Bab 02 (15+)

487 9 0
                                    

"LIA! MAU MAMPIR MAKAN DULU GAK?"

"HAH, KAMU MAU KITA PUTUS? AYOK!"

Zidan menatap jalanan dengan pandangan datar, dia masih mendengar jelas. Sepertinya Zidan harus memusnahkan teman kalemnya itu, biar Alia tidak berulah.

Motor Zidan berhenti di depan tukang seblak, walaupun lelaki dia pecinta seblak. "Ayok, turun!"

Alia buru-buru turun, ini adalah tempat seblak favoritenya.

"Ayok, Zid. Gue udah gak sabar," ajaknya sambil menarik tangan Zidan, Zidan merasa bahagia. Karena Alia tipikal cewek sederhana.

"Mang! Pesen seblaknya dua porsi," teriak Zidan kala sampai di meja.

"Lia, kok lo ngebet banget pengen putus sama gue?" tanya Zidan.

"Ya pengen aja, lo terlalu jelek di mata gue."

'Lo itu ganteng, Zid. Enggak deng, ganteng banget malah!'

Mata Zidan melotot, apa katanya jelek? Mana ada turunan Reygan jelek, Zidan tuh bibit unggul.

"Rabun mata lo? Mau gue anter buat periksa," ucap Zidan.

"Sembarangan!"

"Bisa aja, 'kan."

"Ya---

Ucapan Alia terpotong, karena si Mangnya datang. "Nih, seblaknya."

"Makasih, Mang."

Zidan buru-buru meketakan jarinya di bibir Alia, "jangan bicara. Ayok makan, nanti keburu dingin!"

***

Kini Zidan sudah sampai di depan pekarangan rumah kedua orang tuanya, dia memasukan motornya ke garasi.

Ceklek!

Zidan menatap datar kepada orang tuanya, apakah sehari aja tanpa keuwwuan tidak bisa? Sungguh, Zidan malas melihatnya.

"Assalamualaikum," salam Zidan dan langsung duduk di tengah-tengah keduanya, Reygan mendengus kesal.

"Wa'alaikumsalam," jawab keduanya.

"Zidan! Minggir kamu, Papa mau peluk Mama lagi." usirnya, tapi Zidan mengabaikan dia malah memeluk Vivi erat, dan Vivi membalasnya.

Reygan melotot tajam. "Eh, apa-apaan kamu. Dia istri Papa, jangan peluk-peluk itu punya Papa. Makanya cari pacar sana," ucap Reygan.

Zidan menggeleng dalam pelukan Vivi.

Vivi mengelus kepala Zidan sayang, tidak terasa anaknya sudah tumbuh dewasa. "Cape, ya? Kasian anak Mama," ucap Vivi.

Zidan melepaskan pelukannya, dia menatap Mamanya. "Iya, Zidan cape. Mama harus kasih Zidan obat," balas Zidan.

"Obatnya?"

Zidan tersenyum, matanya melirik Reygan. "C1um!"

Lagi lagi mata Reygan melotot. "Gak ada c1um-c1um, sana kamu pergi!"

Zidan tertawa terbahak-bahak, melihat wajah Reygan. "Zidan bercanda kali, Pa. Udah ah, Zidan ke atas dulu."

Sebelum beranjak Zidan mencuri kecupan Vivi, dia buru-buru lari.

"ZIDAN! JANGAN MAIN C1UM, INI MILIK PAPA. HANYA PAPA YANG BOLEH."

Pluk!

Vivi menggeplak bibir sexy Reygan pelan, "Sama anak aja cemburu, udah tua juga!"

Reygan mengusap bibirnya. "Yang sakit, nanti gak bisa bikin bibir kamu bengk4k lagi."

Sekali lagi Vivi menggeplaknya. "Nanti tidur diluar!"

Zidan [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang