Hal yang paling di nantikan setiap orang adalah hari libur. Di mana mereka bisa menikmati hari dengan bersantai tanpa ada gangguan. Seperti yang tengah Lingga lakukan saat ini.
"Tumben banget pagi-pagi nyuci motor, mau kemana den." tanya pak pandi yang tengah menikmati secangkir kopi di pos depan.
"Biasa pak, mau jalan-jalan sama temen."
"Sama temen terus. Sama pacarnya kapan den," canda pak pandi yang membuat Lingga tertawa.
"Doain aja pak," ujar Lingga dengan sibuk menyemprotka air pada motornya.
Selesai dengan motor kesayangannya Lingga bergegas untuk pergi mandi.
Kini Lingga telah rapi dengan celana jeans hitam dan kaos putih lengan pendeknya, tak lupa juga jaget kebanggaan Laskar yang selalu melekat pada tubuhnya.
"Mau kemana udah rapi gini," Sinta menghampiri Lingga yang baru saja akan berpamitan padanya.
"Mau jalan sama temen-temen bun."
"Yaudah, hati-hati kalo gitu."
"Iya bunda, udah Lingga pergi dulu." ujar Lingga mencium tangan Sinta sebelum pergi.
Lingga memacu kuda besinya dengan kecepatan sedang melintasi jalanan. Begitu ramai hingga beberapa kali Lingga membunyikan klakson agar pengendara lain memberinya jalan.
****
Begitu sampai di basecamp dirinya tak menemukan satu orangpun disana. Lingga berdecak dan segera menghubungi Sendra.
Di sisi lain anak-anak Laskar tengah menikmati bakso di tempat langganan mereka untuk sekedar sarapan.
"Si Deo ngutang mulu anjir," sindir Bara.
"Padahal duit bapaknya banyak," sahut Aji.
Deo mengabaikan ucapan mereka namun dengan cepat ia memperingati Sendra yang akan membuka suara. "Gak, lo jangan ikutan berkomentar." peringat Deo menunjuk Sendra.
Drttt...
Suara hp Sendra mengalihkan perhatian mereka lalu bertanya "siapa?" yang menelfon. "Lingga." balas Sendra.
Lingga is calling...
"Kenapa basecamp di biarin kosong?""Sorry, kita lagi pada di tempat mang ujang."
"Balik basecamp sekarang"
Setelah itu Lingga mematikan sambungan secara sepihak membuat anak-anak Laskar langsung bergegas untuk kembali ke basecamp sebelum Lingga mengamuk.
"Jadi berapa totalnya mang?" tanya Nendra terburu.
"Dua ratus ribu," ujar mang ujang menatap mereka semua bingung. " Ini teh kenapa pada buru-buru pisan."
Nendra menyerahkan dua lembar uang merah kepada mang ujang. "Ini menyangkut urusan hidup dan mati mang," jawaban Nemdra malah membuat mang ujang bingung.
Dengan cepat anak-anak Laskar memacu motor untuk segera sampai di tempat Lingga berada.
Terlihat Lingga yang masih setia duduk diatas motornya menanti kedatangan mereka semua. Lingga menghembuskan asap rokok terakhirnya kemudian menginjak puntung rokok tadi saat anak-anak Laskar tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALINGGA
Teen FictionFOLLOW SEBELUM BACA! Narapati Kalingga Paramarta. Cowok dengan wajah tanpa ekspresi. Dia adalah ketua geng motor yang di segani se-indonesia. Lingga adalah pemimpin Laskar generasi ke-4 setelah Damar pramudya, ayahnya sendiri. Menjadi pemimpin bukan...