Part III

170 22 0
                                    


Kring.. Kring.. Kring

       Jam beker ku berbunyi, aku pun segera bangun dan menuju kamar mandi untuk menyegarkan badanku sekaligus menghilangkan penat ku.

       Beberapa menit kemudian, aku pun segera keluar dari rumah sambil membawa perlengkapan tugas yang akan ku selesaikan, berupa: kamera digital, note kecil, beberapa buku arsitektur, dan perlengkapan alat tulis ku.

       Ku langkahkan kakiku menelusuri jalanan untuk mencari bentuk rumah yang terlihat rumit dan unik. Aku pun memotret beberapa rumah yang tak kalah menarik dan megahnya dengan rumah-rumah yang lain.

Cikrek, Cikrek.
Suara kamera digital ku yang gesit pun menangkap gambar dari rumah-rumah yang unik untuk kujadikan sampel contoh rumah, di saat aku menjadi arsitek nanti. Aku pun mundur dan mundur agar halaman rumah dapat terlihat dengan jelas, sembari membidik dengan kamera digital ku.

Tiba-tiba.. Duug

"Ups, ma.. maaf" ucap ku spontanitas, kepada orang yang tidak sengaja ku tabrak. Dan ternyata orang itu adalah Angel.

"Eh.. aku juga minta maaf, kukira hanya aku saja yang berada disini. Sedang apa kamu disini?" pancing Angel, mengawali percakapan.

"Aku sedang melakukan pemotretan rumah-rumah unik untuk tugas di kelas arsitek" ucap ku.

"Sepertinya kita pernah bertemu, apa kau salah satu dari teman senior?" tanya Angel.

"Ya, aku teman senior. Memangnya rumah mu di dekat sini?" tanyaku penasaran, dengan keberadaan Angel di sini.

"Lumayan dekat lah, oh ya. Namamu siapa? Em, kebetulan aku juga sedang mengerjakan tugas arsitek. Bagaimana, jika kita bekerja sama dalam mengerjakan tugas ini?" tawar Angel, yang terdengar begitu cerewet di telingaku.

"Namaku Rey Maxine, panggil saja Rey. Mohon kerja samanya" ucap ku datar.

"Oke, sekarang kita adalah teman, ayo kita mencari bersama-sama Rey!" pinta Angel, sambil mengacungkan jari kelingking nya.

       Aku pun terdiam sejenak, entah bagaimana Angel terlihat begitu menyenangkan. Baru kali ini, aku berteman dengan seorang gadis. Bahkan, dalam posisi ku sendiri. Aku bukanlah pria yang pandai berinteraksi dengan kaum hawa, kecuali ibuku. Angel seakan ingin mengeluarkan ku dari sisi keanehan ku itu.

"Hm, Rey? " panggil Angel.

"Ya?" aku pun tersadar dari lamunan ku, dan mengaitkan jari kelingking ku dengan kelingking nya Angel.

'It's beginning!' teriak ku dalam hati.

       Kami pun bercanda ria, tertawa kecil bersama, melewati jalur kereta api, sungai kecil, memotret bangunan rumah yang unik, dan sampailah kami di bangunan tertinggi yang jauh dari arah rumah kami.

       Jika kamu melihat ke arah bawah, akan terlihat mobil, rumah-rumah yang begitu kecil. Kemudian Angel mengeluarkan mp3 nya dan menyetel musik yang asyik dinikmati olehnya.

"Kau mau mendengarkan ini, Rey? " tawar Angel, padaku.

"Whatever " timpalku.

"This is my favorite song" ucap Angel, sambil memasangkan satu pasang headset nya di telingaku. Kami pun mendengarkan musik bersama-sama.

"Angel, kenapa kau lebih memilih kelas arsitek? Bukankah sepertinya kau lebih menyukai kelas musik?" tanyaku, mengawali perbincangan, agar suasana tidak canggung. Apalagi saat mendengarkan musik bertema love, yang sedang kami dengar bersama.

