2

1.1K 129 8
                                    

Sudah satu minggu Naruto merawat bayi itu. Hingga saat ini tak ada satupun keluarga yang berkunjung untuk menanyakan bayi pirang ini.

Di apartemen kecilnya dan sederhana merawat bayi itu secara otodidak yang ia pelajari dari internet. Dan sejak hari itu juga Naruto benar-benar harus di repotkan dengan pengalaman yang baru. Suara tangisan bayi saat tengah malam jika lapar, aktifitasnya yang bertambah harus memandikan bayi itu dan hal lainnya yang seumur hidup belum pernah ia lakukan.

Tapi meski begitu, ia merasa senang dan bahagia entah untuk alasan apa. Jika Naruto harus ke kedai, maka ia selalu membawa bayi itu dengannya. Tak pernah sedetikpun meninggalkannya. Bahkan sahabat pria pirang itu merasa tak keberatan jika harus membantu mengasuh sang bayi.

Pagi ini, dia tak pergi ke kedai. Itu tidak masalah, karena masih ada Shikamaru dan Kiba yang disana. Justru mereka lah yang memberi pengertian pada Naruto. 

Hal ini sudah ia bicarakan dengan Shikamaru beberapa hari yang lalu. Naruto yang terlanjur menyayangi bayi ini, ia tak melaporkannya pada polisi. Justru ia akan menerima saran Shikamaru jika memang dia adalah darah dagingnya. Naruto benar-benar ingin memastikannya sendiri.

"Kau pergilah ke tempat Uchiha Sasuke bekerja. Dia adalah seorang dokter, aku sudah menghubunginya dan dia bersedia membantu." Itu kata-kata Shikamaru. Dia juga memberikan alamat rumah sakit dimana teman sekolahnya itu bekerja atau bahkan menjabat sebagai wakil direkur di salah satu rumah sakit di kota Konoha.

Memang sejak sekolah menengah atas, hanya dia dari klan bangsawan yang tak pernah melihat ketiga pemuda miskin ini adalah sampah masyarakat. Pria bermarga Uchiha ini tak penah memandang rendah seseorang. Baginya berteman dengan siapapun itu adalah sama. Namun karena perbedaan sosial yang tinggi, beruntung bagi Sasuke melanjutkan pendidikannya di luar negeri, setelah lulus menengah atas. Hingga dia terdengar kabar menjadi seorang dokter dan juga sudah menikah beberapa bulan yang lalu. Mereka kira Sasuke akan melupakannya, tapi salah justru ia mengundang teman-teman nakalnya ini dalam sebuah pesta pernikahannya.

"Yosh! Kau sudah tampan nak." Pemuda itu tersenyum senang. Ia akui, satu minggu dengan bayi ini merasa hatinya menghangat. Menatap sendu mata biru yang mirip dengannya.

Mengecup pipi merah itu dengan gemas. "Kau begitu tampan. Dan ya.. Ibumu juga sangat cantik, seandainya dia adalah ibu. Maka hari ini, kita akan buktikan." Naruto membayangkan rupa sang wanita yang sejak malam itu ia damba. Ada perasaan sedih yang menjalar dalam hatinya. Ia hanya pemuda miskin dan tak memiliki akses apapun saat mencari keberadaan sang wanita. Maka sampai hari ini ia sama sekali tak menemukan hasil.

"Ayo kita berangkat." Naruto menggendong buntalan besar itu dari ranjang kecil miliknya. Tak lupa membawa tas ransel. Biasanya ia tak membawa apapun jika hendak bepergian, tapi kali ini berbeda, ia harus membawa seperangkat keperluan bayi dalam ransel kecil miliknya itu.

Bercermin sebentar untuk memastikan dirinya sudah rapi. Ada perasaan menggelitik jika melihat penampilannya. Tidak ada yang aneh memang, hanya saja dia seperti single daddy.

"Ckk. Apa seperti ini memiliki anak?" Ia terkekeh geli mengatakannya.

Naruto segera keluar dari apartemennya itu dan ia melangkah menuju tangga darurat. Karena ia tahu lift sudah penuh, ia tak mau bayi ini merasa sesak. Berjalan menuruni tangga menuju basement dimana mobil tuanya terparkir.

Menyusuri kota Konoha yang mulai padat karena kesibukan di pagi hari.

Sekitar 20 menit, ia telah sampai di rumah sakit dimana temannya itu bekerja. Karena sudah membuat janji sebelumnya, maka tak membutuhkan waktu lama untuk bertemu.

"Naruto, lama tak berjumpa." Mereka memberi salah khas lelaki.

Meski Sasuke di kenal dengan sifat yang cuek, dan irit bicara tapi sebetulnya dia orang yang hangat dan ramah jika dengan orang yang sudah mengenalnya baik.

The Way Of Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang