Aca, perempuan yang tidak pernah kehabisan cerita untuk dibagikan kepada dunia. Ia bertemu dengan laki-laki yang tidak pernah menjadikan sibuk sebagai alasan untuk tidak berbincang dengannya. Pertemuannya dengan Tenggara tidak merubah sifat aslinya...
Ibarat kata, dia sempurna, di kehidupanku. Waktu terus berjalan, kematian dan kelahiran yang sudah direncanakan oleh Tuhan datang bergantian. Sudah dua bulan semenjak aku berpacaran dengannya. Tetap sama, tidak ada yang berubah dari dirinya. Manusia yang penuh dengan teka-teki itu, membawaku masuk lebih jauh ke dalam dunianya.
Ayah bilang, jangan terlalu menyukai sesuatu yang belum pasti. Jika tidak sesuai ekspektasi, nanti akan sakit hati. Aku ingat betul bagaimana respon ayah ketika tahu bahwa dia berpacaran denganku. Datar, ekspresi wajahnya tidak terbaca.
Ponselku berdering, nama Tenggara muncul di layar notifikasi. Dia selalu berhasil mengalihkan segala sesuatu yang aku lakukan. Aku menutup jendela, hujan sore ini tidak terlalu deras, maka dari itu, aku menikmati aromanya sebentar.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku mau ke rumah, nanti malem
Hati-hati
Selalu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku tersenyum membaca pesan terakhirnya. Jika dideskripsikan seperti apa dia, aku bingung harus mulai dari mana. Dia terlalu misterius untuk diajak bermain tebak-tebakan.
Sudah dua jam hujan belum berhenti, aku tidak khawatir tentang dia yang akan datang ke rumah dengan kondisi bumi saat ini. Karena aku tahu, tanpa diingatkan pun dia akan melindungi dirinya dari tangisan awan.
Aku cukup hapal dengan suara motornya, dia sudah datang. Aku menghampirinya, namun tidak langsung membukakan pintu. Aku melihatnya dari jendela, dia sibuk menata jas hujan yang sudah basah. Menurutku, dia bukan tipe pacar yang selalu membawakan martabak, bakso, atau bahkan mie ayam, ketika berkunjung ke rumah pacarnya.
Tapi, dia selalu punya kejutan-kejutan yang tidak pernah aku kira sebelumnya. Aku membukakan pintu untuknya, kemudian tersenyum, dan mengajaknya masuk.
"Buat kamu, Ca."
"Ini apa?" kataku setelah menerima barang darinya.