6

2.2K 75 4
                                    

Rendi kayanya menyesal deh meminta untuk sekolah sendirian tanpa ada orang suruhan ayah yang membantu nya di sekolahan sekarang badannya sakit semua tangannya lecet lecet tergores lantai tangga yang lumayan kasar kakinya memar memar, diampersnya sudah  penuh karena sangkin kecapean nya Rendi terkencing kencing. Masih 3 anak tangga lagi tapi badannya sudah tidak kuat lagi dipaksakan.

Entah kebetulan atau bagaimana Randi yang ingin ketoilet melihat Rendi yang kursi roda Rendi terjatuh dan segera mencari Rendi.

"Adek " Tanya Randi terkejut melihat adiknya terdampar di tangga dengan nafas tersengal sengal.

"Abang" ini pertama kalinya Rendi memanggil Randi Abang.

"Adek kenapa disini, kok bisa begini sih dek" sambil menggendong rendi

"A...ku mau ke lab" jawab Rendi di gendongan Randi, Randi langsung lari ke parkiran karena melihat kondisi Rendi yang memprihatinkan keringat membasahi seluruh baju Rendi.

"Kenapa den?" Tanya supir

"Kita kerumah sakit sekarang pak" perintah Randi

Supir langsung melajukan mobil ke rumah sakit Randi juga menghubungi ayah dan bunda.

Rendi mendapatkan penangan sesampainya di rumah sakit.
dokter bilang Randi kecapean, dehidrasi dan juga terdapat luka luka ditubuhnya. Dokter memasangkan selang kateter, infusan dan nassul canulla karena Rendi sempat kesulitan bernafas.

Rendi tertidur tangannya tidak terlepas dari genggaman Buna, ayah dan Randi duduk di sofa. Yah Randi sudah dipindahkan kekamar rawat. Ayah meminta penjelasan dari Randi dan Randi menceritakan yang dia ketahui mulai dari melihat kursi roda sampai membawa Rendi ke rumah sakit.

Kamar rawat Rendi yah karena ayah punya saham dirumah sakit itu makan

Jam terus berlalu Rendi bangun dari tidurnya dia takut dimarahin Buna dan ayah tapi diluar dugaan nya ayah dan buna tidak marah malah langsung menanyakan kondisi nya

"Ada yang sakit adek, biar Buna panggilkan dokter"

"Hiks hiks maaf" Rendi malah menangis

"Kenapa minta maaf?
Sakitnya bagian mana, jangan menangis nanti tambah sesak" ayah

Ayah mengelus dada Rendi mencoba menenangkan dirinya setelah tenang dan dokter memeriksa Rendi baru Buna menanyakan Rendi

"Adek kenapa? Kok bisa begini"

"Rendi tadi mau ke lab Bun, Rendi pikir bisa ternyata engga. Maaf sudah engga dengerin omongan buna dan ayah hiks"

"Sudah jangan nangis lagi, pokoknya mulai sekarang adek engga usah sekolah lagi ya" buna

Rendi mengangguk sebagai jawaban dia masih takut sekolah bukan cuma naik tangga yang sulit tapi tatapan orang lain melihat dirinya naik kursi roda seperti meremehkan Rendi juga membuat dia sakit hati.

Setelah acara nangis nangis dia baru sadar bagia bawah nya tidak nyaman

"Ayah kok Rendi pakai ini lagi sih?"

"Tadi diampers mu penuh dan kata dokter lebih baik menggunakan selang kateter dulu karena volume kencing adek banyak dan adek harus bad rest selama dirumah sakit"

Rendi diam saja apa apaan coba dirinya baru seminggu bebas dari rumah sakit dan sekarang malah terkurung lagi disini. Tidak boleh turun lagi dari kasur ini memang saran dokter tapi juga sebagai hukuman sebenarnya bagi Rendi dari ayah agar anak itu sadar bahwa apa yang dikatakan ayah adalah yang terbaik untuk diri nya agar kedepannya Rendi lebih mau menurut tidak susah diatur.

Tbc
Lanjut besok yah

si tengah rendiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang