..
"Mau makan apa Cey? biar sekalian gue pesenin."
Casey mengalihkan pandangannya, menelisik setiap tempat jual di kantin sekolahnya.
"mm~ terserah kamu saja." jawabnya cepat.
Daehwi mendengus, pacar siapa yang harus kebingungan siapa.
"tapi kalian pacaran ya?"
Casey segera menggelengkan kepala, dengan Woojin yang menahan tawa.
"Tapi kita saling sayang, ya kan?" Kilah Chenle, mencoba untuk meyakinkan Casey.
"Ngga tau." jawab Casey kembali dengan polos. He has no idea.
"Cey nasi gorengnya." Casey mengangguk, segera bangkit membantu Daehwi menaruh makanan di meja.
"Terima kasih Daehwi."
Daehwi mengangguk, tangannya melayang, gatal ingin mengusak rambut puffy Casey, namun urung melihat tatapan tajam dari Chenle.
Menikmati acara makannya, sekali-kali mencuri dengar percakapan di sebrang dan percakapan Chenle bersama Yohan.
"kemaren katanya si Andy ngga ngegubris omongannya si Arma, nah si Adam sama Grey marah." Casey kembali memasukkan nasi pada mulutnya.
"Mereka berantem, Heaven juga sempet mau nonjok si Andy tapi ngga jadi, soalnya Andy udah keburu numbangin Adam duluan."
Pipinya menggembung tak percaya.
"Masa iya karakter sampingan seperti Andy lebih unggul dari pada main karakter?" Batinnya tak percaya.
"Emang si Andy jadi lumayan aneh pas abis berantem sama si Chenle."
Suara di sebrang makin kecil, entah Chenle serta Yohan dengar atau tidak.
"Emang berantem kenapa? Gue kemaren absen." Casey makin menajamkan indra dengarnya.
"Jangan nengok tapi ya, cowok yang rambut coklat sebelah Chenle, sempet di godain sama Andy-"
"Ngomongin apa kalian?"
Casey mendongak, melihat Chenle yang kini menatap tajam si penggosip, yang sedari tadi dicuri dengar oleh Casey.
Bukannya menjawab, ke empat Anak tadi malah pergi kabur meninggalkan mereka. Chenle mendengus kasar.
"Aku yakin, kamu denger omongan ngga jelas itu, kalo ada yang kaya gitu lagi, langsung bilang ke aku ya Muffin." Kata Chenle.
Meski tak mendapati alasan mengapa harus Ia mengadu, Casey tetap mengangguk patuh.
"Udah, abisin dulu makanannya."
Apa yang membuat Chenle begitu sensitif?
..
Casey tengah merapikan bajunya di depan cermin kamar mandi.Pelajaran tentu masih berlanjut, namun kepalang sudah merasa tak bisa menahan buang air kecil, Casey segera meminta izin untuk meminta waktu sebentar ke toilet.
Sembari merapikan rambut yang terlihat sedikit berantakan, Casey menarik nafas dalam-dalam.
"Cantik."
Casey terlonjak kaget, netranya menajam, wajahnya merengut.
Hampir saja Ia mengumpat jika saja tak segera melihat siapa yang mengajutkannya.
Lalu segera meninggalkan toilet, untuk meninggalkan Siswa tersebut.
"Cantik."
Casey masih tak menggubrisnya, tak ada gunanya juga jika di tanggapi.
"Sombong banget sih."
Kakinya berhenti, membalikkan badan dengan cepat.
"Apa sih mau kamu?!" Andy, si pelaku hanya tertawa main main.
"Mau Lo."jawabnya main-main, di akhiri tawa kecil.
Jawabannya membuat Casey kesal, maka tak lagi peduli. Casey benar-benar beranjak, meninggalkan Andy, yang kini tengah menetralkan wajahnya, segera menjadi tanpa ekspreksi lagi.
..Menggulingkan tubuhnya di atas ranjang, Heaven sedari pulang sekolah tadi tak bisa menghilangkan wajah siswa yang terlihat seperti matahari tadi sore.
"Anjing! Lucu banget!"
"Abang berisik banget dari tadi! Bisa diem ngga sih?! Aku dari tadi belajar ngga bisa fokus! Abang berisik!"
Heaven merotasikan bola mata kesal.
"Apadeh, gue ngga ngapa-ngapain." Sewotnya. Tanpa merasa bersalah.
"Aku aduin Mama ya! Awas aja! Biar nanti Mama marahin Abang!"
Heaven gelagapan, sungguh, Mama nya se-menyeramkan itu untuk Heaven lawan.
"Oke-oke sorry! Gue diem!" Berakhir Heaven bangkit untuk duduk di bangku belajarnya.
"Siapa ya namanya?"
..
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect World, Casey Kyler
FanfictionKetika Ia harus menjalani hidup di raga orang lain. -Tidak di peruntukan bagi yang masih di bawah umur. Bijak dalam mencari buku yang akan di baca sesuai kebutuhan. Mohon kerja samanya.