Brushes

1.2K 149 66
                                    

Sakura tidak tahu apa yang merasukinya, mengajak seorang Hatake Kakashi berkencan di bukit Hitsujiyama, di pagi buta. Sesungguhnya ia hanya mengarang. Hal ini tidak termasuk ke dalam daftar keinginan kehidupan romansanya. Ia hanya gugup dan melontarkan apapun yang membuatnya tidak terlihat kalau ia seperti gadis yang menyedihkan. Sepertinya itu berhasil.

Sakura berkontemplasi penuh penyesalan di pukul empat pagi, di atas padang bunga daffodil tanpa cahaya matahari yang memancarkan keindahannya. Di hadapannya langsung terekspos Desa Konoha yang tenang, sunyi, dan belum ada tanda-tanda kehidupan. Satu-dua restoran mungkin telah menyalakan lampu untuk menyiapkan hari, namun sisanya masih pulas.

Jam empat pagi—bodoh sekali, Sakura. Tentu saja, Kakashi terlambat, membuatnya harus menyisihkan waktu beberapa jam lagi untuk menunggu.

Ia menyesuaikan posisi duduknya, membenahi lipatan kusut alas pikniknya, dan membuka keranjang makanan. Ia tidak lapar, tapi ia tak bisa menahan bosan. Semua orang pasti setuju kalau kau tidak perlu lapar untuk menikmati sepotong sandwich, kau hanya butuh rasa bosan.

Satu potong sandwich telah ia habiskan, dan pria itu belum muncul. Sebentar lagi matahari terbit. Persetan.

Ia mengambil ocha panas di termos dan menuangkannya di gelas yang telah ia siapkan—

"Yo."

—dan menyemburkannya saat suara Kakashi begitu keras memekak tepat di telinganya.

"Kapan kau sampai?!"

Kakashi mengedipkan satu matanya, menahan senyum di balik maskernya saat Sakura mulai mengusap mulutnya dan membersihkan sisa-sisa ocha di bajunya. Ia terlihat jengkel.

"Kau tidak mendengarku mendekat?"

"Tidak, sama sekali," Sakura menatapnya, "Kau mengerjaiku."

Kakashi mengangkat bahu dan menggeleng, "Bukan maksudku."

Ia mengangkat sesuatu di tangannya, dan Sakura baru menyadari bahwa Kakashi membawa keranjang pikniknya sendiri, juga.

Ah, pagi ini tak bisa lebih canggung lagi.

Sakura berdeham, membiarkan Kakashi duduk di sampingnya. Ia mencoba untuk mengatur detak jantungnya saat dirasanya semua ini begitu canggung. Kakashi mempersilakannya untuk membuka keranjang pikniknya, ia membuatkannya untuk Sakura, katanya.

Sakura disuguhkan oleh sebuah bento, dan ketika ia membukanya, menunya tidak terlalu mengejutkan; onigiri, sushi, dan sayur mayur. Ia juga menyisipkan beberapa buah-buahan untuk menambah warna-warni kotak makanan itu.

Namun yang membuat bibirnya menyunggingkan seulas senyum adalah bagaimana Kakashi menyusun semuanya menjadi figur wajahnya; sayur kemerahan sebagai rambutnya, dua anggur hijau seperti matanya, dan beberapa nori sebagai pemanis.

"Apa ini?"

Kakashi turut mengintip karya seninya, "Uh, aku mencoba menggambarkan dirimu. Namun sepertinya sedikit bergoyang saat aku membawanya—terlihat seperti Hachibi sekarang."

"Uh... ya, sedikit."

Keduanya tertawa. Sakura bersyukur ia memiliki 'teman kencan' yang memiliki humor yang buruk, sehingga ia bisa mengkritiknya tanpa merasa canggung.

"Kau tahu onigiri bukan makanan kesukaanku, tapi Sasuke, 'kan?"

Kakashi membeku.

"... Benarkah?"

"Kau sulit dipercaya."

Selanjutnya mereka hanya menikmati hidangan piknik yang mereka siapkan untuk satu sama lain—setidaknya Kakashi begitu baik, memikirkan soal bentonya, walau ia menolak untuk menyantap bersama karena masker bodohnya—seraya keduanya menunggu tanda fajar pertama. Warna keunguan perlahan mengintip mewarnai langit pagi, dan sebentar lagi, matahari akan terbit. Mereka berbincang tentang banyak hal; Naruto, Sasuke, kegilaan Tsunade yang menjebak mereka di situasi sulit, rumah sakit, dan kabar-kabar shinobi dan kunoichi sebaya Sakura yang menitik karir yang beragam.

Started by a Mission (2022)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang