Bonchap 2

1.4K 101 14
                                    

Sayang, ada apa?" Tanya Naruto. Mereka kini berada di depan gerbang tinggi. Jika di ingat kembali, empat tahun yang lalu, Naruto hendak menemui putranya terakhir kali, tapi takdir berkata lain. Ia malah membawa serta dengan ibunya.

Menghela nafas perlahan seraya mengusap perutnya yang besar. Bibirnya berucap. "Aku takut jika datang lagi kerumah ini. Aku takut kita akan di pisahkan lagi, A-aku__"

"Aku pastikan hal itu tidak akan terjadi. Tujuan kita hanya makan malam dan menjenguk ayahmu, kan? Apa itu saja mah Hinata?" Hinata meremas jemari suaminya. Dalam hati ia begitu cemas. Takut hal seperti dulu akan terjadi lagi.

"Tenanglah, ada aku sekarang. Tapi jika itu membuatmu khawatir kita bisa berputar arah."

Sekali lagi, Hinaga meyakinkan dirinya. "Baiklah, jangan terlalu lama setelah selesai kita pulang." Entah mengapa sejak kehamilan keduanya ini, Hati Hinata semakin mudah terbawa perasaan. Ia juga sering menangis tiba-tiba.

Kekehan Naruto terlontar begitu saja. Istrinya ini sangat membuatnya gemas.

"Ayah..." Suara rengekan kecil Boruto terdengar, membuktikan dia mulai bosan di dalam mobil.
Boruto yang duduk di belakang ingin segera di gendong oleh ayahnya.

"Naru, sebaiknya kita segera masuk. Boruto sudah bosan di dalam mobil. "

Pria iti tersenyum, istrinya sudah mulai tenang.

Gerbang terbuka secara otomatis. Menampilkan rumah besar nan megah. Penuh kenangan di benak Hinata, namun ia juga menderita berasal dari rumah itu.

Usai memarkirkan mobilnya, Naruto segera keluat dari mobil, ia menggendong Boruto terlebih dahulu setelahnya membukakan pintu untuk Hinata.

Dengan sangat perlahan, tangan kanan Naruto yang bebas menuntun sang istri untuk memasuki rumah itu.

Sambutan hangat di layangkan oleh beberapa pelayan. Ia juga bertemu Natsu dan mereka saling melepas rindu.

"Ayo Nona dan Tuan, mereka sudah menunggu."

"Tak perlu formal begitu Kak Natsu, aku bukan lagi majikanmu."

"Tak apa Nona.."

Hinata hanya tersenyum, sedangkan Naruto ia begitu canggung atas kondisi ini. Tapi demi keselamatan istrinya, ia akan mengesampingkan semua itu.

Obrolan di meja makan harus terhenti di saat keluarga kecil itu datang. Hinata menghentikan langkahnya beberapa meter saja. Di sampingnya, Naruto menggenggam erat jemari Hinata.

"Kak Hinata!!" Seru Hanabi. Gadis yang mirip dengannya itu menghampiri Hinata. Namun saat akan memeluk, sedikit ragu karena perur Hinata yang besar.

"Tak apa, kakak merindukanmu." Ucapan tulus Hinata mampu membuat Hanabi menangis, lantas ia memeluk kakaknya sedikit longgar.

"Kakak... aku kira kita tak pernah bertemu lagi!"

"Tidak, buktinya kita bertemu lagi." Hanabi melonggarkan pelukannya, ia memandang wajah sang kakak yang terlihat begitu berbeda.

Sedikit berisi karena kehamilannya, bahkan terlihat sangat cantik. Tapi, bukan itu yang terpenting, kakaknya ini terlihat begitu bahagia. Matanya bergulir ke samping, jadi dia laki-laki yang sudah merubah kakak? Tapi kakak terlihat begitu bahagia. Oh.. dan putra mereka begitu tampan!

"Kakak kau semakim cantik..."

"Ekhem, sebaiknya kita makan malam dulu, sebelum akhirnya melakukan hal lain."

Suara Neji mampu menghentikan kegiatan mereka. Hanabi, Naruto dan Hinata duduk di kursi yang sudah di sediakan, tapi sebelum itu, Naruto dan Hinata memberikan salam kepada orang tua Hinata yang tampak diam.

The Way Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang