Bian's
Tidak kemana-mana katanya, namun pemandangan gila yang gue lihat mendeskripsikan sebaliknya.
Nggak ngerti sama konsep 'nggak kemana-mananya Ares', secara keberadaan memang Ares dirumah, he's not living his house since the day he promises, tapi melihat rumah megah tiga lantai yang saat ini dipenuhi beberapa makhluk yang dari asalnya juga gue nggak tau, mendeskripsikan sebaliknya. He didn't go on vacation, but he brought his vacation to his fucking house.
Suara musik amat keras seakan siap menulikan bagi yang mendengarnya, jangan lupa beberapa lampu yang di design tidak semestinya, menyinari beberapa warna yang keluar dari pancaran cahaya, dan juga ... sial, kayaknya orang-orang disini harus di ajarin caranya berjalan tanpa harus bolak balik menabrak gue.
Sial sial sial. Berapa kali gue bilang sial hari ini, and thanks to Ares, yang selalu berhasil bikin gue pengen mukul dia. Ares dengan sejuta kegilaannya, persetan dengan pesan yang dikirim Ares beberapa waktu lalu.
"Kerjain di rumah gue aja."
Berujung membuat gue berakhir disini.
Kalau ini yang disebut Ares dengan 'tak kemana-mana', maka lebih baik Ares pergi ke Bali atau Singapore with his circles, dari pada harus berdiam diri di Jakarta, janji untuk lakuin project ini bareng, tapi yang gue dapati adalah kegilaan Ares—di Jakarta—di rumahnya.
Nggak kuasa untuk pengen cepet-cepet nyamperin Ares, kayaknya beberapa pukulan pantas buat dia dapetin, tapi sayangnya dewi fortuna nggak berpihak. Gue yang nggak tau keberadaan Ares di tengah rumah yang penuh dengan beberapa orang, bikin gue kesulitan untuk mencari Ares.
Berapa kali dewi fortuna nggak berpihak sama gue?
Lupa, tapi waktu gue mencoba menghampiri Ares ke kamarnya—dengan harapan dia ada disana—sudah menjadi yang ke-3 kalinya pencarian gue berujung gagal. Setelah itu gue baru sadar, ngapain juga gue masuk ke rumah yang ramai ini cuma untuk pukul Ares, jelas rumah yang dari luar aja megahnya mirip acara sweet 17th anak konglemerat, akan membuat gue kesulitan mencari keberadaan Ares. Kenapa juga gue pengen banget ketemu Ares buat hajar dia abis-abisan, seakan sikap ngeselin dia baru pertama kali gue terima.
Beberapa kali gue kembali melihat notif, dan masih nggak ada balasan untuk pesan terkhir yang gue kirim. Jangankan di balas, di baca pun enggak. Kayaknya Ares lagi sibuk lakuin hal bodoh lainnya sampai nggak sempet baca satu pesan pun.
looking for Ares like 15 minutes, akhirnya kolam renang jadi tujuan akhir sebelum gue beranjak dari rumah ini sepenuhnya, dan—kali ini dewi fortuna berpihak sama gue.
Ares disana, sedang memegang sekaleng minuman, bertelanjang dada dan siap untuk melakukan lompatan yang sama sekali tidak indah dalam,
3...
2...
1...Kemudian disusul tawa beberapa temannya yang sedari tadi gue sebut dengan his circle. Gue kenal beberapa diantaranya, ralat bukan kenal tetapi tau.
Kenapa harus di koreksi?
Karna 'Tau' dan 'Kenal' itu beda. 'Tau' ibarat lagi baca sebuah buku, tapi kita nggak ngerti, maksud tulisan yang ada di dalam buku itu apa, we're just read it, sedangkan 'Kenal' yang berasal dari kata 'Mengenal' selain membaca, kita juga paham dan ngerti apa yang sedang kita baca.
Jadi alasan itu juga cukup, untuk gue sebut kalau gue 'tau' beberapa orang di circle Ares, karna gue nggak cukup paham, ngerti, dan mengenal isi dari masing-masing mereka. Beberapa gue tau karna selalu satu sekolah dengan Ares—yang juga berarti satu sekolah dengan gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Reasons To Stop In Love
Teen FictionAda beberapa hal yang harus lo hindari, saat berada di sekolah terbaik Indonesia; 1. Remedial 2. Ketangkep nyontek oleh Sir Hendry 3. Ngobrol sama Bianthara. Bian yang hobbynya kalau nggak belajar, ya pakai kaos polo. Bukannya mirip sama om-om anak...