04 ALVENAN

67 9 0
                                    

"seharusnya lo bilang anjing"teriak alveron murka

Vana tidak berani menatap lelaki didepannya,tangannya terkepal,mulutnya seakan kelu untuk bicara.air matannya kembali mengalir deras,pikirannya semakin kalut.

"hiks,hiks"vana menjambak rammbutnya kuat,kakinya lemas,dingga tubuhnya merosot kelantai,ia terduduk lemas dilantai.

"gw udah ga suci al"

"gw ternodai"

"lo gak ternodai bangsat,ini sepenuhnya salah gw"ucap alveron membuat vana menggencangkan tangisannya,alveron mengusap wajahnnya prustasi,ia menarik gadis kecil itu dalam dekapannya

ia menarik vana yang hanya diam ditempat,ia menariknnya kedalam markas cadangan scorpion"duduk"pintanya

"lo harusnnya bilang NYONYA LUVIA SHEVA VANADYA!"tekannya,ia geram manusia didepannya itu tidak mau menatap dirinya,ia maju beberapa langkah dan langsung mencekram dagu gadis itu

"gw belum siap punya anak"ucap wanita itu lirih

"terus dengan lo gugurin dia,apa semuanya bakal balik lagi?.ga na!" ucapnya,"pulang skolah gw kerumah lo"ucapnya sebelum meninggalkan vana yng masih terduduk lemas kursi

Vana menatap nanar tubuh tegap yng hampir menghilang dri pandangannya,ia ikut meninggalkan markas,tidak baik bukan didalam kawasan orang asing sendirian.
__________

bel pulang sekolah sudah berbunyi sekitar lima belas menit yng lalu,tapi inti scorpion masih berada didalam kelas

"dion ngajak war bos minat ga?"tanya vino yang hanya mendapat gelengan kepala,"kenapa?,tumben bos"tanyannya lagi

"mau prgi sm bkp"jawabnya ambigu,hal itu membuat varo dan dirga penasaran

"hah apa as?,bok*p?"tanya dirga enteng yang hanya menyengir kuda karna mendapat tatapan tajam dari alveron

"kepo"serkas alveron yang langsung meninggalkan kelas,dan disusul ke empat temannya

kening alveron mengerut mendapati sosok gadis eh ralat perempuan yng familiar dipandangannya,ia berminat menghampiri perempuan itu

tin(bnyi klakson maybe)

"plang sm siapa"tanya alveron

Vana menoleh mendapati sosok lelaki berpunggung lebar itu"gatau,pa udin belum kesini"cicitnya pelan

"naik"pinta alveron

"Hah"cengo vana yang masih belum mengerti cara bicara alveron

"Pulang bareng gw,cepet naik"ulangnya sekali lagi

Alveron sudah sampai di rumah bernuasa serba putih ini,ia menatap sekelilingnya,suasanannya terlihat sepi"ini rumah lo?"tanyanya

"iya,mampir mau?"tawar vana yang hanya mendapat gelengan kepala dari sang empu

"gw plang,klo ad apa² kbrin gw"ucap vana yang langsung menyalakan mensin motornya dan bergegas meninggalkan pekarangan rumah vana

______

suasana hening mennyelimuti ruangan bernuasa moderen ini,hannya ada dentuman alat makan yang menggema diseluruh ruangan,semuannya sibuk menikmati makanannya masing masing

berbeda dengan vana yang hannya menatap makanannya tanpa minat,pikirannya kesana kemari,bagaymana nasib kedepannya,apakah ia akan mendapat keadilan atau akan dipermalukan

ia takut mamanya kecewa dan berakhir membencinya,ia enggan mengungkapkan niatnya untuk merahasiakan kejadian yang sedang dialaminnya

namun ia kembali berpikir,mamanya akan lebih kecewa ketika mengetahui anaknya hamil dari mulut orang lain

ia mencoba meyakinkan dirinnya dan membuang rasa ragu-ragu dalam dirinnya,ia menepis rasa takutnya,ia memberanikan diri menatap mamanya

"ma"panggilnya pelan nyasir tak terdengar,ia mencoba memejamkan matanya untuk menetralkan nafasnya,entah ini pilihan yang terbaik atau tidak,intinya ia akan mengungkapkannya kepada sang mama,semua konsekuensinya akan ia tanggung belakangan nanti

ELENA ia adalah mama vana,ia mendongakan kepalannya dan menatap putrinya yang terlihat gelisah"kenapa na"tanyanya lembut

napas vana tercekat,lidahnya seakan kelu untuk kesedar bicara,ia memberanikan diri menatap wanita paruh baya didepannya

"Vana hamil ma"ucap vana lirih,sangkin lirihnya sampai nyaris tak terdengar

"coba ulangi lagi na,mama salah denger kan"tanyanya kembali

tubuh vana semakin bergetar,keringatnya bercucuran dipelipisnya,ia semakin menundukan kepalannya

elana menghembuskan nafasnya kasar,kemudian kembali menanyakan pada sang anak"keseringan bercanda nih kamu,makanya ngelantur"sambil tertawa kecil

"ga ma,ana beneren hamil"cicitnya lirih,ia menundukkan kepalannya semakin dalam,ia takut,ia takut mamanya kecewa dan berakhir membencinya,ia sakit melihat mamanya menangis,cukup ayahnya yang membuat mamanya menangis

air muka elena seketika berubah,tatapannya datar tak berekspresi,amat sangat terlihat kecewa,harapannya terhadap sang putri hancur

sedangkan mata vana sudah memerah,matanya ber kaca-kaca siap untuk menangis,air matannya lolos tak diminta

elena menatap anaknya tak percaya,tak mungkin anaknya senakal ini,ia tau anaknya adalah gadis rumahan,penurut dan tidak pembangkang

elana memijat pangkal hidungnya pelan,"mama,maafin ana,please jangan benci ana setelah ini,ana gapunya siapa-siapa"ucapnya sambil menggenggam tangan sang mama,air matanya mengalir deras,ia takut mamanya membencinya

"siapa yang lakuin ini ke kamu"ucap elena pelan,ia tak brani membentak putrinya

selama 18 tahun ia tinggal bersama vana,ia tak pernah berniat membentak anaknya

senakal-nakalnya aelana ia tetap putri kesayangannya,harapannya dimasa depan kelak

"BILANG LUVIA VANADYA!"ucapnya masih berusaha bersabar,sebenarnya ia sangat kecewa,namun tidak bisa ia pungkiri ia sangat menyayangi putri semata wayangnya ini,semarah marahnya ia,ia tidak bisa membentak apalagi main tangan

Vana mencoba menatap mamanya"temen ana ma"cicit vana pelan ia masih terisak namun tak sekeras tadi

"suruh kesini mama butuh penjelasan"ucapnya menatap nanar sang anak dan pergi meninggalkan aelana yang masih terisak pelan

next
VOTE BROH

apa yang kita pikirkan kadang kala tak pernah sejalan dengan yang namannya takdir_lviashvavnadya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

apa yang kita pikirkan kadang kala tak pernah sejalan dengan yang namannya takdir_lviashvavnadya

AlVENANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang