2

478 37 0
                                    

Junkyu mengajak Sabina berkeliling mansion. Ruangan pertama yang mereka datangi adalah ruang tengah. Dengan sofa panjang yang langsung menghadap ke sebuah taman mini dengan kolam ikan.

"Ini ruangan favorit kamu Sabina," papar Junkyu.

"Oh ya? Kenapa aku suka ruangan ini?"

"Tempatnya luas, sepi, dan segar. Sangat cocok untuk kamu yang suka ketenangan. Kamu suka baca buku di sana Sabina." Junkyu menunjuk sebuah rak buku di ujung ruangan.

"Biasanya kamu baca buku sambil nunggu aku pulang kerja. Dan ketika aku datang kamu bakalan langsung loncat ke pelukan aku," jelas Junkyu. Sabina mengangguk paham meskipun jauh dalam dirinya ia merasa bahwa semua hal yang dikatakan Junkyu itu terasa asing.

"Mau ke atas?" tawar Junkyu.

"Mau!" Sabina membalas girang, tangannya merangkul lengan Junkyu. Sangat menggemaskan di mata pria itu hingga membuatnya terkekeh ringan.

Di lantai 2 itu Sabina dibuat ternganga dengan seberapa banyak foto dirinya yang dipajang di sana. Bukankah Junkyu mengatakan bahwa ia tidak suka difoto?

"Ini beneran foto aku? Kata kamu aku gak suka difoto," tanyanya memastikan.

"Ini semua memang foto kamu. Kamu memang gak suka di foto, bahkan untuk mendapat foto ini aja aku harus ngasih kamu hadiah dulu." Sabina mengangguk pelan mendengar jawaban Junkyu.

"Junkyu," panggil Sabina pelan. Junkyu menoleh dengan tatapan bertanya.

"Boleh aku tau sejak kapan kita tunangan?" pertanyaan itu sontak membuat tubuh Junkyu membeku. Namun senyuman di bibirnya tetap tidak luntur.

"Mungkin sudah tiga tahun," lirih Junkyu.

"Tiga tahun? Itu sudah lama. Kenapa kita belum menikah juga?" tanya Sabina lagi. Jujur ia benar benar penasaran, bukankah pasangan yang bertunangan itu akan segera menikah dalam waktu yang cepat? Lantas kenapa ia dan Junkyu belum menikah meskipun sudah tiga tahun bertunangan.

"Itu gak penting Sabina. Yang harus kamu tau itu kalau aku sayang sama kamu," jawab Junkyu. Kemudian hening beberapa saat, Sabina ingin bertanya tapi ragu.

"Sebelum di sini dan tinggal sama kamu, rumah aku ada di mana?" tanya Sabina lagi.

"Ini rumah kamu sayang," balas Junkyu gemas.

"Maksudku rumah orang tua aku. Aku pingin ketemu mereka untuk mencari tau siapa aku yang sebenarnya." Ucapan Sabina membuat raut wajah Junkyu berubah dari yang tadinya tersenyum menjadi datar. Matanya menatap tajam Sabina. Jujur wanita itu menjadi takut sekarang.

"Jun?" panggil Sabina.

"Ini rumah kamu Sabina. Kamu gak akan ke mana mana karena di sini adalah rumah kamu," cetus Junkyu.

"Selamat malam Tuan dan Nyonya," ucap seseorang dari belakang Junkyu.

Di sana ada dua orang dengan setelan jas berwarna putih, tampak seperti dokter.

"Kami datang ke sini untuk memeriksa keadaan Nyonya Sabina," ucap salah satunya yang bernama Hamada Asahi.

"Sabina ayo ke kamar, kamu harus diperiksa," ajak Junkyu dengan tangan yang menggandeng Sabina.

Sesampainya di kamar, dokter yang bernama Takata Mashiho memberikan sebuah pil yang harus diminum oleh Sabina. Setelah meminum pil itu Sabina merasa bahwa kesadarannya menurun, tubuhnya terasa lemas hingga akhirnya dia pingsan.

Asahi mengeluarkan sebuah jarum suntik yang sudah berisi sebuah cairan lalu menyuntikan cairan itu pada tubuh Sabina.

"Tuan yakin ingin menghilangkan seluruh ingatan Nyonya Sabina?" tanya Mashiho.

Can't Escape • Kim Junkyu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang