Bab 35 (End)

244 6 0
                                    

Dokter berlari menuju ruangan tempat di mana Zidan dirawat.

Ceklek!

"Mohon maaf, sliahkan kalian keluar dulu. Saya akan memeriksa pasien," ujarnya.

"Kami akan keluar, permisi." Alia membuka pintu, agar memudahkan Vivi dan Reygan keluar.

Alia duduk di kursi tunggu, dengan kepala menunduk menatap layar ponselnya. Ia baru saja mengabari yang lainnya.

Alia menoleh ke samping, mengusap bahu Vivi.

"Tante," panggilnya.

"Iya? Kenapa, Nak?"

Alia menggeleng lalu menyenderkan kepalanya pada tembok.

'Ya Allah, selamatkan Zidan.'

****

Tit! Tit! Tit!

Garis itu langsung lurus, menandakan kalau dia sudah tidak bernyawa.

Dokter memeriksa denyut nadinya, dilanjut menempelkan jarinya pada hidung. Hasilnya sama, pasien sudah tidak bernyawa.

"Inalilahi wainailahi roji'un," gumamnya.

"Suster tolong catat. Pasien meninggal pada tanggal 19 Februari 2022, jam 14.08."

Suster mengangguk, "Baik, Dok."

Dokter melepas infus lalu menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuhnya.

'Kamu pemuda yang hebat, mampu bertahan walau beberapa jam.'

"Mari kita keluar," ajaknya pada Suster.

****

Ceklek!

Dokter keluar dan langsung berhadapan dengan Reygan.

"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Tuhan lebih menyayanginya. Turut berduka cita, kami permisi." Tangannya menepuk bahu Reygan, guna menguatkan beliau.

Deg!

Maksudnya apa? Anaknya pergi, pergi untuk selamanya? Meninggalkan dirinya?

Alia menggeleng-gelengkan kepala, ia segera lari masuk.

"ZIDAN, JANGAN PERGI! GUE MOHON, BANGUN."

Ia sudah berdiri di samping tempat tidur Zidan. Tangannya terangkat untuk membuka selimut, b1bir dalamnya ia g1git.

Deg!

Terlihat wajah pucatnya, walau pucat tetap saja terlihat ganteng. Dia seakan bahagia, terbukti b1birnya tersenyum.

"L--lo ninggalin gue? Lo mau b--bales dendam?! Lo te--tega," lirihnya dengan isakan.

Tangannya membelai lembut pipi dingin Zidan.

"Bahkan, lo pergi dengan senyuman. Seakan lo b--bahagia ninggalin gue, Tante Vivi, Om Reygan sama yang lainnya."

Alia mendongakan kepalanya, dadanya terasa sangat sesak. Orang yang dicintainya pergi, pergi untuk selamanya.

"Lo itu ganteng, t--tapi sayang. Lo ninggalin gue, jj--jadi lo gak ganteng."

Usapan di bahunya membuat tangisan Alia semakin kencang, ini sangat menyakitkan. Sungguh!

"A--abang, dia jahat." Langit menarik tubuh adiknya ke dalam pelukannya.

"Di--dia pergi, dia jahat!"

Langit hanya bisa mengelus punggung adiknya, ia juga merasa sedih.

Brak!

Devan dkk berjalan dengan tergopoh-gopoh, tubuhnya mematung kala melihat wajah damai sahabatnya.

Baru beberapa jam tadi mereka kumpul, tapi sekarang ....

Indra langsung berjalan cepat menuju Zidan disusul yang lainnya, air matanya sudah tidak bisa dikendalikan lagi.

"Anj! Pasti ini prank, 'kan? Bangun gobl0k, gak lucu."

Indra menatap Devan dan Andra, "Buruan bangunin ni anak. Dia sukanya main prank-prank'an, padahal tadi dia baik-baik aja."

Devan hanya diam, matanya menatap wajah sepupunya.

"Mau percaya sama Indra, tapi ini kenyataannya." Devan terkekeh lirih.

"ZIDAN, ANAKKU! BANGUN HIKS ... KAMU TEGA NINGGALIN MAMA?!"

Reygan membantu istrinya berjalan, ia hanya mampu diam. Mau bicara rasanya sangat sulit.

"ZIDAN, BANGUN!"

"Sttt, tenang. Kita harus ikh---

"Tenang kamu bilang?! Nggak bisa, Mas. Anakku, an--anakku pergi."

Reygan memeluk erat Vivi, ia juga sebenarnya tidak ikhlas. Namun, itu harus supaya anaknya tenang.

Alia kembali mengelus pipi Zidan.

"Liat, Zid. Mama lo nangis, sedih. Lo mau jadi anak durh4ka?! Bangun!"

"G--gue belum siap kehilangan lo," lirihnya.

****

Di sini sekarang berada, TPU. Banyak orang yang ngelayad, dari mulai tetangga, keluarga, teman bahkan keluarga besar SMA Erlangga.

Pemakaman sudah selesai dari lima menit yang lalu, kini hanya tinggal tangis pilu dari keluarga.

Hujan rintik membasahi bumi, seolah ikut sedih atas berpulangnya seorang Zidan Ardava Lesmana.

Makam Zidan tepat di sebelah Zidan juga, itu perintah dari Reygan.

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati.

Ini akhir dari kisah Zidan, semua hanya tinggal kenangan.

______

Hah ... sumpah, sih. Saya bingung mau endingnya gimana, jadi gini aja.

Makasih yang udah baca, huhuuu..
Akhirnya End juga.

S2 gimana ya?

S2 iya?
S2 tidak?

Zidan [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang