4. Tokoh Favoritku

129 87 94
                                    

Malam itu, seseorang mengunjungi kamarku. Dia hanya bermain ponsel di atar kasurku. Siapa lagi kalau bukan saudara laki-lakiku.

"Sejak kapan, Ca?"

Yang tadinya hanya terdengar suara jangkrik dari luar, sekarang pecah dengan suara dari saudaraku itu.

"Hah, apanya yang sejak kapan?"

"Itu pacarannya sama Gara, sejak kapan?"

Sambil memperhatikanku yang sedang duduk di depan komputer, saudara laki-lakiku itu bertanya tentang hubunganku dengan Gara.

"Kemarin, kenapa memangnya?"

Dia hanya mengangguk, tidak lama kemudian dia berkata,

"Siapa sih Ca, yang rela adik perempuan satu-satunya dimiliki orang lain?"

Aku menatapnya tidak percaya, apakah dia sedang cemburu dengan Gara? Jika benar, ini sungguh di luar dugaan.

"Mas, cemburu sama Gara?"

Dia menggeleng,

"Bukan cemburu, Ca. Lebih ke, pasti waktu kamu bakalan dibagi buat Gara juga."

Aku tertawa melihat respon nya.

"Mas, aku masih tetap adikmu yang kamu anggap tidak pernah dewasa itu. Aku juga gak sepenuhnya bisa disebut milik Gara. Aku masih punya banyak waktu buat dihabiskan sama Mas."

"Tapi tetap aja beda, Ca."

Aku beranjak dari kursiku, berjalan mendekat ke arahnya, lalu duduk di sampingnya.

"Mas, inget gak waktu Mas El punya pacar dulu? Aku bahkan sampai gak mau ngobrol seminggu kan sama Mas El?"

"Tapi kan sekarang udah putus, Ca."

"Bukan masalah putusnya, Mas. Tapi gini, dulu aku juga ngerasa gitu. Aku kira, Mas El bakalan cuek ke aku, ternyata perlakuan Mas El sama aja. Engga berubah sama sekali. Aku juga akan kayak gitu ke Mas El, gak ada yang berubah."

Dia terdiam, mungkin sedang mencerna apa yang aku ucapkan. Tidak lama dia tersenyum, lalu menepuk rambutku pelan.

"Lakuin apa yang menurut kamu menyenangkan, Ca. Tapi inget, jangan melulu pakai hati, pakai logika juga. Gak nyangka, udah gede aja ya kamu."

Sambil tersenyum, aku mengangguk menanggapinya.

"Gih bobo, udah malem." Lanjutnya, kemudian berjalan meninggalkanku sendirian di kamar.

Setelahnya, ponselku berdering. Nama Gara muncul di dalamnya, dia meneleponku.

"Hallo, dengan Gara di sini. Siapa di sana?" ucapnya dari seberang telepon.

"Aca, Aca di sini."

"Ada apa telpon malam-malam gini?" lanjutku.

"Abangmu cemburu ya, Ca?"

"Kamu kok tau? Tapi udah engga, udah luluh dia hahaha."

"Tadi sore aku ngobrol langsung sama Bang El, terus responnya agak kurang suka. Waduh deg-degan aku, Ca."

Aku tertawa menanggapi ocehannya.

"Serius ini, Ca." Lanjutnya,

"Iya Gara, ini juga lagi serius kok. Lagian juga udah gapapa."

"Alhamdulillah deh kalo gitu. Oh iya, besok kelas pagi kan? Aku jemput ya."

"Kalau gak dibolehin Mas El, gimana?"

"Hilih, orang aku udah ijin tadi."

"Emang iya?"

"Gak percaya mah udah."

Aeonian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang