بسم الله الرحمن الرحيم
"Penampilan tidak pernah mendeskripsikan wataknya, berhenti melihat hanya dari covernya saja"
°°°
Pagi itu, hujan turun semakin deras. Terdengar suara petir menggelegar dari sudut sudut langit. Tidak terlalu kentara, namun munculnya membuat bulu tengkuk berdiri serentak bersamaan dengan angin yang perlahan menyebar.
Dari berita cuaca yang viona lihat kemarin, seharusnya hari ini terang benderang. Padahal viona sudah yakin, makanya dia tadi memutuskan untuk jalan kaki. Berhubung jarak dari rumah kesekolahnya lebih dekat dengan berjalan kaki. Hitung hitung memberi istirahat untuk si sutet--montor kesayangannya viona, yang kadang-kadang suka mageran buat diajak jalan. Lagi pula untuk apa dia harus repot repot membawa payung jika--ah.. Viona hampir saja melupakan sesuatu. Payung berwarna langit tadi.. Siapa kira-kira yang memberinya? Dia tidak merasa pernah mengenalnya. Tapi.. Aish entahlah, yang penting dia tidak kehujanan!.
Saat hujan turun dengan derasnya nyaris tak ada celah, viona menelungkupkan payungnya tepat saat kakinya berada diambang pintu kelas . Tak mau hilang, viona membawa sekalian payung itu kedalam.
Seperti biasa, kelas yang seharusnya tengah belajar itu malah ingar bingar karena pelajaran kosong. Viona tidak peduli. Toh, dia juga suka keributan.
"Lanjutkan, lanjutkan! " Teriaknya pada seisi kelas. Sedetik hening, lalu kembali ricuh.
Lantas dengan cepat dia menghampiri ke-4 sahabatnya yang tengah duduk melingkar. Dapat ditebak jika tidak sedang main pak polisi pak polisi, ya pasti ngerumpi.
"Wah.. Keponakannya Fir'aun dateng! " Selaku orang yang paling sewot diantaranya lainnya, raka menyambut viona yang baru saja nimbrung disebelahnya.
Viona mengangguk dengan gaya jumawa. "Pada ngapain nih? Main gaple ya? " Tanyanya basa basi.
"Astaghfirullah! Enggak lah! Naudzubillah! Kita ini lho lagi nyari nomor togel. " Kelakar naraya.
"Iya. Padahal gwe tadi nya mau ngajakin ngepet berjama'ah. Aya yang jaga lilin, raka yang jadi babinya, ngambilnya dirumah piona, dan gwe yang menikmati hasilnya." Sambung gelpa ikut-ikutan. Dan tentu saja langsung mendapatkan Gapratan dari dua orang sekaligus. Korban ngepet dan babinya.
Yang lain spontan ngakak sedangkan satu sahabat lainnya--Teratai selaku orang paling kalem hanya mesam-mesem.
Mereka ber-5 memang susah bersahabatan dari zaman kelas satu SMA. Terkecuali Naraya dan raka yang sudah bersama sejak dari embrio. Berteman dari bayi, melewati fase-fase dewasa bersama hingga akhirnya terjebak dalam satu perasaan. Dan memutuskan berpacaran satu tahun lalu.
Berhubung mereka tetap satu kelas hingga sekarang, solidaritas mereka terus terjalin. Berusaha menemani satu sama lain, mengisi dengan canda tawa dan duka yang ditanggung bersama, melengkapi masa putih Abu-Abu mereka dengan kesetiakawanan yang selalu bahagia. Assseeekk!
Walaupun sering sekali bertengkar dan adu bachot--karena dua diantara mereka suka bachot-membachot dan dua lainnya mempunyai hobi menghujat teman sendiri. Terkecuali Teratai pokoknya. Marahan mereka tidak akan berlangsung lama. Dan akan kembali menyatu.
Contoh kecil saja, saat persahabatan mereka sudah berjalan hampir satu tahun, raka dan naraya selaku pasangan paling sewot merasa diperlukan tidak adil. Disaat semua jenis circle ataulah sebut saja geng memiliki nama, kenapa hanya geng mereka saja yang tidak. Saat itu mereka menyalahkan viona. Karena propokator terciptanya geng mereka adalah dia. Dengan kata lain, viona lah ketuanya. Seharusnya begitu. Tapi dengan entengnya viona malah bilang
"Nama apaan. Kagak kagak! Lo semua tau kan kalau kita itu bukan geng! Kita itu sejenis paguyuban. Kan lebih epic tu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The secret asyhadu
Ficção Adolescente" jika tidak bisa sekuat hujan menyatukan langit dan bumi, jadilah selembut do'a yang menyatukan harapan dan takdir. " . " kenalin nama gue Viona isabella mazaya! . " . "Hallo mas Al, main gaple yuk!? " . " lu itu dah over toxic!. " . " om jaye...