Sejak terbangun dari pingsannya, Sabina tak melakukan apa apa. Ia hanya bisa meringkuk di bawah selimut seraya menahan dinginnya suhu kamar. Hari sudah berganti menjadi gelap namun Junkyu tak kunjung pulang.
Sungguh Sabina merasa sangat takut sekarang, terutama pada Jihoon dan Yoshi. Ia merasa ada yang tidak beres dengan keduanya. Bahkan tubuh Sabina terasa sangat kaku saat Jihoon menanyakan kabarnya tadi.
"Sayang?" panggil seseorang berbarengan dengan pintu yang dibuka.
Sabina membuka selimut yang menggulung tubuhnya. Matanya tampak sembab sehabis menangis hampir 3 jam lamanya.
"Junkyu!" seru Sabina lalu menghamburkan diri pada pelukan Junkyu. Lelaki itu tak bisa menutupi keterkejutannya saat mendapat serangan tiba tiba seperti tadi.
"Kenapa?" tanyanya begitu lembut.
Tangis Sabina pecah, hal itu membuat Junkyu panik bukan main. Ingin ia menangkup wajah cantik Sabina, namun wanita itu malah mengeratkan pelukannya.
"Aku takut," lirih Sabina yang untungnya masih terdengar oleh Junkyu.
"Kamu aman sama aku Sabina, ada aku di sini." Junkyu mengecup kepala Sabina berkali kali yang kini berada di dalam gendongannya. Setelah mendudukkan diri di atas kasur, Sabina mulai tenang. Tangisannya sudah mulai mereda.
"Aku gak akan paksa kamu buat cerita. Tapi kalau kamu memang mau cerita aku siap dengerin kamu," ucap Junkyu.
"Tadi..." mendadak suara Sabina menghilang, entah kenapa ia menjadi enggan menceritakan hal yang tadi ia alami.
"Tadi kenapa?" Junkyu kepalang penasaran.
"Gak ada apa apa," ujar Sabina, Junkyu mengernyitkan dahinya lantas menarik dagu Sabina hingga dia mendongak.
"Masih belum mau cerita?" tanya Junkyu, Sabina menggeleng.
"Emang gak terjadi apa apa." Junkyu mengangguk paham meskipun masih penasaran dalam hatinya.
"Udah makan?" tanya Junkyu, Sabina menggeleng.
"Kenapa belum makan?" Ekor mata Junkyu menangkap nampan makanan yang ada di nakas. Makanan itu terlihat sudah dingin dan masih rapih, Sabina tak menyentuhnya sama sekali.
"Mau makan sesuatu?"
"Enggak."
"Tapi kalau gak makan nanti sakit," kata Junkyu.
"Gak mau Junkyu, aku takut," jawaban Sabina itu disertai dengan rengekan. Junkyu merasa gemas, namun tak urung ia tetap merasa khawatir.
"Aku panggil Yoshi ya?" Dapat Junkyu rasakan bahwa pelukan Sabina semakin mengerat, bahkan tubuh wanita itu terasa kaku.
"Enggak, jangan kemana mana," cegah Sabina.
"Ya udah," balas Junkyu.
Setelah 30 menit berada dalam posisi yang membuat tubuhnya terasa pegal, Junkyu menidurkan Sabina di atas kasur secara perlahan. Wanita itu kini sudah tertidur, namun matanya masih terlihat bengkak hingga membuat Junkyu merasa cemas.
"Kamu kenapa sih sayang?" tanya Junkyu seraya mengusap wajah Sabina. Setelah puas memandangi wajah kekasihnya, Junkyu memutuskan mandi dan langsung menemui Yoshi dan Jihoon setelahnya.
"Selamat malam Tuan. Ada perlu apa memanggil kami kemari?" tanya Jihoon.
"Sabina kenapa?" tanya Junkyu to the point.
"Nyonya Sabina baik baik saja Tuan. Saya tidak mendengar keluhan dari Nyonya Sabina," balas Jihoon.
Tatapan Junkyu kini teralih pada Yoshi yang sedari tadi diam dengan kepala yang menunduk. Merasa bahwa seseorang memperhatikannya, Yoshi mendongak dan langsung bersitatap dengan Junkyu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Escape • Kim Junkyu
FanfictionJunkyu harus sendiri disaat dia tidak suka kesendirian. Oleh karena itu dia membutuhkan seseorang untuk menemani dirinya yang kesepian.