Gulungan selimut itu bergerak menampilkan seseorang dengan gaun panjang tengah terlelap. Tampaklah seorang wanita yang sudah bangun dari tidurnya dengan mata sayu sedang menatap sekitarnya bingung. Ia berada dalam sebuah kamar mewah dengan gorden yang menjulang tinggi.
Sekarang dia berada di mana? Kamar yang kini ia tempati sangat mewah. Ukuran ranjangnya juga sangat besar. Kalau dipikir pikir kamar yang kini ia tempati bisa menjadi sebuah rumah kecil dengan 2 kamar di dalamnya.
Pintu kamar itu tiba tiba terbuka, menampilkan seorang pria dengan kemeja putih dan tubuh yang sangat atletis. Pria itu tersenyum tipis lantas menghampiri wanita yang tampak kebingungan itu.
"Sudah bangun, sayang?" tanyanya seraya mengusap rambut wanita tadi.
Wanita itu tampak kebingungan bahkan terlihat sedikit takut. Matanya melirik ke sana ke mari seakan mencari bantuan.
"Jangan takut. Aku tunangan kamu, gak mungkin kalau aku menyakiti tunangan aku sendiri kan?" tanyanya.
"Tunangan?" tanya wanita itu setelah beberapa lama tak mengeluarkan suara.
"Iya, kamu lupa?" tanya pria tadi yang dibalas gelengan pelan. Wanita itu bukan hanya lupa tentang pertunangannya, bahkan untuk namanya sendiri saja ia tidak tau.
"Sabina Kim, itu nama kamu kalau kamu lupa," ujar pria itu lagi.
"Dan aku Kim Junkyu, tunangan kamu yang sebentar lagi akan menjadi suami kamu," lanjutnya yang membuat wanita itu terkejut.
"Kita akan menikah?" wanita itu, Sabina kembali bersuara.
"Iya sayang, kamu bahagiakan? Kita sudah menantikan hari pernikahan kita sejak lama." Junkyu berucap dengan wajahnya yang damai.
"Aku gak mungkin menikahi orang asing." Ucapan Sabina membuat mata Junkyu sedikit menggelap. Pria itu mengalihkan pandangannya sebentar lalu kembali menatap Sabina.
"Kita bukan orang asing. Kita saling sayang, kita saling mencintai. Kamu cuma lupa sama aku, kita gak pernah jadi asing dan gak akan pernah jadi asing!" kata Junkyu penuh penekanan.
Sabina menundukkan kepalanya, merasa takut atas apa yang dilakukan Junkyu. Mata Junkyu menatapnya sangat tajam, ucapannya seakan menahan emosi yang ingin keluar.
"Maaf, tapi aku bener bener gak inget apapun." Ucapan Sabina itu akhirnya kembali menarik Junkyu pada kenyataan.
"Maaf, aku kelepasan. Maaf, sayang," ucapnya seraya memeluk Sabina, kini wanita itu sudah berada dalam pelukan hangat Junkyu dengan tangan besar Junkyu yang mengusap kepalanya.
Sabina menggeliat nyaman dalam pelukan Junkyu sebelum akhirnya ia menyadari sesuatu. Tangannya di borgol. Rantai borgolnya cukup panjang sehingga ia masih bisa berjalan beberapa meter dari kasur.
"Kenapa aku diborgol?" tanyanya mendongak menatap Junkyu. Junkyu terlihat sedikit gelagapan untuk menjawab pertanyaan Sabina.
"Kamu suka nyakitin diri kamu tanpa sadar. Makanya aku borgol tangan kamu supaya kamu gak bisa nyakitin diri sendiri," jawab Junkyu cepat.
"Emang aku suka ngapain?" Sabina bertanya lagi.
"Kamu suka jambak rambut kamu sendiri, kadang juga kamu cakar wajah kamu kalau lagi ngerasa sedih dan marah. Aku gak suka ngeliat kamu kaya gitu. Makanya aku borgol kamu karena aku gak bisa setiap saat sama kamu," jelas Junkyu, dalam pelukannya Sabina mengangguk paham.
"Aku mau mandi," ujar Sabina setelah beberapa saat mereka terdiam.
"Kamar mandinya di sana, kalau butuh bantuan panggil aja pelayan," tutur Junkyu, setelahnya ia melenggang pergi. Kemudian beberapa maid masuk dengan kepala yang tertunduk.
"Mari Nyonya," ucap salah satu maid di sana, mengajak Sabina memasuki kamar mandi.
Setelah 30 menit Sabina akhirnya keluar dari kamar mandi dengan penampilan yang lebih segar. Hanya saja tubuhnya bergerak tidak nyaman.
"Nyonya butuh sesuatu?" tanya salah satu maid di sana yang bernama Lana.
