26.

2.8K 367 14
                                    

(Warning! Dalam bab ini berisi kalimat kekerasan.) 

Brakkk!!!

Jennie baru saja membanting pintu kamarnya dengan sekuat tenaganya untuk melampiaskan segala rasa kesalnya yang ia bawa dari bawah tadi.

Ia lalu menyandarkan punggungnya di sana sebelum pada akhirnya punggungnya merosot ke bawah hingga bokongnya menghantam permukaan lantai.

"Honey, apa yang kau dengar tadi bukan seperti itu kenyataannya."

Airmata pilu yang telah tergenang sedari tadi itu jatuh berkucuran seperti air terjun ditemani suara isak tangisnya yang pecah.

"Honey." Jennie memandang cincin di jari manisnya lalu ia berganti memandang boneka Nini yang tergeletak di atas ranjangnya sana.

Boneka Nini itu mengingatkan dirinya pada momen pembuktian cintanya pada Lisa minggu kemarin.

"Honey."

Kerinduannya pada Lisa membuatnya memilih berbaring menyamping di atas kasurnya sambil membawa boneka Nini kedalam pelukannya, kemudian ia memejamkan matanya untuk merasakan kehadiran kekasihnya di sana melalui boneka Nini.

"Tidak ada yang berubah, honey. Semuanya akan berjalan sesuai dengan rencana manis kita." Jennie mengelus wajah boneka Nini seolah ia sedang memberikan keyakinan kepada Lisa meski ia sendiri tidak yakin akan ucapannya barusan.

Tidak yakin karena rasa takutnya akan keselamatan Lisa ternyata lebih besar daripada rasa cintanya terhadap kekasihnya itu setelah ia mendengar sendiri ucapan dari Kim Sang Kyung yang mengerikan di bawah tadi.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang, kenapa aku begitu lemah!"

Jennie yang kuat baru saja mengutuki kelemahannya karena ia tidak berani walau hanya sekedar membantah apa lagi melawan Kim Sang Kyung, appanya yang merupakan cinta pertamanya itu.

Alhasil, ia tidak bisa bertindak selain menangis pilu meratapi nasib cintanya yang telah berada di ambang kandas itu.

Sebelumnya Jennie mengira bahwa ia bisa mendominasi ayahnya yang begitu penyayang hingga menuruti semua keinginannya termasuk keinginannya tentang orientasi seksualnya, namun ternyata perkiraannya itu sama sekali tidak membuahkan hasil sesuai dengan apa yang ia harapkan selain menelan pil pahitnya sendiri setelah itu.

"Aku tidak boleh lemah. Aku harus menunjukkan kepada appa siapa aku yang sebenarnya. Aku tidak perduli dengan kemarahannya karena itu. Honey, bersabarlah. Kau tunggulah aku hingga skandal itu meredup. Setelah itu kita akan pergi jauh. Ya, seperti itu."

***

Tatapan kosong dari mata besar yang berair milik Lisa mengiringi pergerakan bibirnya untuk mengatakan berikut ini.

"Oppa, jam berapa kita akan memulai syuting video klip laguku."

Meski bibirnya bergerak, namun pikirannya telah dipenuhi tentang Jennie yang begitu tega melukai hatinya dengan begitu keji.

Kekasihnya itu telah bermain main dengan perasaannya dengan segala ucapan cintanya, harapannya, dan janji manisnya, telah diyakini oleh Lisa bahwa itu semua hanyalah kepalsuan yang ia tahu baru saja.

"Secepatnya, Lisa."

Produser Teddy yang sedari tadi mengurusi wajahnya yang babak belur dan menunduk kesakitan di kursi penumpang bagian depan itu, ia tidak menyadari bahwa Lisa saat ini tengah berderai airmata akibat patah hati di kursi penumpang bagian belakang sana.

Kejadian beruntun yang dialami oleh Lisa hari ini membuat dadanya begitu sesak.

"Berikan aku waktu satu jam untuk mempersiapkan mentalku, oppa."

If You Know You Know(JENLISA) GxGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang