2

14.1K 1K 14
                                    





..


Kino membuka matanya perlahan, mengerjap, membiasakan cahaya yang menusuk netranya.

Jemarinya menutupi wajah, merasa terlalu silau.

"Ugh!" Kino mengerjap.

"hm?"

Lagi, Kino mengerjap bingung.

"Hah?"

Kino terlonjak kaget. Bagaimana tidak?

Baru saja keluar suara dari mulutnya! Sedangkan Kino masih sadar bahwa Ia tak dapat berbicara sama sekali.

Lalu entah bagaimana juga Dia berada pada ruangan penuh anak-anak berseragam.

"Casey? Ada apa?"

Kino terbengong, seluruh isi ruangan tengah menatapnya heran.

Nafas Kino tercekat.

"Casey?"

Kino menatap satu Wanita paruh baya di depan sana, yang tengah berdiri di depan papan tulis.

"Casey kalau tidak ada masalah silahkan duduk lagi."

"Siapa yang Dia panggil Casey?" Batinnya.

"Psst!"

Kino segera menoleh, mendapati seorang gadis remaja menepuk pahanya.

"Duduk Casey ngapain berdiri anjir!" Kino lantas segera menunjuk dirinya.

"Kamu ngomong sama saya?" Tanya Kino, masih dengan wajah merona, akibat merasa bahagia sudah dapat berbicara.

"Ekhm! Iya duduk!"

Murid itu menjawab dengan wajah yang sama meronanya.

..

"Jadi Aku beneran jadi Casey?"

Kino memandang name tag di dadanya tak percaya, surai coklat milik Casey yang membuatnya makin tak bisa berkata-kata.

Kino menghadap cermin.

"Tapi Casey kemana sekarang?" Pikirnya khawatir,

[Pengisi karakter terakhir sudah mati]

"Oh! Siapa itu?!"

Casey menoleh kesana kemari. Mencari siapa yang baru saja berbicara.

[Dikepalamu]

"Kamu Casey?"

Tidak ada jawaban membuat Kino menerka.

"Apa karakter Casey sudah meninggal?"

[Yah bukan karakternya, tapi pengisinya]

"Pengisi?"

[Betul, pengisi karakter novel, lebih dari 30 orang sudah memasuki karakter ini dan gagal semuanya, mereka menyalahi aturan, bukannya mengikuti alur, mereka lebih suka melipir menggoda karakter karakter penting]

"Lalu kemana pengisi karakter Casey sebelumnya?" Tanya Casey penasaran.

[mati karna semua karakter benci pada Casey]

"Tapi di Novel yang saya baca, tidak ada penjelasan karakter Casey yang seperti itu."

[Jangan percaya apa yang dibaca, Casey terkenal sadis di sini, cuek sih- tapi lebih buruk dari itu]

"Benarkah?"

[Yup! Anyway, selamat menikmati hidup rumitmu]

..


"Apa benar-benar bisa seperti ini?"

Duh, mana lagi Kino tak tau dimana letak tempat tinggal Casey. Tidak mungkin kan dia bertanya pada siapapun di sekolah ini.

Bahwa kenyataannya sudah jelas, Casey tak memiliki satupun kenalan disini.

Dia berjalan melewati lorong ini membuat Kino lumayan gugup, Ia tak terbiasa bertemu orang orang yang menatapnya bukan dengan tatapan seolah Ia makhluk menjijikan.

Di sini mereka menatapnya berbeda, Kino sendiri bahkan tak tahu apa arti pengamatan dari mata mereka.

"Cey!" Tepukan mendarat di bahunya.

"Cey!"

"Ah! Fuck!"

Kino mentap siswa yang kini menutup mulut, sesaat setelah Ia membalikkan badan, bahkan tanpa sadar mengumpat.

"Wah? Ngumpat kamu barusan?" Kino menatap si pelaku sanksi.

"kenapa?"

Melihat keterdiamannya, Kino lebih memilih untuk pergi.

"Kok kamu ngomong begitu sih?" Namun urung saat lengannya ditahan.

"Ha?"

Kino mengamati siswa tersebut lagi, tampilan yang terlihat begitu elegan. untuk ukuran seorang Siswa berseragam.

"Cy ... Jangan bilang kamu ngambek, gara-gara semalem ngga aku ijinin keluar."

Kino menggeleng.

"Kamu Siapa?"

Dengan tanggapan yang di beri Kino, sontak saja membuat siswa tersebut memegang kedua bahu Casey, menekannya.

"Ngga usah becanda Casey." tekannya.

Kino tentu merasa kesakitan pada bagian yang di tekan, dan segera menepis tangan tersebut dengan kasar.

"Jangan sentuh-sentuh! Aku tanya kamu siapa?!" Tanya Kino lagi.

Dengan kepala mendongak, tentu saja.

Tinggi badan manusia di depannya sedikit lebih tinggi darinya, ingat. Hanya sedikit saja.

"Aku bilang ngga usah becanda!" Tatapan tajam darinya tentu saja membuat Kino ciut.

"A-apasih?! Lepas!"

Namun bukannya lepas, Kino malah di bawa, lebih seperti di seret, dengan Kino yang memberontak.

"Aw! Lepas!"

Permintaannya tentu saja tak di gubris, si pelaku tak memperdulikan rontaan Kino.

Sampai tempat di mana ruang penuh Sofa Kino berada, di dorongnya Kino pada sofa tersebut hingga matanya terpejam mengantisipasi rasa sakit yang akan tubuhnya terima.

Kino memegangi pergelangan tangannya yang memerah sesaat setelah Ia membuka mata.

"Siapa sih kamu?! main tarik-tarik aja!"

Kino menatapnya saat tak kunjung mendapat jawaban. lalu segera menutup mulut saat wajah siswa tadi sudah berada 5 cm di depan wajahnya.

"J-Jangan dekat dekat! Mundur!"

Pekik Kino, mengundang tawa dari oknum di depannya.

"ini Chen, Chenle, masa lupa sih? Perasaan tiap hari kita ketemu, cudle lagi." Kino mengerjap.

Lalu merasa wajahnya memanas saat benda lembab mendarat di ujung bibirnya.

"Eh?!"

"Aku baru aja di cium?!"




..

The Perfect World, Casey KylerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang