Ngapain punya wajah ganteng kalo gak di manfaatin? Mubazir, cok mubazir!'

"Udah-udah, kita susul si Zidan," lerai Andra.

Andra Nathan Ardimana, most wanted boy terakhir, paling kalem diantara temannya, tapi kalau sekali ngomong. Beuh ... nusuk sampai tulang sum-sum, memiliki wajah tidak kalah tampan dari temannya. Banyak yang ngantri ingin menjadi pacarnya, tapi dia tolak dengan mentah-mentah. 'Gue nolak kalian karena ingin jaga hati buat gadis kecil gue, walau pun beribu cewek cantik yang dateng ke gue, dia bakalan tetap di hati. Gadis kecil!'

***

"Bagus ya, temen sendiri di tinggalin." Zidan menatap Indra malas, pengganggu!

"Ndra, mending lo pesenin kita makanan," ujar Devan. Dia segera duduk di depan kedua sejoli itu.

"Lo kira gue babu gituh?" Indra menatap tajam Devan, "Punya tangan, punya kaki 'kan? Sendiri, jangan manja!"

Indra tidak peduli dengan tatapan Zidan, dia duduk di samping Alia.

"Mau mati?" Indra berdecak, kapan ia tenangnya?

"KU MAU DIA TAK MAU YANG LAIN, HANYA DIA ... anjer gue lupa lagi, apa kelanjutannya," gerutunya. Indra menyengir saat melihat tatapan dari teman-temannya, apa salahnya dia nyanyi? Lagian suaranya juga bagus, pikirnya.

"Diem, ogeb! Suara lo mirip kaleng rombeng," ucap Devan dengan wajah tanpa dosanya.

Indra bangkit, menatap Devan dengan berkacak pinggang. "Heh! Enak aja, suara gue bagus gini kek Nasar."

"Iya, bagus. Saking bagusnya gue mau rob3k mulut lo," celetuk Andra.

Indra menutup mulutnya, hey! Bibir sexynya belum pernah ngerasain apa itu c1uman. "Jangan anjer!"

Zidan [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang