18. DelapanBelas

41 9 8
                                    

Selasa, 21 Februari 2023

••• 💙 •••

Setelah selesai makan dan meminum obat, Bayu memilih untuk keluar dari Kamar Annisa. Laki-laki itu juga sibuk memegang infus di tangannya. Dirinya tidak tau cara melepaskannya dan itu akan cukup menyakitkan.

Bayu menoleh kesana kemari dan yang dia temukan adalah keramaian yang asing. Namannya rumah sakit jiwa pasti akan sangat berisik. Laki-laki itu berjalan memenuhi instingnya, berjalan melalui lorong-lorong.

"Kenapa semuanya lihatin gue si?" Batin Bayu.

Laki-laki itu mempercepat langkahnya dan menemukan sebuah halaman luas yang terlihat beberapa pohon besar menjadi kesan teduh tempat itu, "Ramai banget." ucap Bayu.

"Udah bangun?" pertanyaan itu berhasil membuat Bayu yang diam itu terkejut bukan main.

Seseorang berada di sampingnya dan tersenyum kepadanya. "Siapa?"

"Perawat setia Annisa." ujarnya ke Bayu.

Tentu saja Bayu bingung, semua ini cukup membingungkan. "Bingung, ya?" Tentu saja Bayu mengangguk.

Keduanya memutuskan untuk duduk di kursi tepat di hadapan mereka. "Kenapa Annisa ada disini?" tanya Bayu.

"Karena dia sakit jiwa. Buat apa ada disini kalo waras?" tanyanya ke Bayu.

"Tapi---"

Perempuan itu terkekeh, "Aku waras." ucapnya.

Bayu diam. Remaja laki-laki itu membulatkan matanya ketika melihat Annisa tengah berlari bersama beberapa pasien lainnya. Mereka bermain bola di pagi itu.

"Annisa bukan orang normal."

Bayu tidak bisa berkata-kata dan laki-laki itu memilih untuk diam dan mendengarkan. "Kecewa, ya?"

"Lihat Annisa, apa kamu bener-bener ngerasa dia normal? Padahal kelihatan jelas kalo dia itu nggak waras." ucapnya ke Bayu.

Bayu tentu mencoba melihat Annisa dari kejauhan. Laki-laki itu mencoba untuk melihat Annisa dengan sangat baik, dan berpikir apa yang aneh darinya.

Bayu pun menggeleng, "Nggak ada yang aneh. Annisa seperti perempuan pada umumnya." ujar Bayu.

Perawat itu melihat Bayu dengan senyum lebar, "Sepertinya kamu orang yang tulus ke Annisa. Kamu bahkan nggak lihat kekurangan sama sekali."

Bayu tersipu malu. "Annisa itu definisi kelebihan di mata ku, nggak perduli bagaimana pun dia, perasaan kagum dan suka ku lebih besar ke Annisa." ucap Bayu. Dirinya tersenyum kecil dan merasa bahwa cintanya memang tulus ke Annisa.

"Kalo begitu, kamu harus perjuangin Annisa sampe bener-bener sembuh."

"ANNISA!!" teriak perempuan itu. Tentu saja Annisa langsung berlari dengan cepat menghampirinya.

"Ya, mbak?"

"Duduk sini."

Perawat itu bangun dari duduknya dan meminta Annisa untuk duduk. "Lo ini gimana, Mbak?" tanya Annisa yang bingung.

"Mbak ada kerjaan. Kamu temenin dia disini, kasian kalo sendirian. Nanti ikutan sakit jiwa." ucapnya ke Annisa. Perempuan itu berlalu pergi meninggalkan Annisa dan Bayu berdua di kursi itu.

Hening. Itulah yang ada di sekitar keduanya. "Nis,"

"Ya, Bay?"

"Terima kasih, karena lo udah nyelamatin gue dari para berandalan itu." ucap Bayu.

Annisa mengangguk, "Sama-sama. Lagian semalem nggak sengaja lihat orang-orang itu, gue aja nggak tau kalo yang di hajar itu Lo."

Bayu mengangguk, "Nis, kenapa lo nggak berangkat sekolah beberapa hari ini?" tanya Bayu.

"Gue sering nggak masuk sekolah kok, Bayu. Sebelum kenal lo, gue jarang masuk."

"Kenapa?"

"Karena lo tau gue ada dimana, kan? Gue ini nggak waras, sewaktu-waktu kondisi gue itu memburuk. Jadi, kalo gue sekolah bisa-bisa gue ngerusak semuanya." terang Annisa.

Bayu menunduk, laki-laki itu meremas kantong infus itu dengan keras.

"Nis, apa ini alasan lo jauhi gue?"

"Soal perasaan gue ke lo itu tulus, Nis. Gue nggak mau ambil pusing soal kondisi lo sekarang yang nggak waras dalam hal lo sakit. Menurut gue emang lo sejak awal nggak waras,"

"Bay,"

"Lo selalu bertingkah aneh, bar-bar dan ngelucu. Itu udah gue pahami kalo lo emang nggak waras, sejak awal gue udah suka sama cewek yang nggak waras."

"Bayu..."

"Cewek yang nggak sengaja tabrakan sama gue, cewek yang berani nendang hal berharga yang seorang Frans Bayu punya, dan cewek yang selalu tampil apa adanya yang bikin gue suka."

Annisa menangis, pagi itu perempuan itu menangis melihat Bayu yang menunduk dengan rasa sedih yang teramat.

"Kalo bisa di nilai, sejak awal gue juga nggak waras suka ke cewek yang berperilaku nggak normal kayak lo, Nis."

Annisa langsung memeluk Bayu untuk pertama kalinya selama beberapa bulan mereka saling mengenal. "Bayu, maafin gue." ucap Annisa.

Bayu mencoba untuk membalas pelukan Annisa. "Maafin gue juga." ucap Bayu. Keduanya saling berpelukan dengan tangisan mereka.

"Nis, gue akan tetep suka ke lo apapun yang terjadi ke lo. Seperti cowok di novel itu, meski banyak waktu dan hal berlalu, yang dia sukai tetep si cewek." Annisa mempererat pelukannya.

"Maafin gue kalo gue nggak bisa jawab semua perasaan lo sekarang."

"Nggak apa-apa. Seiring waktu gue harap lo semakin sehat dan bisa jawab perasaan gue. Nggak perlu lo jawab sekarang, karena saat ini gue udah cukup berterima kasih."

Bagaimana kedua remaja itu mencoba untuk saling terbuka di pagi itu, bagaimana cuaca pagi yang sejuk itu memberikan kesan segar Kepada keduanya yang duduk bersama dengan melihat beberapa pasien bermain bola dengan para perawat.

•••

2 Jiwa || Kim Doyoung✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang