Chapter 14

66.6K 3.6K 52
                                    

Pemandangan Faas saat membuka matanya pagi ini adalah dada telanjang Bima yang sedang mendekapnya disaat ia tertidur.

Wangi dari sabun yang dipakainya semalam masih menempel pada kulit Bima.

Tanpa Faas sadari ia mengulum senyum melihat Bima yang masih disisinya.

Namun seketika Faas tersadar kalau Bima ada disini berarti dia tidak pulang dong. Lalu istrinya?.

Faas kemudian buru buru bangun dan menjauh dari pelukan Bima namun berhasil mengusik tidur si pemilik tubuh hampir sempurna itu.

"Enghh" Bima mengerjabkan matanya dan senyum menawan terpatri diwajahnya saat melihat siluet Faas yang perlahan turun dari ranjang koling size tersebut.

"Mau kemana Fa" tanyanya dengan suara serak khas orang bagun tidur.

Faas langsung menoleh kebelakang namun saat berusaha bangun, pinggangnya benar benar sakit apalagi lubangnya masih terasa ngilu jika bergesekan.

"Mau pipis lah om, orang bangun tidur emang mau ngapain lagi. Ngepet gitu" jawabnya ketus.

Bima kemudian duduk dan merangkak guna memeluk tubuh kecil itu dan membisikan sesuatu yang membuat Faas naik darah.
"Morning seks"

Faas sungguh ingin membunuh beruang besar saat ini juga. Pinggangnya encok, lubangnya ngilu dan sekarang Bima masih mau morning seks.

"Kenapa gak sekalian bunuh gue aja sih om"

"Maksud kamu Fa"

"Pura pura bego lagi, om gak inget semalem dikamar mandi om nusuk bol gue berapa kali terus habis mandi siapa yang masih nusuk sekali lagi sampe tengah malem, sekarang bol gue sakit bangsat, perut gue laper. Daripada mornang morning seks lebih baik om bantuin gue kekamar mandi, gue mau boker sama keluarin sperm* om yang masih didalem" lagi pula Bima kenapa tidak tau diri sekali, mentang mentang Faas sudah mau di sentuh Bima tidak bisa mengkontrol nafsunya.

Mendengar Faas mengomel itu adalah suatu kebahagiaan tersendiri untuk seorang Bima. Hantinya menghangat ia merasa cukup dengan keberadaan Faas dihidupnya.

Sekarang ia merasa sedang dimarahi istrinya.

"Anjir, malah cengat cengir, jadi bantuin gak nih!" Bentak Faas tepat didepan wajah Bima.

Cup.

Satu kecupan mendarat dipipi Faas.

Faas reflek menjauhkan wajahnya dan membuat gestur seakan ingin memukul wajah tampan Bima.

"Iya iya Fa, sini aku bantuin"

Bukan hal sulit bagi Bima untuk menggendong Faas, dengan mudah Bima membawa Faas kekamar mandi.

"Mau aku yang membersihkannya Fa?"

Mendengar itu, wajah Faas memerah. "Aku bisa sendiri" jawabnya dengan memalingkan wajahnya.

Bima kemudian beranjak keluar dan Faas buru buru melepas celananya kemudian mendaratkan bokongnya dicloset duduk.

Cairan Bima sangat terasa mengalir keluar dari dalam lubangnya sampai menetes deras dan bunyinypun dapat dengan jelas Faas dengarkan.

Wajah Faas memerah total, ia tak menyangka dirinya akan semesum ini.



.



Berhubung Faas tidak bisa jalan dengan normal, hari ini Aldi berangkat PKL seorang diri dan apesnya ia telat karena ban motor Faas menginjak paku ditengah perjalanan. Alhasil Aldi harus mendorong motor itu 1 kilo panjangnya dan 1 jam terlambat.

Kris yang kebetulan datang bersamaan dengan Aldi, ia langsung menghukum anak itu seperti karyawan lain yang suka terlambat.

"Al, keruangan saya" perintahnya.

Gairah Om Om ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang