Chapter 8

204 37 2
                                    


Selesai menyuapi Edha.
Merciem langsung pergi, jam makan siang akan segera berakhir dia tidak ingin tertinggal untuk pelajaran selanjutnya. Dan juga, banyak hal yang perlu dia pelajari tantang sistem serta dunia tempat dia tinggal sekarang. Tidak cukup hanya dengan informasi dari pria yang di temuinya dulu.

"Kau mau kemana istri? Tetap di sini bersamaku." Edha memanggil Merciem menyuruhnya kembali duduk. Ini pertama kalinya dia di suapi makan oleh seseorang. Sebelumnya dia akan menolak jika ada yang ingin memberinya makan. Namun, Edha entah mengapa ingin makan disuapi oleh Merciem sendiri.
Aneh kenapa aku menjadi sangat manja begini?? Mungkin karena terbiasa melihat ayah yang makan disuapi oleh ibu?

"Sebentar lagi kita masuk, apa kau tidak ingin kembali ke kelas? jika benar, kau bisa lanjut makan dengan tangan mu sendiri, Edha." Karena dia anak dari raja dunia bawah dia sangat manja, bisa kubayangkan bagaimana Edha di perlakukan di sana.

Edha memandang dengan mata penuh penyesalan, bibirnya memanyunkan dalam kekecewaan. "Ehhh, tidak bolehh, itu hanya pelajaran astronomi tidak begitu penting, tetap disini bersamaku," desisnya. "Sialan, mengapa aku melakukan ini, menjijikan." Suaranya teredam oleh rasa asing yang mendalam.

"Lupakan, kau boleh pergi," ucap Edha akhirnya.

"...?" Mengapa tiba-tiba dia berubah pikiran? Merciem bingung dengan tingkah laku Edha yang berubah. Meski merasa kebingungan, Merciem memutuskan untuk tidak memikirkannya dan mengambil langkah, "Terserah lah, yang penting sekarang aku harus pergi," ucapnya, meninggalkan Edha dalam keheningan.

"Ugh.. aku sedikit mengantuk."

Merciem melangkah keluar dari kafetaria meninggalkan keceriaan suara tawa dan percakapan di belakangnya. Ia beralih dari lantai yang ramai menuju tangga yang membawanya ke kelas selanjutnya.
Merciem memutuskan untuk tidak menggunakan teleportasi agar tidak menghabiskan mananya.

Merciem berjalan melalui koridor-koridor yang mengilap. ia menuju ke Aula Astronomi yang terletak di sayap sekolah yang agak terpencil.

Langkahnya memudar ketika ia meniti setiap anak tangga, pikirannya terhanyut dalam pemikiran yang mendalam. Cahaya dari lampu lantai menyentuh langkah-langkahnya, menciptakan bayangan yang mengiringi perjalanan menuju kelas astronomi. Dia merasakan perubahan dalam atmosfer seiring ia mendekati ruang tersebut.

Seiring mendekati pintu masuk aula, cahaya berkilauan dari lentera sihir di langit-langit semakin memenuhi koridor. Suara pelajaran sihir yang teredam dan cicit suara kaki para siswa menghiasi perjalanan Merciem menuju kelas astronomi.

Ketika Merciem memasuki Aula Astronomi, keindahan langit malam sihir terbentang di depan matanya melalui langit-langit transparan. Merciem mencari tempat duduknya, merenung sejenak sebelum membenamkan diri dalam pengetahuan kosmis yang menunggunya. Di sebelahnya duduk Mokin sang kerua kelas.

"Di mana Edha?"
Mokin memandang ke arah Merciem sekaligus bertanya keberadaan Edha.
"Kau bersamanya tadi."

"Oh, itu dia sepertinya masih lapar. Jadi aku meninggalkannya."
Merciem menjawab seadanya tanpa menjelaskan lebih rinci.

"Ah.. dia itu, padahal pelajaran ini sangat penting kenapa dia.."

"Biarkan saja, dia akan datang," potong Merciem, menghentikan kekhawatiran Mokin

"Kuharap begitu, jika dia tidak ada bagaimana aku menjelaskan kepada profesor Meesha."

Pelajaran astronomi di sekolah sihir memberikan pengalaman magis yang unik bagi para siswa. Ruang kelas dilengkapi dengan jendela-jendela ajaib yang membuka pandangan ke langit malam yang dipenuhi bintang dan planet-planet. Pada malam hari, kelas ini dapat menyajikan pemandangan langit yang sangat indah.

[BL] NachsteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang