Tunangan

894 63 23
                                    

"aku...."

Dokja terdiam di tempat, menatap gemetar dengan manik yang berkaca kaca, tidak tau harus berkata apa lagi untuk sebuah proposal yang baru saja diajukan oleh Jinwoo.

"H-hey Jinwoo... Apa menurutmu aku egois?" Tanya Dokja menunduk. Jinwoo langsung mengerut tidak setuju, namun masih diam menunggu kelanjutan dari perkataan Dokja

"Aku selama ini selalu mencoba untuk mementingkan segala sesuatu sebelum diriku sendiri. Karena itu sudah menjadi hukumanku, aku tidak pantas bersikap egois untuk kebahagiaan ku sendiri."

"..."

"Tapi...  Tapi- Hucc.. aku ingin. Aku ingin sekali egois untuk saat ini." Dokja menunduk dengan air mata yang terus mengalir,

"Eugh- aku ingin egois untuk kali ini. Aku ingin menerimanya! Apa tidak apa?" Tanya Dokja menangkat kepala, menatap Jinwooo yang menatapnya dengan senyum lembut.

"Aku ingin! Apa boleh aku menerimanya? Apa aku diizinkan untuk egois kali ini?" Tanya Dokja menutup mata, tersenyum lebar dengan air mata mengalir, senyuman yang benar benar tulus dari hati. Senyum yang biasanya ditakuti oleh Jinwoo, namun kali ini menjadi senyum yang paling di cintainya.

Jinwoo mendekat dan memberikan ciuman ringan yang singkat di bibir Dokja, "tentu saja, kau berhak untuk egois sebanyak yang kau inginkan Hyung."

Dokja langsung melompat dan memeluk Jinwoo sebari melingkari lengannya di leher Jinwoo. Jinwoo membalasnya dengan semangat, sangat bahagia, memeluk dengan erat, namun masih bersikap lembut.

"Jinwoo-ah, Jinwoo-ah!" Dokja terus memanggil manggil nama Jinwoo di tengah peluk dan tangisnya,

"Dokja-yah" panggil Jinwoo tiba tiba mengangkat Dokja tinggi tinggi, menatap wajah yang begitu cantik ketika terkena pantulan cahaya rembulan.

"Aku mencintaimu, Dokja-yah" Ucap Jinwoo tersenyum lebar

Dokja melebar terpesona dan tersenyum. Kedua tangan kecil itu mengelus lembut pipi Jinwoo, perlahan menundukkan badan dan berbisik sebari mencium kekasih yang paling ia cintai





















"Aku juga mencintaimu, Jinwoo-ah. Terima kasih karena telah mencintaiku apa adanya"

:
.
:
.




_______

"Hm hm~~" Uriel berjalan sambil bersenandung sebari membawa keranjang buah untuk Dokjanya tercinta. Namun setibanya di depan pintu ruang milik Dokja, disaat yang bersamaan Wukong juga muncul dengan keranjang buah.

"...."

Keduanya menatap datar satu sama lain sebelum saling merebut ganggang pintu untuk menemui Dokja.

"Aku datang lebih dulu! Menyingkir kau monyet!" Geram Uriel

"Tidak! Aku yang sampai duluan! Aku yang akan menemui Maknae-yah pertama!"

Keduanya saling ribut hingga akhirnya memutuskan untuk membuka pintu secara bersamaan.

BRAKK!

"DOKJA-YAH/MAKNAE-YAH!!"

"WAAA!!"

??!

Baik Uriel ataupun Wukong tak bergerak di tempat. Matanya melebar dan menatap tak percaya saat melihat Dokja tersayangnya duduk di PANGKUAN Jinwoo dengan wajah memerah, sedangkan Jinwoo dengan entengnya MENGUSAP perut Dokja dari belakang sambil mengecup tekuk Dokja berkali kali, meninggalkan tanda cupang yang begitu banyak disekitar leher.

Wanna Play? [JinDok] (part 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang