Bab 29

98 6 0
                                    

Zidan kembali menutup matanya sambil menyenderkan kepalanya pada pohon, menghela nafas saat merasakan ada pergerakan dari sampingnya.

"Lo ngapain ke sini, Cil?"

"Nenangin pikiran, kayak elo." Sasa menatap air danau, sesekali memakan kuacinya.

Zidan kembali membuka matanya, "Kek orang dewasa aja. Lo 'kan bocil? Canda bocil," ujarnya dengan nada mengejek.

"Susah kalo ngomong sama yang lebih tua."

Pemuda itu terbahak, entah kenapa ia sangat menyukai wajah kesal gadis ini. Seenggaknya kehadiran Sasa membuatnya sedikit terhibur.

"Lo kenapa?" tanya Zidan, tumben-tumbenan Sasa datang ke tempat ini.

"Gak pa-pa."

"Dibalik kata gak pa-pa, pasti ada apa-apa. So, lo kenapa?" tanyanya sekali lagi.

Tiba-tiba kristal bening keluar dari pelupuk mata Sasa, ia menundukan kepalanya.

"Dia berubah, dia udah gak seperti dulu lagi."

"Indra?" Sasa mengangkat kepalanya lalu mengangguk.

"Hm, entah apa salah gue. Dia tiba-tiba berubah, dichat cuman di read doang, gak kayak biasa. Terus ... terus tadi gue liat dia jalan bareng cewek lain," ucap Sasa dengan diiringi tangisan.

"Mungkin dia sodaranya, nanti lo tanyain langsung sama si Indra. Jangan ambil keputusan yang salah, lo kudu mikir dua kali. Takutnya salah ambil keputusan," saran Zidan.

Entahlah, dalam keadaan seperti ini dia bisa ngasih solusi buat orang lain.

Sasa mengangguk, "Makasih atas sarannya. Gue turut prihatin, semoga bestie gue cepet kembali, biar lo gak galau lagi."

"Lo gak tau, ya. Dia pergi ke mana?" Zidan menatap langit, sampai kapan gadisnya pergi?

"Gue gak tau, dia cuman bilang mau pergi sebentar."

Mata Zidan berbinar bahagia, sebentar? Berarti Alia tidak akan pergi lama.

"Sebentar? Terus kapan dia pulang?"

Sasa mengidikan bahu, kalau soal pulangnya kapan ia tidak tahu menahu.

"Gak tau. Oh iya, gue pamit mau pulang." Zidan menatap kepergian Sasa, sendiri lagi.

****

Zidan mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, membelah jalan raya.

Ingatan tentang kebersamaan Alia kembali berputar di kepalanya, tak terasa setetes air keluar dari pelupuk matanya. Untung saja dirinya memakai helm, jadi orang-orang tidak melihatnya.

'Kenapa rasanya sesakit ini? Apa ini yang lo rasain, Lia?'

Pandangannya teralih pada kedua sejoli yang tengah bercanda tawa. Zidan langsung memberhentikan laju motornya, dengan segera melepaskan helm full facenya.

"Bangs4t!" umpatnya.

Berjalan dengan tangan terkepal kuat, nafasnya memburu, jangan lupakan mata yang masih berair.

Bugh!

"Lo nasehatin gue, dan lo?! Lo juga sama, anjeng!" bentak Zidan.

Bugh!

"Lo udah bikin dia nangis, lo mau jadi cowok brengs3k kayak gue?! Sadar gobl0k dia itu bukan cewek baik-baik."

Indra menyeka sudut bibirnya, ia menatap Zidan dengan tatapan bingung.

"Lo kenapa, dah? Terus maksud lo apa, Nia bukan cewek baik-baik?" tanyanya.

Zidan mengacak rambutnya kasar, apa sahabatnya ini tidak sadar apa yang telah dilakukan gadis di sampingnya?

"Argh ... kenapa sekarang malah elo yang beg0?!"

"Lo pacarnya Sasa, 'kan?" Indra mengangguk.

"Terus maksud lo ini? Lo gak tau apa, dia nangis di pinggiran danau. Dia chat lo, dan lo cuman read doang. Di mana hati lo? Jangan sampai nyesel kayak gue, cukup gue aja!"

Deg!

Micinnya nangis? Nangis karenanya? Aish, rasanya ia ingin memukvl kepalanya.

"Gue dari tadi gak pegang hp," lirih Indra.

"Terus siapa?"

Seketika mata Indra membulat terkejut, ia menatap Nia dengan tajam.

"Hp gue di elo, jangan bilang lo ...?"

Nia mengangguk tanpa beban, dan itu sukses membuat Indra marah.

-----

Zidan [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang