Chapter 15

52.4K 3.7K 171
                                    

Faas bad mood sepanjang hari, apalagi saat ini ia melihat Bima dengan santainya memakai setelan jas dengan kaos putih yang dimasukkan kedalam celana kain itu tampak begitu pas dan enak dipandang.

'Pasti Bima akan menjadi pusat perhatian' begitulah kira kira pikir Faas.

Dengan bersila dengan toples kapasitas 5 liter yang berisi keripik buah dan sayur Faas duduk ditepi kasur sambil memandangi Bima yang Faas ketahui, pria dewasa itu akan makan malam dengan keluarga dan otomatis istrinya juga akan disana.

Dengan tatapan sinis juga cemburu, Faas menggigit satu genggaman penuh keripik itu dalam sekali gigitan.

Bima yang mau tidak mau harus tetap keacara itu mengabaikan Faas meski ia tau seharian ini Faas sedang terlihat bad mood meski ia tidak tahu letak kesalahannya dimana.

Bima yang sudah selesai berdandan, ia menghampiri Faas kemudian menyetarakan tingginya.

"Aku pergi dulu, dinaskas ada uang tunai dan kartu kredit, kau bisa memakainya untuk bersenang senang, pinnya tanggal lahir kamu dan kunci mobil juga ada disana"

Faas memilih memalingkan wajahnya dan tidak mau menanggapi perkataan Bima sama sekali.

Bima mengecup kening Faas dan mengusap rambut yang sekarang wangi itu kemudian pergi.

Setelah mendengar pintu kamarnya tertutup Faas menurunkan punggungnya, ia merasa sedih juga kecewa dengan Bima tapi ia tidak tahu harus membicarakan hal ini atau tidak dengan Bima.

.

Setelah keperjgian Bima malam itu, pria dewasa itu terhitung sudah 5 hari tidak mengunjunginya.

Faas mulai merindukan dan ingin sekali menelpon Bima namun gengsinya jauh lebih tinggi dari rasa rindu itu sendiri.

Padahal Bima sendiri sedang memberi ruang untuk Faas agar dapat bersama teman temannya untuk memperbaiki moodnya yang buruk.

Namun Faas malah berpikir kalau Bima sedang bersenang senang dengan istrinya.

Merasa kesal dengan Bima juga dirinya sendiri, malam minggu Faas mengajak Aldi yang sedang menonton film bergenre psikopat itu ditarik paksa oleh Faas.

"Oi.....Fa, aku lagi nonton, kenapa main tarik aja se?"

"Temenin gue buat jalan jalan"

"Emang lu punya duit?" Balas Aldi.

Faas menunjukkan segepok uang dan kartu berwarna kuning emas pada Aldi.

"Anjay.....pacarnya om om enak juga ya, ya udah ayok, ke mall yok nongki ke Moonbuck?"

"Ogah. Gue gak tau cara mesennya gimana?"

"Udah serahin sama gue aja" yakin Aldi yang merasa bisa karena pernah nonton tutorialnya di youtube.

.

Namun pada kenyataannya apa yang diucapkan Aldi membuat baristanya binggung dan berakhir hanya main tunjuk dan mengangguk sesuai arahan baristanya.

"Anjir, lu malu maluin bangsat, mana lagi rame dan antri lagi" bisik Faas.

"Sorry Fa, gue gugup tadi"

"Alesan lu, mesen kopi aja pake gugup, mana habis 5 ratus rebu lagi segini doang, coba makan diwarteg, bisa kenyang sebulan kita"

"Ck, sesekali kek remaja pada umumnya gitu loh Fa, nongkrong ditempat keren"

"Tapi mahal cok"

"Alah, lu tinggal minta sama om Bima juga dikasih Fa"

"Tega lu ya sama temen sendiri, bol gue aja baru sembuh kemarin anjing"

Aldi meringis, mengingat jalan Faas seperti bebek beberapa hari membuatnya merinding. Untung mereka bicara dengan berbisik coba kalau ngegas seperti biasanya. Bisa menjadi pusat perhatian mereka.

Gairah Om Om ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang