Ragu. Itu yang keenam pemuda itu rasakan sembari menatap kotak styrofoam putih yang berisikan nasi goreng pemberian bu Mayang. Padahal nasi goreng itu terlihat menggiurkan. Bahkan saat dibuka, aroma sedap khas nasi goreng tercium jelas oleh rongga hidung yang sangat menggugah selera makan. Tetapi, ketika mengingat ucapan kakek tua dipinggir jalan tadi membuat mereka jadi ragu untuk memakannya.
"Jangan dimakan. Jangan pernah terima makanan apapun dari Ibu kost itu kalau tidak mau hal buruk terjadi sama kalian."
Ucapan kakek tadi terus bersemayam dipikiran keenam pemuda yang sekarang tengah duduk dikantin. Padahal nasi goreng itu sangat menggugah selera, seolah nasi goreng itu berbicara “ayo cepat makan aku.”
"Nih kita bakal terus liatin nih nasi?" celetuk Jendra memecah keheningan.
Harsa menghela nafas berat. "Ragu gue, omongan si Kakek tadi bikin gue kepikiran. Kalian merasa janggal nggak sama omongan Kakek tadi? Dia misterius banget, buktinya kenapa bisa Kakek itu tau kalo kita dikasih nasi goreng sama Ibu kost?" ujar Harsa pada kelima temannya.
Andra mengangguki ucapan Harsa tadi. "Bener. Kira-kira kenapa ya Kakek itu nyuruh kita jangan makan nasi goreng ini?" tanya Andra heran.
"Beracun?" seketika atensi mereka teralihkan pada Gavin yang berceletuk seperti tadi.
"Beracun? Masa iya Ibu kost tega racunin kita?" sangkal Satya. "Lagian mana mungkin Ibu kost sejahat itu sama kita. Dari awal gue perhatiin, Bu Mayang orang baik-baik."
"Lo gak tau, Sat. Siapa tau ada niat jahat sama kita." sahut Jean menanggapi ucapan Satya.
Jendra yang sejak tadi diam memijat pangkal hidungnya yang terasa pening. Ia merasa banyak hal-hal aneh yang terjadi sekarang lebih tepatnya saat mereka pindah ke kost milik bu Mayang.
"Apa kita turutin ucapan Pak ustaz yang waktu itu kasih pesan ke kita buat cepet-cepet pindah dari kost itu? Jujur, kost itu aneh. Auranya aja beda setiap gue masuk kedalem kost. Kayak yang dibilang Andra waktu itu, kost nya emang enak tapi gue ngerasa nggak nyaman." ujar Jendra mengutarakan semua kerisauan yang selama ini ia rasakan.
Mereka berenam sontak kembali terdiam. Tidak ada yang bersuara setidaknya sampai Gavin berdiri dari duduknya sambil membawa kotak styrofoam berisi nasi goreng itu, membuat perhatian kelima temannya teralihkan pada si cowok berambut mullet.
"Mau kemana lo?" Jean bertanya mewakili.
"Mau buang nasi goreng ini. Bukannya gue nggak ngehargain pemberian Bu Mayang. Cuman, ucapan si Kakek tadi bikin gue nggak mau makan ini. Gue cuman nggak mau hal buruk terjadi sama kita, kayak yang dibilang Kakek tadi." ujar Gavin lalu berjalan menuju tong sampah dan membuang kotak nasi goreng itu yang masih utuh tak tersentuh.
Sontak kelimanya saling pandang. Dan memutuskan juga untuk membuang nasi goreng tersebut. Keselamatan mereka nomor satu.
*
Pukul 6 sore dan yang paling pertama tiba di kost adalah Satya dan Jean. Karena keempat temannya masih berada dikampus yang mungkin akan pulang pada pukul 7 nanti. Harsa masih ada kelas, Jendra ada rapat dengan anak-anak satu jurusannya. Sementara Andra dan Gavin katanya sih sedang berada diperjalanan menuju pulang.
Satya dan Jean pulang awal alasannya dari pagi tidak ada dosen yang masuk ke kelasnya membuat mereka memutuskan untuk pulang. Iya, Jean dan Satya memang satu kelas dan satu fakultas. Jean dan Satya sama-sama mengambil jurusan yang serupa yaitu jurusan Astronomi.
Kini kedua pemuda itu sedang berada diruang tengah sambil menikmati acara siaran televisi ditemani dengan cemilan dan segelas coklat hangat. Tidak, hanya Satya saja yang sedang menikmati siaran televisi sedangkan Jean sibuk berkutat dengan laptopnya entah apa yang sedang cowok itu lakukan pada layar laptop, yang jelas jari-jari Jean terus menari diatas papan keyboard dengan kedua mata yang menatap fokus layar laptop.
Brakkk
Sontak Satya dan Jean terperanjat kaget karena tiba-tiba saja pintu utama kost yang semula dibiarkan terbuka kini tertutup dengan sendirinya. Padahal diluar tidak ada angin sama sekali, lalu kenapa pintu itu tiba-tiba tertutup sendiri.
Satya segera meloncat kesebelah Jean, memeluk cowok itu dari samping karena ia sipaling penakut. Jean sudah tidak lagi berkutat dengan laptop dan Satya menghiraukan siaran televisi yang masih menyala.
"Je, apaantuh?" tanya Satya dengan suara pelan.
Jean menggeleng sembari memegangi ujung kaus yang dipakai oleh Satya. Dia juga sama takutnya dengan Satya apalagi di kost hanya ada mereka berdua.
Seketika lampu kost tiba-tiba padam membuat suasana menjadi gelap dan hanya ada secarik cahaya yang masuk dari celah-celah fentilasi.
Kedua pemuda itu saling berpegangan erat, atmosfer didalam ruang tengah seketika berubah menegangkan ditambah dengan ruangan yang gelap membuat suasana semakin mencekam. Lagi-lagi sekelebat bayangan terlintas dihadapan mereka. Satya dan Jean sama-sama melihat jelas sekelebat bayangan yang lewat dihadapan mereka. Berambut panjang sepunggung, dengan busana putih panjang hingga menyeret ke lantai. Jean dan Satya sama-sama meneguk ludah. Tangan Jean meraba pada sofa, mencari selimut milik Jendra yang semula diletakan disana.
Saat berhasil menjamah selimut itu, Jean dan Satya sama-sama bergelung disana untuk bersembunyi agar tidak lagi melihat menampakan tadi.
Tiba-tiba saja pundak Satya dan Jean ditepuk membuat kedua pemuda yang bersembunyi dibawah kukungan selimut itu memekik ketakutan.
"Ampun...jangan apa-apain kami, kami disini cuman numpang tinggal doang jangan apa apain kami," ujar Satya dan Jean serempak.
"Heh tai!" seketika selimut yang menutupi tubuh mereka disingkap oleh Gavin. Dan saat itu juga Satya dan Jean melihat keempat temannya yang berdiri dihadapan mereka dengan tatapan bingung juga lampu yang sudah menyala kembali membuat mereka bisa menghela nafas lega.
"Bajingan lo gua pikir setan!" decak Satya sebal.
Jean masih mengatur nafasnya yang tak beraturan membuat Harsa yang melihatnya menukik alis bingung.
"Je, lo kenapa?" tanya Harsa pada Jean dan kini perhatian teman-temannya pun teralihkan pada cowok itu.
"Gue... gue sama Satya tadi liat hantu lagi,"
to be continued...
jangan lupa pencet bintangnya, kalian jangan jadi pembaca gelap yaa😾
komenin juga disetiap paragraf nyaaa:')
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑹𝑶𝑶𝑴 𝑵𝑼𝑴𝑩𝑬𝑹 𝑺𝑬𝑽𝑬𝑵
HorrorTempatnya bagus, mewah, bersih, harganya juga murah, tapi....agak aneh. Awalnya biasa-biasa saja, tapi makin kesini mereka berenam selalu mengalami hal-hal ganjil. Mereka berenam kira pindah kost akan membuat suasana menjadi tenang dan damai. Namun...