[PROLOG]
Dammaj,kegubernuran sa'dah,Republik Yaman.
Azmir menapakkan kakinya di tanah yaman yang tandus di temani oleh pamannya yang bernama Ibnu Razi.
Mereka mendatangi sebuah pemakaman,dimana di tempat itulah menjadi tempat peristirahatan terakhir abi dari azmir yang sudah meninggal beberapa hari yang lalu.
Sesampainya mereka pada sebuah makam yang di lapisi bebatuan berwarna krem kecoklatan,di situlah mendiang sang abi terkubur dengan goresan tulisan Arab menghiasi nisan.
Tertulis nama sang abi " Hasyim Ar Razi ".
Azmir berjongkok lalu menyentuh nisan abinya dengan tatapan kesedihan yang mulai nampak dari wajahnya.
Apalagi dia tidak memiliki kesempatan untuk mengazani jenazah abinya karena dirinya yang masih berada di Indonesia waktu itu dan baru bisa datang saat ini ketika abinya sudah berada di bawah liang lahat.
Lantas azmir bergeming dengan lantunan doa tak bersuara terucap dari bibirnya,seraya memejamkan mata,begitupun dengan sang paman yang berdiri di dekatnya juga ikut mendoakan.
Beberapa menit kemudian....
Azmir kembali membuka mata dan tersenyum kepada makam sang Abi seraya menyentuh nisan yang terbuat dari batu itu.
Lalu azmir berdiri sehingga kini pundaknya sejajar dengan pamannya.
"Terimakasih karna paman sudah mengurus jenazah abi disini."ucap azmir.
"Iya,setelah ini,sementara kau akan tinggal dimana?di rumah paman atau rumah abimu?"
"Aku,,,
Aku sepertinya akan langsung kembali ke indonesia."
"Secepat itu?"
"Iya,lagipula abi sudah gak ada dan paman juga sibuk dengan pekerjaan paman di sana'a(ibukota Yaman),
Di tambah lagi,disini aku tidak memiliki keluarga lain selain abi,jadi tidak ada alasan lagi untuk aku tetap berada disini."
"Tapi mir,abimu baru saja meninggal,setidaknya datangi dulu rumah abimu,sejak kemarin kau tiba di Yaman kau kan tinggal di rumah paman yang di dammaj."saran Ibnu.
"Disini aku sudah tidak memiliki keluarga lain selain Abi,sedangkan di Indonesia aku masih memiliki umi,dan aku kan seorang polisi,aku memiliki tanggung jawab yang tidak bisa aku abaikan."
Ibnu berdecak pasrah,dia tahu bahwa itu bukanlah alasan dia sebenarnya.
"Kau masih marah dengan abimu?
Kau belum memaafkan perbuatan nya terhadap dirimu dan juga umimu?"Sontak Azmir tertegun pelan dengan sorot matanya memantul ke depan.
"Aku dan umi sudah memaafkan abi sejak lama,tapi mungkin semuanya tidak akan kembali sama seperti dulu."balas Azmir bersuara dingin.
Sejenak Ibnu terdiam dengan helaan nafas berat."Sebenarnya ada satu hal yang ingin paman ceritakan kepadamu."
Azmir hanya diam namun wajahnya terlihat ingin tahu karna dia menoleh setelahnya.
"Paman baru menceritakan ini hanya kepadamu."
"Ada apa paman?"
Ibnu kembali menarik nafas berat penuh keraguan.
"Ada kejanggalan dalam kematian abimu Azmir."
Sontak kedua mata Azmir membulat penasaran.
"Abi meninggal karena sakit kan?"Azmir memastikan.
"Paman memang mengatakan itu kepada semua orang,tapi itu hanya untuk menutupi kebenarannya."
"Maksud paman?"
"Paman menemukan jenazah abimu sendiri di dalam kamarnya,dengan kondisi tubuhnya yang sudah sangat kaku dan membiru,
Seolah olah,gak ada yang tahu kalau abimu sudah tidak bernyawa di dalam kamarnya,bahkan orang orang di sekitarnya pun gak ada yang tahu tentang abimu,bagaimana keadaan nya sebelumnya,apakah abimu pernah ada keluhan sakit atau apapun itu,
Mereka benar benar tidak tahu,
Paman rasa abimu di kucilkan oleh masyarakat,mereka terkesan tidak peduli dengan abimu bahkan saat abimu meninggal tidak banyak yang datang ke rumahnya.Untung saja saat itu paman berniat untuk mengunjungi rumah abimu,sehingga paman bisa menemukan jasadnya,kalau tidak mungkin abimu akan berada dalam kamarnya dengan kondisi sudah tak bernyawa selama berhari hari."
Sejujurnya Azmir sangat terkejut dan penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan abinya,namun dia hanya memilih diam mendengarkan saja.
"Awalnya paman mengira bahwa abimu meninggal karena sakit,dan karna paman seorang dokter jadi,paman memeriksanya namun saat paman memeriksa tubuh abimu,paman menemukan beberapa bekas luka jahitan di sekitar dada dan perut abimu,
Mungkin bisa saja paman membawanya ke rumah sakit dan melakukan otopsi namun rasanya terlalu lancang jika paman melakukan itu tanpa persetujuan darimu atau umi mu,jadi paman memutuskan untuk langsung menguburnya saja karna juga jasad ayahmu sepertinya sudah terlalu lama di biarkan.
Tapi jika kau mau dan mengizinkan,kita bisa otopsi jasad ayahmu untuk mengetahui yang sebenarnya."
"Tidak perlu paman!,biarlah abi beristirahat dengan tenang."sahut Azmir cepat.
Ibnu kembali terdiam pasrah.
"Meskipun nanti, aku berada jauh di indonesia,tapi aku akan selalu mendoakan Abi,dan begitupun juga dengan umi."ucap Azmir terdengar canggung.
Tersirat sekali lelaki itu tak merasa nyaman saat membicarakan abinya sendiri.
Ibnu kembali mendengus nafas panjang dan setelahnya langsung menyentuh bahu kekar Azmir yang berbalut baju koko lengan panjang berwarna hitam berserta balutan syal hijau lumut di lehernya.
"Baiklah,jaga dirimu baik baik,saat tiba di Indonesia nanti tolong kabari paman ya?"ujarnya memaklumi keputusan sang ponakan.
"Iya."
"Kau masih ingin disini?"
"Iya "
"Kalau begitu paman tunggu di mobil saja ya."pungkas Ibnu lalu meninggalkan azmir seorang diri seraya Ibnu menepuk dua kali bahu ponakannya itu sebelum dia pergi.
Azmir kembali merenung,apalagi setelah mendengar cerita sang paman kepadanya,jujur hatinya menjadi tidak tenang,namun hubungannya dengan sang Abi yang sudah lama retak membuat egonya mengalahkan rasa tidak tenang nya dan memilih untuk mengikhlaskan kepergian dengan mendoakan saja.
Desir pasir berderu bersamaan dengan hembusan angin di cuaca terik di tanah Yaman.
~TERORISM: [Tanah Berdarah]~

KAMU SEDANG MEMBACA
TERORISM: Tanah Berdarah [LENGKAP]
Ação"Aku bersyukur karena ternyata kita bisa bertemu kembali."ucap azmir. Shaneem,seorang wanita yang ayahnya di tuduh sebagai tersangka teroris. Karna tidak terima dengan tuduhan itu,sehingga dia bersikeras untuk membuktikan bahwa ayahnya gak bersalah...