4

1K 106 4
                                    

Hujan telah reda sejak satu jam yang lalu.
Hinata harus terbangun kala merasakan dingin menyeruak dari jendela kamar yang tak tertutup. Bahkan deritan jendela terdengar.

Ametisnya mengamati sekeliling dalam diam. Ia sama sekali tak ingat kenapa berada di kamar yang menurutnya asing. Lalu matanya melirik ke samping pada seseorang yang tertidur pulas. Dengkuran itu begitu halus.

Matanya membola kaget, saat ia tahu tidur dengan seorang pria. Lalu seketika, ia teringat atas rentetan kejadiannya. Sekarang ia sadar apa saja yang telah ia lakukan disini.

"Memalukan... " Lirihnya.

"Ada apa dengan diriku?" Ucapnya seraya memandang wajah pria berambut pirang itu. Bahkan air mata kini lolos kembali. Hinata menangis tanpa suara.

Lalu ia melihat jam dinding yang berdetak. Dirinya begitu terkejut waktu menunjukkan pukul tiga dini hari. Bahkan Hinata sudah memprediksi, keluarganya akan murka dan mungkin saja membunuhnya.

Ia harus segera pergi.

Wanita itu menggeser lengan kekar dan kaki Naruto perlahan. Ia tak mau lelaki itu melihat dirinya lagi. Tubuhnya bangkit dari tidur. Rasa ngilu di seluruh tubuh terutama pada bagian pangkah paha. Membuatnya meringis.

Dengan tertatih, ia sudah menggunakan pakaiannya secara lengkap. Sebelum membuka kenop pintu, ia sempat melirik pada pria yang sedang tidur di ranjang. Air mata kembali mengalir, namun segera ia tepis.

"Ini bukan salahmu, aku tak akan menyalahkanmu. Aku harap kau tak mencariku setelah ini." Benar, dirinya tidak akan menyalahkan siapa-siapa. Entah kenapa hal itu terjadi begitu saja, dan saat detik-detik itu, ia menginginkan sentuhan. Hinata menggelengkan kepalanya cepat-cepat. Itu hal yang memalukam dan menjijikan, ia seperti wanita murahan. Jika suatu hari terjadi sesuatu pada dirinya, biarkan dia telan sendiri. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri.

Hinata menyusuri jalanan yang gelap nan dingin. Ia harus menahan rasa sakit ketika berjalan, dan tepat saat ia sudah berada di jalan utama, seseorang tengah menghampirinya.

"Nona Hinata! Apa yang terjadi padamu?" Itu Natsu, pengasuh Hinata sejak kecil.

Hinata hanya bisa menangis menganggapi pertanyaan pelayannya.

"Apa nona terluka? Sejak dari pesta, Kou sama sekali tak menemukanmu, Nona. Padahal pesta sudah berhenti sekitar jam satu"

"Aku baik-baik saja Kak Natsu. Kau tidak usah khawatir."

Natsu hanya bisa tersenyum, ia tahu nona nya ini sedang berbohong. Dari segi penampilan saja ada sesuatu yang membuatnya janggal, tapi dia tak ingin membahas itu.

Mereka kini sudah masuk ke dalam mobil. Tak lupa Natsu menyampirkan mantel untuk Hinata yang terlihat menggigil.

"Nona, maafkan saya lalai. Saya benar-benar kehilangan jejak Nona." Entah kenapa rasanya Kou memiliki firasat buruk tentang majikannya. Setelah melalui pencariannya yang nihil, ia mutuskan memanggil Natsu secara diam-diam.

Gadis itu tersenyum di balik mata sembabnya. "Jangan menyalahkan dirimu. Kau tak salah." Ia tahu Kou khawatir akan efek dia melanggar peraturan.

Hinata menyandarkan punggungnya dengan nyaman. Matanya menatap kosong jalanan basah di luar sana. "Kalian tidak usah takut, katakan saja yang sejujurnya pada ayahku jika bertanya. "

Tentu saja Kou dan Natsu pasti akan di tanyai demikian. Mereka berdua orang yang jujur. Hinata tak bisa membantah, biarkan ia menerima hukumannya.

Tak ada jawaban dari Natsu maupun Kou. Keduanya sama-sama terdiam.

The Way Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang