Bagian 8

467 54 3
                                    

Kift duduk di kursi kantor sambil membaca cv dari suami Nana, ia mengusap dagunya sambil membacanya dengan seksama, jadi mereka baru saja menikah sekitar setahun lalu. Itu kata salah satu teman baik suami Nana yang ikut bekerja diperusahaan Kift juga.

"Ada apa dengan Pras pak?" Tanya Aren yang barusan sampai dari luar ia kemudian duduk di depan Kift.

"Gakpapa, bagaimana kinerja Pras ini?"

"Rajin, tekun, ulet, gigih, gampang berbaur, pintar dan sopan pak." Jawab Ares karena Ares yang turun lapangan untuk mengecek karyawan termasuk Pras yang suka memanggilnya bos dan berbicara.

"Oh gitu, lalu masih di bontang dia?" Tanya Kift dan Ares mengangguk.

"Sudah tiga minggu. Minggu depan mereka balik."

"Perpanjang aja." KKift meletakan cv itu dimeja.

"Kontrak kita sudah selesai walaupun pengerjaannya belum maksimal kecuali kita perpanjang lagi."

"Kalau gitu uruslah, perpanjang saja." Jawab Kift.

"Dih nih Bos seenak bibirnya ngomong. Mana bisa..."

"Kalau gitu di bisain dong Aren, jangan cuma bisanya ngelawan saya kamu."

"Hehe, nda bisa pak mereka harus pulang kasian ada anak istri dirumah. Saya kalau jadi mereka bakalan milih pulang ketemu anak istri dulu baru berangkat lagi." Kata Aren yang langsung teringat dengan istrinya di babulu sana.

"Ren, gimana sih rasanya punya istri itu sama anak." Tanya Kift serius.

"Ah gimana ya, rasanya bahagia pak. Ada temen ngobrol, bercanda, sedih pokoknya gak bisa di ungkapin Pak. Terlebih pasangan sangat berperan seperti istriku yang mengurusku, memperhatikanku dan mengurus anakku Pak." Jawab Aren.

"Terus anak istrimu mana?"

"Babulu pak. Ada acara keluarga disana dan saya nanti kesana naik ferry jam dua." Jawabnya. Kift menatap jam dinding rupanya pukul sembilan pagi.

"Yaudah, untuk hari ini kamu saya kasih cuti tiga hari untuk ketemu anak istrimu deh... sana"

"Serius pak? Gimana ya, makasih Pak Kift. Mau aku cium?" Kata Aren. Kift menggeleng ia memundurkan kursi dan membelakanginya.

"Pergilah sebelum aku berubah pikiran." Jawab Kift. Aren akhirnya beranjak pergi sambil mengambil hpnya untuk menelfon sang istri. Kift tersenyum melihat tangan kanannya itu bahagia.

Setelah ditinggalkan Aren, Kift bersandar di kursi ia menggoyangkan kursi kantornya yang beroda kedua tangannya ia letakan di belakang kepala sembari bergumam, setelah ini ia mau ngapain ya?

***

Nana mengembuskan nafasnya ia menatap jendela kamarnya dengan pemandangan hujan. Bukan hujan lebih tepatnya bekas hujan semalam dan cuaca masih terlihat mendung. Memang akhir- akhir ini Balikpapan sering dilanda hujan apalagi hingga banjir. Nana mengusap kedua lengannya memeluk dirinya seolah- olah untuk menyemangati dirinya sendiri. Menjadi istri Pras memanglah enak ia tidak perlu bekerja dan hanya dirumah dan kuliah namun semua itu membuat Nana merasa kurang bahagia kadang kala ia jenuh dengan aktifitasnya yang begini saja tak jarang ia suka melihat teman- teman sebayanya menikah dan diajak liburan oleh suaminya. Jangankan liburan untuk belanja di mall pun ada, Nana ingin sekali seperti itu cuma suaminya tidak suka tempat ramai.

Krukkk...

Perut Nana berbunyi ia menengok kebawah dan mengelus perutnya yang lapar.

"Enak kali ya makan mie kuah." Gumam Nana. Nana menuju kedapur ia melihat stock mie nya disana ia mengambil mie kari ayam dua bungkus dan segera menuju kulkas. Di kulkas ia mengambil dua butir telur, sawi putih, sawi hijau dan juga wortel tak lupa ia mengambil tiga butir baso ikan untuk di belah menjadi empat bagian dan sosis.

"Ah hampir lupa." Ujar Nana yang ketika hendak menutup pintu kulkas. Ia mengambil enoki didalam kulkas dan menutupnya.

Semua bahan sudah tertata di atas meja dapur dengan sigap ia membersihkannya dan menanggar air diatas kompor.

Ctek...

Ia menanggar air panas sembari menunggu panas ia sehera membersihkan semua sayuran dan mencucinya, setelah itu meletakan di dalam air yang hendak mendidih. .

***
Kift berhenti didepan rumah mungil yang cantik. Rumah itu milik Nana, hujan deraspun tidak di hiraukannya untuk sampai kesini. Dengan cepat ia keluar dari mobil dan segera menuju kedepan pintu.

Ting
Ting
Ting

Kift menekan bel dan tak lama Nana keluar sembari menengok. Wanita itu langsung melebarkan matanya melihat Kift datang sambil tersenyum dengan bias- bias air karena menerobos hujan.

"Loh Pak, ada apa ya?" Tanya Nana. Gak mungkin kalo Nana bawa masuk lelaki ini nanti dibilang tetangga apa. Tapi kasian juga kalau gak dibawa kedalam nanti kedinginan. Nana menghembuskan nafasnya lihatlah lelaki didepannya itu seperti anakan kucing bewarna hitam yang sedang duduk di depan rumah dengan bersua miau miau miau. Nana melebarkan pintunya dan menyingkir.

"Hujan diluar Pak, silahkan masuk."

"Gakpapa saya masuk? Soalnya nanti kamu gak enakan."

"Emang iya Pak cuma gimana ya, kasian bapak diluar nanti masuk angin."

"Gakpapa saya duduk di kursi ini aja. Saya kesini cuma mau liat kamu hehe." Jawabnya sambil duduk di kursi plastik didepan teras Nana.

"Tunggu sebentar Pak." Kata Nana masuk kedalam.

Tak lama ia keluar dengan mengambil handuk bersih dan senampang mie yang ia masak.

"Saya gak tau bapak sudah makan apa belum tapi ini buat bapak." Kata Nana sambil meletakannya di meja. Ia juga memberikannya handuk.

"Wah makasih Nana, kamu perhatian sekali." Kata Kift ia mengambil mangkuk mie itu dan menyeruput mienya.

"Kebetulan aja pak..." katanya.

Nana melihat lelaki didepannya makan dengan lahap. Mata itu matanya memancarkan senyuman dan rasa senang.

"Nana, makasih ya. Mienya enak." Kata Kift sembari meneguk kuah mienya hingga tandas dan tidak menyisakan apapun.

"Sama- sama Pak. Kebetulan saya buat untuk diri sendiri terus kebanyakan akhirnya bagi dua deh."

"Oh ya, suamimu?"

"Masih di lokasi kan Pak hehe, nda tau kapan pulang."

"Emang kamu mau suamimu cepat pulang?"

"Maulah Pak, saya ada temennya gak sendirian dirumah. Setidaknya ada temen kemana- mana." Jawabnya sendu.

"Emang suamimu gak suka jalan- jalan gitu?" Tanya Kift

"Suka pak tapi gak tiap hari. Alasannya capek kerja karena bosnya banyak memberi pekerjaan. Padahal aku ingin tiap hari jalan kemana gitu lalu duduk di kafe. Sayangnya dia gak suka di ajak nongkrong Pak hehe. Maunya beli makan diluar habis itu pulang makan dirumah gitu."

"Gak asik." Celetuk Kift. Nana reflek mengangguk.

"Bener Pak." Jawab Nana tanpa sadar. Kift menengok ke Nana dan wanita itu tersadar.

"Ah anu hehe, saya jadi curhat. Maaf Pak."

"Gak masalah. Tapi kalau masalah gaji kamu semua kan?" Maksudnya pegang semua gaji suami gitu.

"Alhamdulillah, gaji saya pegang walaupun suka di potong alasan ini itu pak. Slip gaji gak pernah di kasih alasan dari kantornya gak sediain." Jawab Nana.

Kift kaget, sejak kapan perusahaannya gak kasih slip gaji karyawan. Kift merasa suami Nana tidak beres.

Menikah dengan boss suamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang