7

4.2K 386 14
                                    



..

"Ma ... Rahma kan bisa tuh berangkat sendiri." Putri, ibu dari keduanya hanya mengusap dada pasrah.

"Heaven, Rahma belom boleh bawa motor sendiri nak, Kamu tolong anter ya, Adek kan ada ujian harus berangkat pagi, Kamu juga hitung-hitung berangkat pagi." Heaven tak bisa lagi berkutik, jika Mama nya sudah bicara seperti itu memangnya Ia bisa apa lagi?

"Iya, paling anterin doang ribet banget." Heaven melirik sinis adiknya.

"Lu kalo ngomong begitu lagi Gue turunin ntar di tengah jalan." bisiknya, membuat Rahma menampar lengan atas Kakaknya dengan reaksi berlebihan dari Heaven.

Putri juga sudah tidak sanggup, memiliki dua Anak bak mengasuh 10 bayi. Jika boleh Ia ingin menukar kedua anaknya dengan simpanse saja kalau bisa.

"Yaudah Heaven berangkat dulu Mah." Mencium tangan sang Mama, di ikuti oleh Rahma. Putri kembali mengusap dada pasrah mendengar suara lesu Heaven.

..

"Sumpah demi Tuhan, si Arma kenapa lagi sih?" Umpat Heaven dalam hati.

"pagi-pagi udah gangguin orang aja."

"Ngapain juga gue suruh ke kelas sepuluh? Di kira Gue pengangguran kali apa." sedari di jalan tadi, Heaven mendapati pesan dari Arma, meminta untuk menyusulnya ke lorong kelas sepuluh,

Sungguh! Jika bukan karna Adam dan Grey yang selalu menyudutkannya untuk melindungi Arma, tak sudi Heaven untuk sekedar mendengar namanya.

Perempuan-perempuan seperti Arma adalah tipe perusak jiwa, sangat membuat Heaven muak.

Langkahnya masih di pacu, namun enggan untuk berjalan cepat, itu sebelum melihat siluet yang Ia yakini sebagai Arma tengah bersimpuh di bawah kaki seorang Siswa.

Maka, Ia percepat jalannya, tak ingin mendapat ocehan dari kedua kembar Adam dan Grey.

Matanya memicing kala si siswa tersebut malah meninggalkan Arma.

"Mau kemana tuh anak?" Batin Heaven.

"Mau kemana lo?" Heaven menatap belakang kepala anak tersebut penasaran.

"Bau-baunya familiar nih, siapa ya?" Batinnya kembali bergelut, tak segera mendapatkan jawaban jelas membuat Heaven murka.

"Lo buta ya?" Nih anak ngapain sih nunduk mulu? apa jangan-jangan buta beneran?

Heaven mendengus kesal, "woy! Gue ngomong sama lo!" Kesal lama-lama, akibat tak kunjung mendapat respon, dengan cepat Heaven menarik dagu si siswa tersebut.

"Kenapa?" Mata Heaven terbelalak, batin nya mengutuk.

"mampus!" mulai merasa daun telinganya memanas, Heaven segera melepaskan sentuhannya pada dagu si pelaku.

"Pergi."

perintahnya datar, dan setelahnya murid tersebut benar benar pergi, meninggalkan Heaven yang terpaku dengan wajah sepenuhnya memerah.

"Mama ... kenapa nasib Gue sial banget hari ini."

"Ma ... Heaven udah ngomong kasar sama Crush, gimana ini?" Heaven mengusak surainya kasar.

Sungguh! Jika tau siswa tadi adalah orang yang Ia kagumi, maka dengan senang hati Heaven melepaskannya lebih dulu, atau bila perlu Ia meminta maaf karna Arma yang duduk di bawah Anak tersebut.

"Heaven~" Heaven lupa.

Lantas segera membalikkan badan untuk melihat keadaan Arma, tapi, bagaimanapun Heaven sedang tak karuan, berakhir melengos. Meninggalkan Arma yang masih duduk bersimpuh, menahan amarah.

The Perfect World, Casey KylerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang