6

1K 122 10
                                    

Sesuai janji Temari beberapa hari yang lalu. Ternyata benar, Hinata menyukai salah satu menu ramen di kedai kekasihnya. Dan dia ambil kesempatan itu untuk mengajak Hinata dan tentu saja dengan Natsu. Salah satu hal yang harus di lakukam Temari. Agar wanita itu tahu bahwa dunia masih banyak menyimpan harapan, untuk dirinya, untuk masa depannya.

Meski ia harus menyimpan kekesalan luar biasa dalam hatinya.

"Ada apa Temari-san?" Tanya Natsu saat ia dan Hinata sudah memasuki mobil dan Kou sebagai supirnya.

Wanita dengan surai indigo panjang itu menatap lurus ke depan. Tangannya tak lupa menggendong boneka bayi. Bibirnya tersenyum, ia merasa seperti baru keluar lagi setelah bertahun-tahun lamanya.

Gadis itu menghela nafas kasar. "Aku hanya sebal dengan Tuan Neji dan Tuan Toneri." Matanya mendelik kesal pada mobil yang mengikutinya di belakang. "Lihatlah, mereka begitu sok perhatian dan khawatir pada Hinata-san. Kemana mereka sejak Hinata-san terpuruk."

Natsu hanya terkikik geli melihat amarah Temari. Memang ia juga sama kesalnya dengan tuan muda itu. Tapi apa mau di kata, dia hanya seorang pelayan tak berani melawan.

"Maka dari itu, aku justru sangat bersyukur bisa merawat Nona Hinata sejak berita kehamilannya, bahkan mereka sudah mengusirnya sejak itu."

Mereka berbicara salimg berbisik, menatap kemalangan nasib Hinata sejak itu hingga saat ini.

Tapi tentu saja Temari dan sang pengasuh itu akan mengembalikan keceriannya yang dulu.

Tak butuh waktu lama untuk sampai di kedai yang di maksud Temari. Kedua mobil itu terparkir rapi tak jauh dari kedai. Satu persatu sang penghuni keluar.

Hinata, wanita itu kini jauh lebih cantik dan lebih segar dari sebelumnya. Itu karena Natsu merawatnya dengan baik, rambut panjang indigo tergerai bebas, tubuh mungil dan ada beberapa bagian yang semakin berisi. Dress selutut yang ia kenakan, semakin menawan di pandang.

Angin berhembus menghalau wajah cantik itu. Bibirnya mulai terbit lagi saat ia bisa melihat keadaan luar. Sekilas tak ada yang menakjubkan untuk di lihat, tapi bagi dirinya untuk bisa menapakkan kaki dari luar rumah seperti ini seperti ini adalah hal asing.

"Hinata-san, ayo kita masuk ke kedai. Meski terlihat sederhana tapi percayalah, menu yang mereka sediakan akan memanjakan lidah kita." Ucap Temari seraya menggandeng lengan Hinata.

Hinata hanya tersenyum lembut mengangguk.

"Apa bagusnya tempat ini?" Gumam Toneri yang seakan tak ingin ia menginjakkan kakinya kesini.

Temari mendelik kesal. "Jika Tuan tidak suka, kenapa harus mengikuti kami? Kami merasa tak mengundangmu." Setelah mengucapkan itu, lantas Temari langsung berjalan menuju kedai.

Neji menepuk bahu Toneri yang terlihat kesal karena omongan Temari. "Sudahlah, ikuti saja mereka." Neji berjalan mendahului Toneri.

Pria berambut perak itu mendengus kasar. Kakinya panjangnya mulai melangkah.

"Selamat datang di Kedai Ichiraku. Oh Kak Temari, aku kira siapa____"

Temari menepuk pelan bahu Konohamaru yang tampaknya terpana atas kedatangan pelanggannya kali ini. "Tahan dulu rasa pesonamu,"

"I-iya kak, cantiknya..."

Hinata tersenyum ramah pada salah satu pegawai disana. Mereka seperti melihat bidadari yang nyata. Tapi senyum mereka harus luntur saat tahu siapa selanjutnya yang datang. Meski kedua orang ini tampan tapi karena tatapan mereka dingin dan datar, mereka harus menunduk.

Tentu para pegawai itu tahu siapa mereka.

Beruntung kedai sedang sepi untuk saat ini.

Toneri manatap seluruh interior kedai ini, tidak terlalu burk fikirnya. Tapi bagi dirinya yang sekelas bangsawan, ini terasa aneh.

The Way Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang