07 ALVENAN

48 3 0
                                    

SAH!..

Ya,hari ini memang alveron dan vana melangsungkan pernikahannya

Setetes air mata keluar dari pipi gadis eh ralat perempuan yang kini sudah sah menjadi istri dari si brandal,vana menundukan kepalannya.

Ia tidak percaya umurnya yang masih remaja harus menyandang setatus sebagai istri sekaligus calon ibu dari lelaki disebelahnnya ini

Pria itu tahu bahwa putrinya menikah hari ini,percuma saya ia melarang,ini akan membuat kekacauan disini

"Cape?"tanya alveron kala melihat raut lelah dari perempuan itu,sejak 10 menit lalu ia melayani tamu undangan yang hadir

Vena menggeleng,segerombol laki laki berlajan kearah mereka,sambil menengteng bingkisannya masing masing

Varo menghampiri keduannya"congrats bro"ucap varo dan langsung memeluk alveron

"Jangan nyoblos dulu al,inget istri lo lagi hamil"ucap dirga,alveron menatap tajam temannya yang satu ini

"Kalo kaga kuat mending nyolo al"ujar vano

"Anjing lo"maki alveron

"Happy birthdy al,semoga pendek umur"ujar dirga ngawur

"Sialan,siapa yang ultah anjing"sentak alveron

"Congrats"ucap arga singkat padat nan jelas,memang si macan kaku ini,disini kaku disana kaku dimana mana selalu kaku

"Thanks"ujar alveron

Alveron yang merasa sudah jenah menghadapi teman teman gilanya ini langsung menyuruhnya pergi,meski harus diawali  paksaan

"Masuk kamar"printah alveron yang melihat raut lelah dari perempuah disampingnya

"Tapi acarannya belum selesai kan mom?"tanya vana

"Gapapa masuk aja,kamu pasti cape kan,lagian tamunnya udah pada pulang"ujar elena

"Al,vananya digendong dong,kasian itu"printah sang momy yang membuat pipi vena memerah,lantas hal itu membuat alveron langsung mengangkat vana dengan gaya bridy style

"Kita tidurnya pisah kan"tanya vana,mereka sudah berada di rumah baru mereka,katanya si hadiah dari sang papa untuk si maung satu ini

Alveron hanya menggeleng pelan,kemudian menatap vana yang sedang sibuk melihat sekeliling rumah baru keduannya

Pandangannya tertuju keperut perempuan itu yang terlihat sedikit membuncit

Tidak pernah terpikirkan dimasa muda seperti ini ia harus menyandang setatus sebagai suami sekaligus calon ayah untuk anak yang berada dikandung vana

Peraturan ketat dari sang papa yang membuat dirinnya tak brani bermain main dengan wanita,alveron memang nakal,ia suka mabuk,sering tawuran dan masih banyak lagi,tapi ia bukan tipe anak yang pembangkang

Namun ia malah merusak perempuan didepannya ini,membayangkan saja tidak pernah.

ia tau disetiap senyum manis vana terdapat kesedihan dan kekecewaan yang mendalam,namun gadis itu pintar menyembunyikannya.hal itu yang membuat alveron merasa bersalah.

meski dirinya tidak mencintai vana,tapi ia akan berusaha menerima semua yang telah terjadi

ia juga akan belajar mencintai vana,cinta datang karna terbiasa bukan.

Ia melihat perempuan yang tengah sibuk merapikan pakaian mereka untuk diletakan dilemari

Ia memperhatikan wajah wanita itu,kantung mata yang menghitam,pipi yang tirus.ia jadi semakin merasa bersalah.ia berlajan pelan menghampiri perempuan itu

"Istirahat"perintahnya,menarik lengan vena menuju kasur king size dan membantu wanita itu berbaring

Ia menatap lelaki didepannya"belum selesai itu"matanya melirik ke beberapa kover dan baju yang masih belum tertata

"Biar gw"jawab alveron

"Makasih,aku tidur duluan yaa"ia sedikit tidak enak,tapi ia juga sangat lelah,bayangkan saja dari jam delapan sampai jam 5 sore ia dipelaminan

Melelahkan bukan,walaupun yang hadir diacara pernikahan itu tidak terlalau banyak,tetapi tetap saja ia waktu istirahatnya tertunda sampai saat ini

"Hm"guman alveron tidak menolehkan kepalannya sedikitpun

                          ♧♧♧♧

Vena menerjabkan matanya berkali kali,wanita itu masih mencoba menyesuaikan pencahayaan,ia menatap kearah jam kecil yang terletak nakas  sebelahnya,jam masih menunjukan pukul satu dini hari

"Al"panggil vana pelan,hari sudah menunjukan pukul dini hari,tapi dirinya malah terbangun

Matanya melirik space disampingnya,ia tidak mendapati lelaki itu disana

"Al"panggil vana

"Apa"jawab alveron

"Ngapain?" Tanya vana

"Nyebat"jawab alveron seadanya.vana menghela nafas,kemudian menatap alveron yang memunggunginya,jarak keduanya tidak terlalu jauh,jadi saat vana memanggilnya pelan alveron masih bisa mendengarnya

"Pake baju"perintahnya ketus

"Panas"

Bara tetap santai menghirup rokok elektriknya"kenapa bangun?"

"Gabisa tidur"

Alveron beranjak dari balkon kamarnya dan berjalan mendekati vana"tidur!"

"Elusin perutnya"pintanya pelan,nyaris tak
terdengar

Seolah paham ia mendudukan bokongnya secara perlahan di sebelah vana

Tangan alveron perlahan  mengelus lembut perut yang sudah terlihat membuncit

nyaman.pikir vana,seulas senyum tipis tercetak jelas di bibir vana,sebelum dirinya terlelap

Senyum tipis tecetak jelas di bibir alveron,ia menatap wajah perempuah disampingnya yang sudah tertidur pulas

Ia ikut membaringkan dirinya di space samping vana,ia ikut memejamkan matanya meski tangannya masih sibuk mengelus perut yang berisikan anaknya

AlVENANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang