Degup jantung Sakura berpacu tidak beraturan. Wajah mereka sangat dekat, hidung hampir bersentuhan, dan entah apa yang akan Kakashi lakukan.
Ia benar-benar akan menciumku!
Sakura bisa mendengar suara nafas Kakashi, begitu tenang, dan tidak terbaca. Aroma tubuh Kakashi kini menguar dan mengikat penciumannya, seperti wangi hutan dan kayu-kayuan, begitu lembut, maskulin, dan hangat.
Sudah lama Sakura tidak merasakan hangat tubuh seorang pria, dan sesungguhnya, ini sungguh menegangkan.
Hidung Kakashi hanya berjarak beberapa milimeter dari pipinya, sekarang.
Sakura mencoba untuk tidak membuka matanya. Ia memejamkan matanya lebih erat, mengalihkan kepalanya menjauh dari wajah Kakashi.
Ia ingin pergi dari sini, menghilang!
Tetapi kenapa tubuhnya tidak bisa melawan?
Tak diduga, Kakashi justru mendekatkan wajahnya ke telinga kiri Sakura yang berada berseberangan dari posisi duduknya, kemudian berbisik,
"Kau takut?" bisik Kakashi pelan.
Sakura membuka kedua matanya lebar lebar dan melirik kekanan untuk bertemu pipi Kakashi. Mereka tetap di posisi canggung seperti itu, sampai akhirnya ia menyadari posisi mereka yang cukup berbahaya, kemudian mendorong Kakashi keras.
Kakashi tidak bereaksi banyak, maupun mengeluarkan ekspresi yang mudah dibaca. Ia terlalu tenang, datar, dan mencekam. Biasanya, Sakura bisa membaca apa yang orang pikirkan, akan tetapi, Kakashi begitu rumit.
"Kau menyebalkan."
"Kau tidak menjawabku."
"Huh?"
Kakashi mendekatkan tubuhnya pada Sakura, lagi, "Apa kau takut?"
Kali ini Sakura tidak mematung. Ia mengerutkan kening, kesal. Kedua mata emeraldnya menyorotkan amarah yang tak dapat disembunyikan, "Tidak. Untuk apa aku takut padamu?"
Sakura hendak mendorongnya. Namun Kakashi menangkap pergelangan tangannya saat ia mencoba melakukannya.
Ada apa dengan orang ini, sebenarnya?!
"A-Apa yang akan kau lakukan?!"
Kakashi mengamati ekspresi Sakura, dan detik itu, ia merasa Kakashi mengekspos dirinya. Apapun yang ia pikirkan dan rasakan, terasa tersedot ke dalam tatapannya, terbaca bagai buku yang terbuka lebar.
Kakashi mengembuskan tawa kecil, dan seketika atmosfer di sekitar mereka berubah menjadi sedikit rileks.
"Kau takut."
"Kenapa kau terus mengatakan hal itu?!"
Kakashi melepas genggamannya, bangkit dari ranjang, dan membelakangi Sakura menghadap jendela.
"Kalau kau memang benar-benar memilih opsi pertama, kau akan menghadapi hal lebih menakutkan dari itu."
Sakura meneguk ludahnya. Kakashi membuatnya kesal hari ini, akan tetapi, perkataannya menderingkan kebenaran. Sakura tidak akan pernah siap menghadapinya. Kalaupun waktu akan menjawab... ia tidak tahu harus memulai dari mana.
Kakashi memutar tubuhnya, kembali menghadap Sakura yang tertunduk dengan lamunannya. Jari-jari lentiknya memainkan selimut di atas ranjangnya, dan tampaknya ia hendak mengatakan sesuatu, namun menelannya kembali.
"Aku benar-benar serius akan perkataanku barusan, Sakura."
Sakura mengangkat wajahnya, tertegun bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Started by a Mission (2022)
Fiksi PenggemarSakura selalu menghormati Kakashi sebagai mentor dan rekan seniornya. Ia tidak pernah membayangkan bahwa suatu hari, Daimyo Api mengunjungi Konoha, memberikan gulungan emas dari Daimyo Lima Negara, memintanya untuk menikahi orang yang paling dihorma...