"Itu karena ada seseorang yang aku sukai, tetapi aku malu untuk mengungkapkannya. Lalu aku bergabung di kelas arsitek agar aku bisa selalu melihatnya. Tapi sepertinya dia tidak begitu tertarik padaku. Entahlah, mungkin hanya rasa simpati saja yang terlihat darinya. Sepertinya aku terlalu banyak berharap padanya" cerita Angel panjang lebar.

"Sudahlah, jodoh itu di tangan Tuhan. Lebih baik pikirkan masa depanmu nanti. Oh ya, Liriknya terdengar begitu indah, memangnya ini lagunya siapa?" tanyaku, yang mulai tertarik dengan musik.

"Oh, ini lagunya JOHN LENNON, lagunya sangatlah banyak. Apa kau menikmatinya?" ucap Angel, sambil menyungging kan senyumannya.

"Iya, aku menikmati lagu ini. Bolehkah aku meminjamnya?" tanyaku.

"Tentu saja, bawalah saja CD-nya, aku masih punya banyak dirumah" ungkap Angel.

"Ok, apa cita-cita mu Angel?" tanyaku, mengalihkan topik.

"Dj, guru piano, penyiar radio, dan masih banyak lagi, kalau kamu apa Rey? "tanya Angel.

"Aku ingin jadi arsitek, tapi aku ingin jadi karyawan nya saja, bukan atasan. Karena aku lebih senang menggambar kerangka rumah dan biasanya pekerjaan itu berada di posisi karyawan" jelasku pada Angel.

"Wah, kau selalu bersemangat dalam melakukan tugasmu ya, Rey" puji Angel.

"Begitulah alurnya. Ehm, mau tidak aku tunjukkan rumah kosong yang unik dan tak berpenghuni?" tawarku pada Angel.

"Mau, ayo kita kesana sekarang. Aku tak sabar ingin melihatnya" ucap Angel, dengan ceria.

Kami pun segera berangkat menuju lokasi.

Sesampainya..

"Waaah, unik sekali rumah ini dari bentuknya.. Ada lonceng kuno yang indah" puji Angel.

"Ayo kita masuk, didalam lebih hangat hawanya" tawarku.

"Kyaaa, disini terasa hangat sekali. Bagaimana kalau salju turun kita kemari? Sepertinya menyenangkan" usul Angel, sambil menikmati posisinya di dalam rumah kuno yang tak berpenghuni namun nyaman.

"Terserah kau" timpalku pada Angel.

"Rey, kalau kamu jadi arsitek nanti. Buatkan aku rumah ya?" pinta Angel.

"Oke, asalkan kamu mau memutarkan lagu-lagu kesukaan mu padaku. Setuju?" pintaku, yang kini mulai terobsesi dengan musik.

"Baiklah, aku setuju" ucap Angel.

"Kalau begitu, ayo lekas pulang. Sepertinya ibuku mencemaskanku" ujar Rey.

"Rey, tunggu sebentar. Ini bawalah dulu CD - nya. Bukankah kau ingin meminjamnya? " ucap Angel, sambil menyodorkan CD miliknya.

"Oh iya, terimakasih" ucap ku senang.

       Kami pun segera pulang, namun Angel masih melambaikan tangannya padaku dan aku kembali membalas lambaian tangannya. Hingga, balik punggung Angel tak terlihat lagi.

       Baru kali ini, kutemukan seorang gadis yang mau berteman dengan ku, padahal penampilan ku culun. Berbeda dengan pria-pria lain, yang terlihat maskulin. Kini baru kurasakan, betapa menyenangkan berinteraksi dengan gadis yang lincah dan cerewet seperti Angel.

"Em, Angel.. Ish, berfikir apa aku ini? Kenapa tiba-tiba harus memikirkannya" batinku dalam hati, sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

'Lebih baik aku segera pulang' pikirku.

.
.
.

To Be Continued.

*hey, all reader. Please vote and comment my first story. And please don't copy. Coz inspirasi itu susah di dapet. Tolong ngertiin author nya ya..
Thanks for all your attention.
Tunggu chapter berikutnya ya.

#Author_zied.


The Pending Of Architect BondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang