"hmph! A- mph!"
Malam yang Tenang? Tentu saja....
Tidak!
Rengekan kecil yang terus meminta untuk lebih diperlembut itu terendam oleh bibir ganas yang terus memakan yang lebih kecil tanpa ampun.
Jinwoo selalu sabar, selalu sabar dan selalu menunggu. Dia tidak ingin merebut kebahagiaan dari sang terkasih, namun kadang kala, kesabaran itu harus habis saat itu telah berada pada titik terendahnya.
Jinwoo terus melahap, memakan bibir beserta erangan kecil cabul yang keluar dari mulut Dokja. Namun setidaknya, dia tetap melakukannya dengan lembut. Mengulurkan lidah, menjilati bibir yang sudah bengkak, meminta untuk diberi izin.
Dengan malu malu, Dokja membuka mulutnya dan membiarkan lidah dominan itu untuk masuk dan mengacau seisi mulutnya, mengiringnya untuk mengikuti irama dominan dari yang teratas.
Ciuman panas yang begitu bergairah, membuat Dokja tidak bisa bernafas dengan baik dan terus meminta agar Jinwoo melepaskannya. Dengan enggan, Jinwoo menarik diri, membuat jembatan tipis saliva diantara kedua bibir mereka. Air liur yang terus menetes dari bibir menuju ke dagu. Wajah yang memerah, di ujung mata sudah terbendung gumpalan air mata, dada yang turun naik tak karuan sebari menghirup udara dengan rakus, dan dia tidak sanggup membuka mata saat mata yang diatas terus menatapnya dengan lapar.
Jinwoo kembali mendekat dan mencium setiap permukaan wajah Dokja dengan lembut, menjaganya seperti sebuah berlian yang begitu berharga.
Dokja memerah mencoba melingkari leher yang diatas, dengan malu malu memberi beberapa kecupan ringan di pipi dan bibir Jinwoo, membuat pria itu sedikit melebar kaget dan tertawa kecil atas perhatian imut yang dilakukannya.
Dengan tawa ceria, Jinwoo memeluk Dokja dengan posesif. "Kau sangat menggemaskan hyung" ucapnya berbisik di telinga Dokja.
Dokja memerah menenggelamkan kepalanya dipelukan Jinwoo. "D-diam!"
Jinwoo tersenyum gemas dan kembali mencium setiap bagian dari atasan Dokja. Dari kening, mata, hidung, pipi, bibir. Kemudian mulai turun menuju tekuk leher.
Dengan pelan Jinwoo bernafas di leher Dokja, hal itu membuat Dokja menahan nafas merinding karena sensasi yang sangat berbeda. Tangan Jinwoo mengelus bagian lain dari lehernya, sedangkan satunya lagi mulai turun dan meraih pinggang kecil itu. Perlahan mulai memasuki celah baju dan meraba kulit Dokja dengan perlahan. Jari jari yang dingin membuat Dokja terengah engah, menahan godaan untuk disentuh lebih banyak lagi.
"Hyung, hyung~ Dokja-yah" Jinwoo terus berbisik di tekuk leher Dokja dengan nada berat, membuat Dokja tersentak geli, tubuhnya tanpa sadar bergetar kecil karena pengaruh dari pria itu. Jinwoo memasang senyum lebar dan menggigit tekuk Dokja, membuat sang empu tersentak dan berteriak kaget.
Gigitan yang kuat meninggalkan bekas yang begitu jelas. Jinwoo mencium bekas itu dengan penuh bangga, setidaknya bekas itu tidak akan menghilang kurang lebih selama seminggu.
"Jinwoo-yah AH!" Dokja kembali berteriak kaget saat Jinwoo kembali menggigit tekuknya dengan kuat. Membuatnya semakin tersengah-engah. Jinwoo dengan lembut mengusap pipi Dokja, mencoba menenangkan pria yang terlihat sedikit ketakutan dengan rasa sakit yang baru, mencoba meyakinkan bahwa semuanya akan baik baik saja.
"Tidak apa, semuanya akan baik baik saja" bisik Jinwoo mencium Dokja dengan lembut. Setelah tenang, Jinwoo kembali memberikan tanda di seluruh bagian tekuk leher Dokja. Tangannya yang meraba raba dada itu perlahan mulai melepas pakaian yang menghalangi bentuk tubuh Dokja yang begitu menawan. Kulit putih susu yang begitu halus dan cantik, seperti sebuah kanvas polos yang tak pernah terkena tinta, mengundang hasrat untuk meninggalkan berbagai macam tanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanna Play? [JinDok] (part 2)
Fanfictionlanjutan dari akun yang lama ya guys🙏 maaf, tapi aku nggk bisa ngulang/revisi dari bab 1, tapi kalau dibiarin gantung kayak gitu kek nggak tega juga. jadi aku memutuskan buat ngelanjutin dari bab terakhir sampai tamat aja✨