Di sebelah barat mansion, Renjun menatap sekelilingnya waspada. Dirasa situasinya aman ia lalu melempar sebuah benda bulat pada pot tanaman lalu melarikan diri dari sana. Setelah berlari beberapa meter, Renjun menolehkan kembali kepalanya ke belakang.
Boom!
Dentuman keras terdengar dari tempat tadi, beberapa orang berlarian sedangkan beberapa orang dengan jas hitam menghampiri sumber suara.
"Di gue udah aman, sekarang giliran lo," ucap Renjun pada seseorang di sebelah selatan.
Di sebelah selatan, Jeno melakukan hal yang sama yaitu melihat sekelilingnya dengan waspada. Sesaat kemudian ia melemparkan sebuah benda berbentuk bulat, Jeno lantas berlari karena dalam 30 detik benda itu mengeluarkan asap tebal yang menutup pandangan. Terdengar suara batuk batuk dari tempat tadi, untung saja Jeno sudah menggunakan kacamata dan masker sehingga ia hanya merasakan sedikit perih di hidungnya.
Sedangkan di dalam area mansion, Haechan berlarian di sepanjang lorong AJ dengan wajah panik. Setelah sampai di hadapan beberapa orang dengan jas hitam, lelaki tengil itu mengatur napasnya yang tak beraturan.
"Kalian masih di sini?" tanya Haechan kaget.
"Kami memang ditugaskan berada di area ini," balas salah satu dari mereka.
Haechan menarik napasnya kesal. "Ada ledakan yang terjadi di area barat dan selatan. Beberapa tahanan di belakang mansion juga ada yang berhasil melarikan diri. Dan kalian masih ada di sini? Bantuin tolol! Kalau sampai tahanan itu bebas yang ada tempat pernikahan bakal hancur. Kalau tempat pernikahan hancur, artinya Tuan Junkyu batal menikah, dan kalau Tuan Junkyu batal menikah maka kalian adalah penyebabnya. Karena kalian adalah penyebabnya, kepala kalian bisa aja di-" belum selesai Haechan berbicara, orang orang dengan jas hitam itu sudah lari berpencar meninggalkan lorong AJ.
"Si tolol! Bukannya didengerin dulu," umpat Haechan lalu melirik pintu ruang bawah tanah, beberapa saat kemudian ia menghela napas. Lantas kaki Haechan menendang sebuah guci hingga menimbulkan suara pecahan yang keras, setelahnya lelaki itu berlari meninggalkan lorong AJ.
Tak lama setelah kepergiannya, Soobin, Hyunjin, Felix, dan Jisung datang. Hyunjin mengambil sebuah kunci dari saku celananya lalu membuka pintu ruang bawah tanah.
"Buruan!" seru Jaemin. Mereka berempat lantas berlari dan langsung mengambil alih tubuh Yoshi dan Jihoon.
"Jangan bawa mereka ke paviliun," ujar Mashiho sebelum mereka keluar.
"Terus dibawa kemana?" tanya Soobin.
"Bawa ke sebelah utara, di sana ada Jeep punya gue. Di utara juga ada jalan untuk keluar dari area hutan ini meskipun waktunya lebih lama," jawab Jaemin cepat.
"Upacara pernikahannya bakal dimulai lima belas menit lagi! seru Felix tiba tiba.
"Lo mending pergi Jaem, sebelum Junkyu curiga," saran Soobin. Jaemin mengangguk lalu segera pergi dari sana untuk mengganti sepatunya yang basah.
"Ayo bawa mereka," ajak Asahi. Secara mengendap endap mereka membopong tubuh Yoshi dan Jihoon. Keadaan Yoshi jauh lebih baik dari sebelumnya. Lelaki itu sudah bisa merespon ucapan dengan baik bahkan suhu tubuhnya berangsur normal.
"Lo kuat enggak buat nyetir?" tanya Hyunjin setelah membantu Yoshi duduk di atas Jeep.
"Kuat." Jawaban Yoshi terdengar ragu. Matanya melirik ke samping dimana Jihoon tengah mencoba mempertahankan kesadarannya.
"Gue pastikan lo bisa cepat cepat keluar dari mansion ini, Yosh." Felix menatap dalam pada Yoshi.
Yoshi tertawa kecil. "Lo ngomong kaya gitu seolah olah lo gak bakal ikut pergi aja," ujarnya. Hyunjin dan Felix saling melempar pandangan mendengar balasan Yoshi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Escape • Kim Junkyu
FanficJunkyu harus sendiri disaat dia tidak suka kesendirian. Oleh karena itu dia membutuhkan seseorang untuk menemani dirinya yang kesepian.