6. CURIGA

24 2 0
                                    

Arumi terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri, ia tak habis pikir bagaimana bisa Lingga selalu muncul di saat ia sedang dalam bahaya.

Hal itupun tak luput dari penglihatan Lingga. Ia terus memperhatikan gadis di belakangnya itu. Dirinya tengah memikirkan cara bagaimana caranya agar Kenzo tak mengejar ngejar Arumi lagi. Tapi hal yang membuatnya bingung adalah apa alasan Kenzo melakukan itu, tak mungkin Kenzo melakukan sesuatu yang menurut Lingga itu hanya akan membuang buang waktu saja.

Lingga menepikan motornya di sebuah warung bakso.

"Ngapain kesini?" tanya Arumi.

Lingga melepas helm-nya, lalu menoleh kearah Arumi sekilas. "Ya makanlah, emang lo pikir ngapain lagi." ujar Lingga.

Lingga turun dari motor-nya, menatap Arumi yang masih setia duduk di sana. "Turun atau lo mau jagain motor gw di sini," setelah itu Lingga meninggalkan Arumi di sana.

Dengan cepat Arumi turun dan menyusul Lingga masuk kedalam warung.

Warung bakso tersebut tak begitu ramai hanya ada beberapa pembeli. Akhirnya Lingga memilih tempat yang biasa ia gunakan bersama anak Laskar.

"Mang kayak biasanya ya dua," Lingga sedikit berteriak kepada mang ujang yang tengah meracik bakso.

Arumi melihat sekeliling, tempat itu begitu bersih dan rapi. Walaupun tempatnya berupa lesehan tapi cukup nyaman.

"Lo biasa kesini ya," Arumi menoleh pada Lingga di depannya.

"Hampir setiap hari."

Arumi mengangguk mendengarnya. Tak lama pesanan datang, mang ujang melihat Arumi sembari tersenyum.

"Pacarnya Lingga ya," tanya Mang ujang.

"Bukan/bukan," jawab keduanya bersamaan.

"Owalah bukan, tapi kalian cocok. Yang satu kesep trus yang satu guelis pisan."

"em makasih pak, tapi kalo saya mau cari pacar kayaknya bukan dia deh. Soalnya orangnya nyebelin," Arumi sedikit mengecilkan suaranya diakhir agar Lingga tak mendengar.

"Yang mau punya pacar kek lo juga siapa," balas Lingga malas.

"Uluh-uluh jangan begitu, nanti kemakan omongan sendiri awas. Buat neng nya panggilnya mang ujang aja jangan bapak," ujar Mang ujang pada keduanya.

"Amit-amit, jangan sampe. Iya mang."

"Yasudah mamang teh kebelakang dulu," pamitnya.

Arumi baru akan membuka suara lagi untuk bertanya pada Lingga namun dengan cepat cowok itu menghentikannya. "Diem dan makan makanan lo."

Arumi mencebikan bibirnya mendengar itu lalu menyantap bakso miliknya.

Tanpa Arumi sadari diam-diam Lingga memperhatikan tingkahnya yang menurut Lingga terlihat lucu sembari mengulas sedikit senyuman, sangking tipisnya hingga tak ada yang menyadari itu senyuman atau hanya wajah biasa yang selalu Lingga tunjukan.

Lingga telah selesai lebih dulu dengan makanannya dan berniat menyalakan rokok, namun pergerakannya di hentikan oleh Arumi yang tiba-tiba memukul tangannya. "Iih kan gw udah pernah bilang jangan ngerokok, itu gak sehat." ujar Arumi memarahi Lingga.

Arumi merogoh sesuatu dalam tas kecilnya, detik berikutnya ia menyerahkan permen loli rasa strawbery kepada  Lingga. "Ini aja lebih sehat dari pada roko lo." jelasnya.

"Lo pikir gw anak Tk?" balas Lingga acuh.

"Kalo lo gak mau gw aduin ke bunda."

"Lo ngancem," Lingga menatap gadis di hadapannya dengan tak habis pikir mengapa bundanya menyukai gadis pemaksa ini.

KALINGGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang