Terlalu sibuk dengan pikiran sendiri Arumi sampai tak menyadari jika kini keduanya berhenti tepat di depan rumah mewah berlantai dua dengan gaya klasik.
"Turun," titah orang itu
Mendengar itu Arumi segera turun kemudian mentap sekeliling dengan pandangan takjub juga bingung.
"Maaf mas tapi rumah sa-" kalimat Arumi terhenti saat orang itu kembali bersuara.
"Siapa bilang gw bakal nganter lo pulang,"
Arumi di buat kaget ketika mengenali suara itu dan baru menyadari jika orang yang menolongnya adalah Lingga, dengan cepat Arumi menoleh dan. " Elo! " tunjuk Arumi.
Lingga yang melihat itu hanya menaikan sebelah alisnya seolah bertanya 'apa?'.
Arumi menggeleng pelan. "Makasih," setelah mengatakan itu Arumi hendak pulang namun Lingga menahannya.
"Luka lo obatin dulu," ujar Lingga.
"Ntar gw obatin di rumah aja," tolak Arumi yang justru memaksa Lingga untuk menariknya masuk kedalam rumah.
"Gw bilang gak usah Lingga," jelas Arumi sembari menarik tangannya dalam cekalan Lingga.
Lingga menoleh kearah Arumi dengan wajah tanpa ekspresi dan tentunya hal itu membuat Arumi bungkam. Hingga akhirnya Lingga kembali menariknya dan menyuruhnya duduk di sofa panjang yang ada di tengah ruangan utama.
"Sebentar," ucap Lingga.
Arumi mengangguk mendengar itu, lalu menatap sekeliling setelah Lingga pergi. Arumi mengagumi setiap sudut bangunan ini yang begitu sederhana namun tetap terlihat mewah dalam waktu yang bersamaan 'ndah' gumamnya sembari tersenyum.
Tengah asik mengamati sekeliling membuat Arumi tak sadar jika sedang ada yang memperhatikannya sembari mengulas sebuah senyuman.
Lingga yang baru saja turun setelah berganti pakaiannya menghampiri sang bunda dengan kotak obat di tangannya.
"Bunda," panggil Lingga.
"Ehh..tadi bunda denger suara motor kamu jadi bunda mau bukain pintu, tapi kamu udah masuk." tutur Sinta.
"Itu siapa? Pacar kamu?" tanya Sinta kemudian.
Mendengar itu dengan cepat Lingga menggeleng. "Temen sekolah," jawab Lingga.
Sinta ber oh ria mendengar ucapan sang putra lalu menoleh kearah kotak di tangan Lingga.
"Loh itu mau di bawa kemana?" Sinta menunjuk kotak di tangan putranya.
"Buat dia bun " Lingga menunjuk Arumi yang tengah duduk sendirian di sana.
Sinta menoleh kearah gadis yang tengah duduk pada sofa ruang tengah dan sepersekian detik berikutnya Lingga di buat terkejut ketika kotak di tangannya kini telah pergi bersama sang bunda menghampiri gadis itu.
"Bun," seru Lingga.
Arumi sedikit tersentak saat merasakan ada yang menyentuh bahunya dan dengan cepat dirinya menoleh untuk menemukan seorang wanita yang mungkin Arumi tebak jika wanita cantik itu adalah mamanya Lingga.
"Aduh maaf bunda ngagetin yah," sesal Sinta saat menyadari raut terkejut gadis di hadapannya.
"Enggak pa-pa kok tante," Arumi tersenyum canggung kearah Sinta yang kini duduk di sampingnya.
"Jangan tante, panggilnya bunda aja. Nama kamu siapa?"
"Arumi."
Sinta tersenyum mendengarnya, ia memperhatikan gadis di depannya ini yang menurutnya begitu cantik sama seperti namanya. Sayangnya hal itu malah membuat Arumi merasa sedikit tidak nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALINGGA
Teen FictionFOLLOW SEBELUM BACA! Narapati Kalingga Paramarta. Cowok dengan wajah tanpa ekspresi. Dia adalah ketua geng motor yang di segani se-indonesia. Lingga adalah pemimpin Laskar generasi ke-4 setelah Damar pramudya, ayahnya sendiri. Menjadi pemimpin bukan...