"Apa ada gaun lain selain gaun ini? Aku gak nyaman pake gaun ini," jawab Sabina.
Lana bertatapan dengan teman temannya. Mereka tampak kebingungan sampai akhirnya Lana kembali bersuara.
"Maaf Nyonya, tapi gaun yang disediakan Tuan Junkyu memang memiliki desain punggung terbuka," balas Lana. Sabina mendesah kecewa, ia benar benar tak nyaman mengenakan gaun yang menampilkan punggungnya ini.
"Tapi kita punya gaun yang lebih tertutup dari ini Nyonya," ujar maid yang lain lalu segera memasuki walk in closet.
Maid itu kembali dengan membawa sebuah gaun selutut dengan bagian belakang yang lebih tertutup. Sabina menatap gaun itu dengan penuh semangat.
"Aku mau pakai yang ini saja," ujar Sabina lalu mengganti bajunya. Setelah mengganti baju Sabina membuka pintu kamarnya.
Di depan pintu kamar itu sudah ada dua orang pria yang menundukkan kepala. Keduanya lantas mendongak kemudian membungkukkan tubuhnya penuh hormat pada Sabina.
"Selamat malam Nyonya, Tuan Junkyu sudah menunggu anda di ruang makan," ujar salah satu dari mereka.
"Mari Nyonya kami antar," ucap yang lain.
Kemudian kedua orang itu berjalan di belakang Sabina. Sepanjang perjalanan menuju ruang makan, mata Sabina tak bisa berhenti mengagumi interior rumah milik Junkyu. Tampak sangat mewah dan elegan.
Langkah Sabina terhenti di depan sebuah pintu besar. Kemudian ia membalikkan badannya menghadap dua orang tadi.
"Sebelumnya perkenalkan saya Kanemoto Yoshinori, orang yang bertanggung jawab atas keselamatan anda di mansion ini," ujarnya memperkenalkan diri.
"Dan saya Park Jihoon, yang bertanggung jawab atas kebutuhan anda selama di sini Nyonya." Setelah memperkenalkan diri kedua orang itu kembali membungkukkan tubuhnya.
Sabina terdiam canggung, ia merasa tidak tau harus merespon seperti apa Yoshi dan Jihoon yang berada di hadapannya. Namun setelah beberapa saat Sabina juga ikut membungkukkan badannya.
"Nyonya tidak perlu membungkuk pada kami," ucap Jihoon.
"Memang kenapa?" tanya Sabina.
Belum sempat Jihoon menjawab pintu yang ada di belakang Sabina sudah terbuka. Menampilkan Junkyu yang menatapnya datar.
"Sedang apa di sini? Ayo masuk," ajak Junkyu dengan tangan yang menarik tubuh Sabina. Begitu pintu itu tertutup, Jihoon dan Yoshi berpandangan seolah sedang menyampaikan pesan.
Ruang makan itu sangat besar. Di satu sisi meja memiliki 10 kursi. Dan 2 kursi berada di ujung meja. Sabina mendudukan tubuhnya di salah satu kursi di sana.
Pandangannya tertuju pada sebuah bingkai besar dengan gambar seorang wanita yang ada di dalamnya. Junkyu tersenyum tipis melihat reaksi Sabina.
"Itu lukisan kamu Sabina." Ucapan Junkyu membuat Sabina menoleh terkejut.
"Itu aku?" tanyanya kaget.
"Iya, itu kamu. Aku meminta seorang maestro untuk melukis kamu karena kamu gak suka di foto. Dan jadilah lukisan ini," jelas Junkyu, Sabina mengangguk paham.
"Kenapa aku gak suka di foto?"
"Aku gak tau. Cuma kamu satu satunya yang tau alasan kenapa kamu gak suka di foto," jawab Junkyu.
"Ayo makan," ajak Junkyu setelah pelayan di sana menyajikan makan.
"Kamu suka?" pertanyaan itu terlontar setelah keduanya selesai makan.
"Suka, udangnya enak," puji Sabina.
"Mau lagi?" tawar Junkyu.
"Enggak. Aku mau jalan jalan di sekitar sini boleh?"
"Kenapa enggak?" balas Junkyu.
Halo,
Ini bukan cerita pertamaku sih, sebelumnya aku pernah juga buat cerita tapi di akun yang lain. Buat Teume, silahkan menikmati cerita ini. Tapi sebelumnya aku mau tanya gimana pendapat kalian tentang cerita ini?Terima kasih ya sudah mau membaca cerita ini 💙
Jumat, 10 Maret 2023.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Escape • Kim Junkyu
FanficJunkyu harus sendiri disaat dia tidak suka kesendirian. Oleh karena itu dia membutuhkan seseorang untuk menemani dirinya yang kesepian.