❝I love you, but I hate you too.❞
Kehidupan seorang Gabriel Albern Immanuel De Walton berubah 180° sejak kepergian gadis cantik yang selalu mewarnai hidupnya.
Semenjak saat itu; sikapnya menjadi lebih dingin, kasar, arogan dan tak ters...
Sorry banget kalau aku update-nya lama dan nggak nentu, karena akhir-akhir ini aku lagi sibuk dan kadang suka nggak mood buat nulis... jadi mohon pengertiannya 😁
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Love is like a puzzle. When you're in love, all the pieces fit but when your heart gets broken, it takes a while to get everything back together."
━━───•••✯•••───━━
"Aku tahu apa 'alasan' yang anda maksud itu, Sir," ujar James setengah terkekeh.
Well, walaupun di ambang batas kesadarannya karena vodka yang tengah ia minum, tidak menutup kemungkinan bahwa James tidak akan menangkap kata tersirat dalam kalimat yang Gabriel lontarkan beberapa detik lalu. Tentu saja dia paham ke mana arah pembicaraan lelaki itu. Sesuatu yang masih membuat Gabriel seakan tak pernah merasakan ketenangan dalam hidupnya.
"Baguslah kalau kau paham, James. Sehingga aku tidak perlu repot-repot menjelaskannya padamu," balas Gabriel sembari menghembuskan asap cerutu terakhirnya ke udara.
"Sebenarnya … tanpa perlu anda jelaskan pun aku sudah paham; kenapa anda tetap bersikukuh ingin menghadiri acara tidak begitu penting itu jika tidak ada kaitannya dengan Nona Alea, bukan?"
Melihat perubahan pada wajah Gabriel ketika James mengatakan nama terlarang itu sudah mampu membuat spekulasinya menjadi nyata. Lelaki itu pun kini balas menatap James dengan raut wajah yang menjadi tegang.
"Bukankah sudah aku peringatkan padamu berkali-kali untuk tidak pernah menyebut nama sialan itu di hadapanku, huh?" desis Gabriel marah.
James sontak menghela napasnya berat setelah mendengar itu. "I know, Sir.Pardon me okay? Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya ingin membenarkan saja jika apa yang kupikirkan itu memang benar, bahwa di balik alasan anda menghadiri acara seperti itu tidak lain adalah karena adanya Nona Al—ah tidak … maksudku, karena adanya gadis sialan itu yang juga turut ikut andil di dalamnya. Bukankah benar begitu?"
Gabriel memejamkan matanya sejenak, entah kenapa setiap kali dia mendengar nama laknat itu selalu berhasil membuatnya emosional dan ingin marah. "Yeah. Sebelumnya aku memang tidak pernah berniat untuk menghadiri acara sampah seperti itu, karena aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak akan pernah mau bertemu dengan gadis sialan itu lagi." Gabriel mendesah berat. "Tapi asal kau tahu James … aku bukanlah seorang pecundang, walaupun aku memang membencinya dan tidak ingin melihat wajah sialan itu lagi dalam hidupku … itu malah akan membuat diriku semakin tersiksa."