Jihoon menatap gerak gerik Mashiho yang kini tengah memeriksa Sabina. Wanita itu kini harap harap cemas mendengar penjelasan Mashiho.
"Kondisi anda semakin baik Nyonya. Anda hanya perlu makan makanan sehat juga istirahat yang cukup. Jangan memikirkan hal lain selain kesehatan anda," jelas Mashiho.
"Dan saya harap anda tidak memaksa diri anda mengingat hal hal yang berkaitan dengan diri anda. Biar saja ingatan anda kembali seperti air yang mengalir, saya yakin kesehatan anda akan semakin baik. Saya merasa khawatir karena setiap Tuan Junkyu memberitahu saya bahwa anda mencoba mengingat sesuatu kesehatan anda pasti menurun," lanjut Mashiho. Tatapan Sabina berubah menjadi sendu.
"Permisi Nyonya," ucap Mashiho lalu meninggalkan Jihoon dan Sabina.
"Aku mau ketemu Junkyu," ucap Sabina pada Jihoon.
"Tuan Junkyu akan pulang lebih awal malam ini Nyonya."
"Kalau aku minta ketemu Junkyu sekarang gimana? Kita bisa pergi ke kantornya kan?" Jihoon terdiam beberapa saat, menimang apakah ia boleh membawa Sabina pergi ke luar mansion.
"Saya tidak bisa Nyonya," tolak Jihoon.
"Ayolah Ji, bareng Yoshi juga boleh," bujuk Sabina dengan tatapan memelas. Jihoon menghela napas kasar lalu menghubungi Yoshi.
Sabina kini sudah bersiap di dalam mobil bersama Yoshi dan Jihoon. Namun belum sempat mobil itu berjalan tiba tiba Yoshi menyodorkan sebuah botol minum ke arah Sabina.
"Ini apa?" tanyanya bingung.
"Minum ini, supaya keadaan Nyonya semakin membaik. Perjalanan dari sini menuju kantor Tuan Junkyu cukup jauh," jawab Yoshi. Sabina kemudian menerima botol minum itu dan meneguknya. Baru tiga kali ia meneguk minuman itu tiba tiba kepalanya terasa berat. Kesadarannya perlahan mulai menghilang.
"Ayo jalan," ucap Yoshi kala melihat Sabina yang sudah terlelap. Minuman tadi dicampur dengan obat tidur, tujuannya supaya Sabina tidak tau jalan ke luar mansion.
Junkyu yang kala itu sedang sibuk mengerjakan berkas berkas miliknya sontak menoleh ketika mendapati Sabina bersama Yoshi dan Jihoon.
"Sabina? Kenapa kamu ke sini?" tanya Junkyu kaget. Tatapannya beralih pada Yoshi dan Jihoon yang sedang menundukkan kepala. Tatapan penuh amarah yang seolah ingin membunuh keduanya.
Sabina yang tak menyadarinya lantas berlari lalu memeluk tubuh Junkyu erat. Sedangkan Junkyu sudah menyuruh Yoshi dan Jihoon untuk meninggalkan mereka berdua.
"Kenapa ke sini?" tanya Junkyu lembut.
"Kangen."
"Hari ini aku akan pulang lebih cepat kok," sahut Junkyu.
"Aku cuma pingin ketemu kamu sekaligus jalan jalan tapi sepanjang perjalanan tadi aku cuma tidur. Tau tau bangun saat sudah sampai di parkiran," jelasnya.
"Ya udah, sekarang kamu di sini mau melakukan apa?"
"Aku mau tanya sesuatu," ucap Sabina.
"What?"
"Apa yang menyebabkan aku kehilangan ingatan?" Tanya Sabina meskipun dalam dirinya ada rasa takut yang luar biasa atas jawaban Junkyu. Wajah lelaki itu terlihat mengeras, menatap Sabina tajam. Tatapan Junkyu yang pertama kalinya dilihat oleh Sabina.
"Kamu mengalami kecelakaan saat kita akan memilih pakaian untuk pernikahan kita," jawabnya.
"Kapan kecelakaan itu terjadi?" Sungguh Sabina benar benar penasaran dengan siapa dirinya. Tidak ada satu pun yang membuat gadis itu ingat sesuatu kala tinggal bersama Junkyu di rumah besarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Escape • Kim Junkyu
FanfictionJunkyu harus sendiri disaat dia tidak suka kesendirian. Oleh karena itu dia membutuhkan seseorang untuk menemani dirinya yang kesepian.