Bab 03

265 6 0
                                    

Hari ini begitu tenang bagi Alia, tidak ada sosok pengganggunya. Alia malah bernyanyi santay, mengikuti alunan musik dari ponselnya.

"Sungguhku terpuruk dalam lamunan ... seak---

Brak!

"Astagfirullah," Alia mengelus dadanya kaget. "Kenapa sih, Sa?"

Sasa Anindyia, most wanted girl kedua. Anak dari pasangan Zayn dan Rara, Sasa salah satu sahabat Alia. Gadis penyuka kuaci, dimana pun, kapan pun, dia akan makan kuaci. 'Dia itu belahan jiwa gue, tidak akan pernah terpisahkan.' Contohnya sekarang, Alia nunggu certianya dia malah makan kuaci.

"Bururan, ada apa?"

"Biasa, pacar lo berulah. Dia godain adik kelas," jawab Sasa.

"Biarin aja, suka-suka dia."

"Lo gak cemburu?"

"Gak!"

"Yakin?"

"Yakin bang---

"Zidan lagi godain Bella, cewek yang pernah dekat sama Zidan." potong Sasa cepat.

Alia segera bangkit dan pergi, dia harus ngasih pelajaran buat cowok ganjennya.

"ALIA! LO MAU KEMANA?" teriak Sasa.

"Mau eksekusi si Zidan," jawab Alia tak kalah teriaknya.

"Katanya gak mau nyamperin," gumam Sasa dan melanjutkan makan kuacinya.

***

"Awas aja kalo bener, gue bejek-bejek lo entar." Alia dari sepanjang jalan menuju kantin tidak berhenti mendumel, entahlah rasanya sakit ketika mendengar Zidan pernah dekat dengan Bella.

Sesampainya di kantin Alia segera mengederkan pandangannya.

Setelah melihatnya, Alia berjalan kearahnya.

Ekhem!

Zidan tidak mengubrisnya, dia malah asik menggoda Bella membuat gadis itu blushing. Teman-temannya sudah memberi kode Zidan, kalo dirinya dalam mode bahaya.

"Sttt ... Zid," bisik Devan.

"Apasi lo, ganggu aja."

EKHEM!

Habis sudah kesabaran Alia, dia segera menjewer telinga Zidan dan menatap tajam Bella. Bella buru-buru pergi, takutnya dia kena amukan singa.

"Awsh ... telinga gue," pekik Zidan. Teman-temannya hanya menertawakannya.

"Udah bertingkah, hm?" geram Alia dan menambah kuat.

"Aaaa ... lepas, Lia. Telinga gue rasanya mau copot," keluh Zidan.

"Bomat!"

"Lepas ya, sayang. Telinga aku sakit," pinta Zidan lembut.

Alia langsung melepaskannya, dia langsung menciumnya.

Cup

Badan Zidan mematung, dia tidak menyangka akan mendapat kecupan dari Alia.

Alia mengusap lembut daun telinga Zidan. "Masih sakit, hm?"

Blush ... pipi Zidan memerah langsung, Alia menahan tawanya mati-matian.

"Anjir si Zidan blushing," teriak Devan heboh.

"Hahaha, mukanya imut." ucap Indra setengah ngakak, kapan lagi coba melihat Zidan blushing.

Jangan lupakan si kalem yang hanya menampilkan senyumannya, dia tidak seheboh teman-temannya.

Zidan menarik tangan Alia, membawa gadis itu menjauh dari kantin.

"Mau kemana, sih?"

"Udah, ikut aja!"

Alia menggerutu kesal, sudah ditarik kayak kambing, tidak mau menjawab pertanyaannya. Alia tidak sadar kalau mereka sudah sampai di Rooftop, dia masih berjalan dibelakang Zidan.

Duk!

Badan Alia menabrak punggung Zidan, dia ingin mengomelinya. Tapi diurungkan saat melihat pemandangan kota, yang begitu indah.

"Wow!"

Zidan menarik tangan Alia lembut, membawanya duduk di sofa yang sudah tersedia. Tempat itu adalah tempat Zidan dan teman-temannya saat bolos, jadi tak heran jika ada sofa disana.

"Suka?"

Alia mengangguk matanya berbinar cerah. "Suka banget, gue baru tau kalo ada tempat ini."

Zidan menatap wajah Alia dari samping dengan intens, dia akui. Alia memang cantik bahkan sangat cantik, diselipkannya anak rambut Alia yang menghalangi pipi sedikit berisi itu.

"Asal kamu tau, walaupun aku suka deket-deket sama cewek lain, tapi hati ini hanya untuk kamu. Percayalah, kamu punya tempat tersendiri dihati aku setelah Mama." ucap Zidan dengan nada lembut.

Alia mengalihkan perhatiannya kearah Zidan, dia tidak membuka suara. Alia ingin mendengar kelanjutannya.

Tangan Zidan mengelus lembut kulit pipi Alia. "Kamu adalah wanita yang berbeda dari yang lain, kamu wanita yang sederhana. Aku suka, bahkan cinta!"

Baru pertama kali Zidan mengungkapkan isi hatinya, pipi Alia bersemu merah. Dia baper mendengar setiap kalimat yang keluar dari bibir Zidan.

"Ciee baper. Hahah, satu sama."

Alia menatap Zidan datar, dia menonjok perut Zidan.

Bugh!

Zidan meringis nyeri, kekuatan Alia tidak bisa diragukan lagi.

"Rasain!"

Setelah mengatakan itu, Alia pergi meninggalkan Zidan.

"WOY! ALIEN, TANGGUNG JAWAB LO."

"GAK MAU!"

"Makanya jangan coba-coba sama gue," gumam Alia. Ia tidak peduli dengan teriakan Zidan, suruh siapa membuat dirinya baper.

Zidan memegang perutnya, tenaga gadisnya memang tidak bisa diragukan lagi. Ia hanya ingin membalas, apa salahnya?

"Anjer, sakit banget. Tu anak makan apaan dah, kuat banget." Zidan segera merogoh handphonenya, jarinya mencet tombol panggilan kepada Devan.

[Apa?]

Terdengar suara nge-elpiji dari sebrang sana.

"Santai euy, gue minta lo dateng ke rooftop. Sekarang!"

[Yaelah, lo gak bisa satu hari aja gak bikin gue repot? Gue lagi makan njir!]

"Gak bisa," ia tidak peduli dengan ceramahan Devan.

[Ck, oke gue ke sana.]

Tut!

Zidan memasukan kembali handphonenya, dia mengusap perutnya. Sungguh, rasanya sangat sakit!

"Lama amat tu orang," dumelnya.

Brak!

"Astaga, Zidan. Lo hamil?" Indra teriak dengan heboh. Devan tidak sendiri melainkan dengan kedua sahabatnya.

Tuk!

"Pertanyaan bod0h," ujar Andra setelah menjitak kepala Indra.

"Tega kamu, Mas," ucap Indra dengan dramatis.

Devan berjalan menuju sepupunya, dapat dilihat kalau dia kesakitan.

"Kenapa lo?" Zidan membuka matanya, dia berdiri.

"Gue di tonjok ama si Alia, gila sakit banget cuy!"

"Lah ngapa bisa kek gitu?"

Mengalirlah cerita dari mulut Zidan, di mana ia membuat Alia blushing. "Gue gak salah, 'kan? Cepet bantu gue ke UKS, sepertinya gue gak kuat jalan," jelas Zidan.

"Udah tau cewek lo setengah laki, malah pake acara bales dendam. Sekarang perut lo sakit, menyusahkan!" Devan terus ngedumel, tapi tak urung dia membantu Zidan berjalan.

'Semoga lo kayak gini terus, Zid. Gue mohon lo cepat kembali, Zidan sedih tanpa lo.'

Andra menatap punggung Zidan dengan tatapan sendu, ia tahu masalalu Zidan, tentang sahabat kecilnya.

'Cepat kembali, gue mohon.'

______

Zidan [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang