part 2

10 5 0
                                    

Sore harinya,bulan sudah siap siap mau berangkat ketaman bermain.
Lalu pergi kerumah Tini,Di perjalanan yang hanya memerlukan 20 langkah untuk menuju rumah Tini.

"Permisi,bulan dateng"ujar bulan sedikit berteriak.

Lalu pintu terbuka yang terlihatlah bunda yang sedang maskeran.
Lalu tersenyum kearah bulan walau susah,takut maskernya retak.
"Eh bulan sayang,kenapa?masuk dulu sini"

"Eh nggak usah bunda,bulan disini aja,bulan lagi nungguin Tini sama Riel,mau bulan ajak main ketaman"jelas bulan dengan semangat.

Tadi siang aja sakit kepala,sekarang udah ilang aja tuh sakit.
Emang ajaib nih anak.

"Eh gitu ya?yaudah bunda panggilin mereka dulu ya"setelahnya bunda langsung kembali masuk,dan beberapa menit kemudian datanglah dua orang yang akrab bulan panggil sebagai sahabat.

"Riel ganteng banget sih pakek baju hitam"ujar bulan dengan menghampiri Riel,lalu sedikit menjinjit dan mengusap rambut Riel.

"Risih"ujar Ariel dengan menepis tangan bulan,membuat bulan cemberut.

"Kan bulan cuman pengen ngusap"ujar bulan dengan menggembungkan pipinya.(gue jijik ngebayangin nya)

"Berisik"

Bulan hanya bisa tersenyum,walau hatinya sakit akibat kata kata menyakitkan dari Ariel,tapi tidak masalah yang penting dia suka Ariel.

"Nggak masalah kalo Riel risih juga keganggu sama bulan"gumam bulan sambil menunduk.

"Kak bulan kok sedih?semangat dong,kan kita mau main ketaman bermain"ujar Tini yang sebenarnya tau kalau bulan sedih dengan perkataan yang menyakitkan dari abangnya.

Lalu bulan mengangkat kepalanya sambil menatap tini,dia tidak bisa menahan air matanya,namun dia langsung memalingkan kepalanya saat bertatapan dengan Ariel.

Bulan paling nggak suka liat orang nangis,tapi malah dianya suka banget nangis.
Emang aneh.

"Lo nangis?"tanya Ariel dengan mendekat ke arah bulan.

Bulan hanya bisa menggeleng,lalu melewati Ariel begitu saja ,kemudian mengandeng tangan Tini,mereka ketaman bermain nggak berangkat pakek mobil,mereka lebih memilih menggunakan bus saja.

"Maafin perkataannya bang Riel ya kak"ujar Tini dengan rasa bersalah.

Mereka sekarang sudah berada di bus,Tini duduk sebangku dengan bulan,sedangkan Ariel dia berdiri saja sudah cukup.

"Nggak perlu minta maaf,bulan nggak papa"ujar bulan pelan,masih dengan menatap keluar jendela.

Tini yang melihat itu langsung ikut sedih,dia tau kak bulan suka dengan abangnya sudah lebih dari 4 tahun,tapi takut buat menyatakannya,karena bisa saja itu mempengaruhi persahabatan mereka bertiga.

Lalu tiba tiba bus berhenti mendadak,membuat bulan yang tidak mengetahui nya langsung terhantam tiang yang ada didepannya,benturannya cukup kuat hingga mengakibatkan kepala bulan pusing.
Dia juga duduk paling depan karena mumpung kursi depan kosong.

"Eh kak bulan,kak bulan nggak papa?"tanya tini dengan khawatir.
Sungguh itu pertanyaan yang sangat bodoh.

"Nggak papa kok tenang aja"ujar bulan membalas dengan senyuman.

Namun langsung lenyap saat merasakan sesuatu meluncur dengan perlahan di keningnya,karena takut itu darah,bulan langsung menoleh kearah jendela,dan benar saja,dahinya mengeluarkan sedikit darah.

Bulan yang panik langsung mengusap darah tersebut dengan kasar,tanpa memperdulikan sakit di dahinya.

"Beneran nggak kenapa kak?"tanya tini lagi dengan memegang pundak bulan agar menghadap Tini.

Sia SiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang