Chapter 9

169 33 24
                                    


Setelah pelajaran selesai, Edha mendekati Merciem dengan senyuman kecil di wajahnya. "Mungkin kita bisa membahas lebih lanjut tentang gerhana sihir, bagaimana menurutmu?"

Merciem mengangguk setuju "Ya, Profesor Meesha memang tahu cara membuat pelajaran jadi menarik."

Sebenarnya Merciem ingin sekali untuk pergi dan melanjutkan membaca, namun dia terikat oleh janjinya di kelas Astronomi bersama Edha.

Karena itu saat ini Merciem berada di Asrama Edha, tepatnya di ruang tamu kecil yang terletak di lantai bawah. Lampu redup memberikan suasana yang tenang dan nyaman di ruangan itu. Merciem dan Edha duduk di sofa yang empuk, sementara secangkir teh hangat menemani mereka.

"Jadi Istri, apa pendapatmu tentang pelajaran tadi?"

"Oh, bagus. Gerhana sihir dan sebagainya."
Jujur saja, Merciem sebenarnya menikmati pelajaran tentang sihir. Namun terkadang rasa malas mengalahkannya.

"Tapi kamu tahu, ini sangat menarik. Mungkin kita bisa menggunakan ilmu ini untuk membuat trik sulap baru!"

Merciem, "Trik sulap? Hmm, aku lebih suka trik tidur. Itu lebih menarik."

Edha tertawa. "Trik tidur? Apa triknya?"

"Tinggal di kelas astronomi, pasti kau akan melihatnya."

Edha tertawa lebih keras "HAHAHA Baiklah, itu lucu. Tapi serius, apa yang menurutmu paling menarik dari pelajaran tadi?"

"Hmm, mungkin bagaimana planet-planet itu berputar. Aku pikir, kalau aku bisa membuat mereka berputar lebih lambat, mungkin akan ada waktu ekstra untuk tidur.

Tersenyum "Kau benar-benar punya cara unik untuk melihat hal-hal, Istri."

Lupakan dengan apa dia memanggilku dan cukup anggap dia anak dengan iq rendah.
"Apa yang bisa kukatakan, dunia ini lebih baik dilihat dari tempat tidur."

Edha mengeluarkan buku catatannya. "Hei, Istri, kau tahu tidak kalau bulan di dunia bawah berubah warna saat gerhana?"

Sambil mengangkat alisnya, Merciem tertarik. "Oh, benarkah? Jadi bulan disana bisa menjadi warna apa saja?"

"Bisa jadi biru, merah, atau bahkan emas. Bayangkan saja, malam-malam indah dengan bulan emas! Sesuai dengan warna mata mu."

"Hmm, mungkin lebih cocok kalau bulannya berubah jadi hitam, sesuai dengan gaya sihir gelapku." dengan nada acuh tak acuh, Merciem membalas.

Tersenyum, "Tapi istri, kan hitam warna sebenarnya."

Merciem menatap Edha dengan serius "Warna sebenarnya itu hanya ilusi, Edha."

"Hahahaha Kalau begitu, kita tinggalkan warna dan fokus pada sihir gelapmu yang misterius."

Percakapan lucu ini menciptakan rasa keakraban di antara Merciem dan Edha.

Setelah selesai mengobrol dengan Edha, Merciem memutuskan untuk kembali ke Asrama.

"Aku akan bersamamu."

"Tidak, ini sudah malam. Anak-anak harus tidur dengan cukup."

"Apa maksudnya itu, kau juga anak-anak. Aku akan mengantarmu ke Asrama."

"Tidak perlu, Akademi ini tidak kekurangan penjaga."

"Uhh.. tetap saja, sebagai calon suami-"

"Edha hentikan, Aku bisa pulang sendiri. Kau tidak perlu jadi 'pahlawan' yang mengantarkan ku."

Edha mengangkat bahu "Seperti yang kau inginkan. hati-hati di sekitar pojokan yang gelap."

"Kau pikir aku akan ketakutan?"
Tentu saja tidak mungkin, dia adalah pria dewasa. Bahkan di kehidupan pertama, hantu adalah hal terakhir yang ditakutinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[BL] NachsteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang