2

82 9 0
                                    

Waktu menunjukkan pukul sembilan malam.

Alfi baru saja memarkirkan motornya di garasi rumah.

" Assalamualaikum " salam Alfi begitu masuk ke ruang tamu.

Rumah besar nya itu tampak begitu sunyi.

Setiap sudut terasa begitu jauh, dan udara disana terasa begitu dingin.

Tak ada yang namanya kehangatan dalam rumah.

Rumah itu sebenarnya apa?

Coba kasih tau Alfi.

Kalau tempat pulang dan beristirahat , ini bukan tempatnya.

Lalu rumah itu apa?

Pranggggg

Belum juga Alfi naik ke kamarnya , terdengar suara benda jatuh dari kamar ibu nya.

Alfi sudah tidak kaget lagi dengan keributan didalam rumahnya itu.

Terdengar Ayah dan ibunya yang saling membentak.

Mereka saling mempertahankan argumen mereka masing-masing.

Dengan sengaja Alfi melangkahkan kakinya kasar begitu naik kelantai dua rumahnya, dimana kamarnya berada.

Tadi dia sudah mengganti sepatunya dengan sendal rumah.

Maka suara langkahnya itu akan terdengar dari kamar orangtuanya yang berada di sebelah tangga.

Alfi yakin mereka masih berdebat perihal dirinya yang akan berkuliah di Jogja.

Doni, Ayah Alfi tidak mengizinkan Alfi untuk kuliah di luar kota.

Kata Doni, dikotanya juga ada banyak kampus ternama yang tidak kalah bagus dengan kampus yang mau di masuki Alfi.

Tetapi Alfi tidak mau, dia mau ke kampus pilihannya.

Maka dari itu, ibu Alfi berusaha meyakinkan Doni suaminya untuk memberi izin Alfi kesana.

Dengan banyak pertimbangan, Doni akhirnya mengizinkan dengan syarat Alfi harus ambil jurusan Bisnis.

Agar kelak setelah lulus Alfi bisa mengambil alih perusahaan.

Tetap.

Alfi tidak menuruti kemauan Ayahnya.

Ini hidup nya.

Kenapa dia harus ikut kemauan orang lain.

Bahkan ayahnya sekalipun.

Alasan Alfi ingin kuliah di Jogja, selain ingin melanjutkan pendidikan nya, dia juga ingin keluar dari rumah itu.

Alfi muak sekali dengan ayahnya itu.

Alfi sudah lama ingin pisah dengan ayahnya, tapi keadaan tidak memungkin itu.

Lalu tiba masa dimana dia akan berkuliah.

Kuliah di luar kota akan membuat dirinya jauh dari orang itu, ayahnya.

Walau dia tahu Ibu nya pasti akan sangat kesulitan hanya tinggal berdua dengan ayahnya.

Awalnya begitu berat untuk Alfi meninggalkan ibu nya sendiri.

Kakaknya Jihan sudah dua tahun Tinggal di Asrama kampus.

Sekarang dirinyalah yang harus pergi, meninggalkan ibunya.

Tapi mau bagaimana lagi, Alfi harus pergi.

Dia juga berjanji akan sering-sering pulang untuk ibunya.

Tidak seperti kakaknya. Mungkin kalau tidak di ingatkan dia tidak akan pulang.

Kakaknya itu terlalu banyak alasan sampai tidak menyempatkan dirinya untuk pulang untuk melihat keluarganya.

Sesibuk itukah Mahasiswa Kedokteran?

Begitu pikir Alfi.

Brakkkk

Alfi membanting pintunya dengan kasar.

Sengaja supaya ayahnya dengar.

" Alfiiiii anak kurangajar ya kamu." Teriak Doni

" Mau kamu sekolah dimana juga, kelakuan kamu yang kurangjar itu ga bakal ilang "

" Sama orangtua, begitu ya kamu "

Alfi mendengar teriakan ayahnya dari kamarnya.

Ia cuman bisa diam.

Urat di leher Doni membentang, nada bicaranya meninggi, membentak Alfi yang baru masuk kamar.

" Kamu mikir Mas, Alfi kayak itu juga karena kamu " kata Indah Ibu Alfi.

" Apa???" Teriak Doni.

" Dia kasar kayak gitu , karena kamu juga kasar ke dia " kata Indah.

Wajah doni memerah menahan amarahnya.

Tangannya mengepal kuat.

Dia tahan untuk tidak menampar istrinya itu.

" Kamu setuju atau tidak setuju, lusa Alfi bakalan tetap ke Jogja. " Final Indah.

Indah sangat lelah , hari ini puncaknya.

Sudah sebulan ini dia dan suaminya itu bertengkar hebat karena anak bungsunya.

Mau bagaimana lagi, Alfi ingin Kuliah di Jogja.

Tidak mungkin indah tidak mengizinkan anaknya untuk pergi belajar.

Apapun akan ia usahakan untuk anak kesayangannya nya itu.

Ditambah lagi, dia juga ingin Alfi jauh dari ayahnya yang Toxic.

Indah takut Alfi akan tumbuh menjadi pria yang kasar seperti Doni suaminya.

Dia takut keluarga anaknya nanti akan seperti keluarganya.

Indah sangat menyesalkan itu.

Di kamar, Alfi membanting dirinya dikasur sampai tubuhnya terpental.

Lengannya ia gunakan menutup matanya yang silau karena cahaya lampu.

Beberapa kali ia membuang nafas kasarnya.

Dadanya selalu sesak setiap kali mendengar dan melihat orangtuanya itu bertengkar.

" Haaahhhhh " desah Alfi bangun dari tidurnya kemudian menuju balkon.

Alfi mengambil Rokok dari kantung hoodie nya, tangan satunya mengambil pemantik rokok dari saku celananya.

Alfi mendekatkan pemantik itu ke rokoknya dan bara api mulai menyala.

Dihisapnya rokok itu kuat-kuat, lalu menghembuskannya dengan santai.

Dihisapnya rokok itu kuat-kuat, lalu menghembuskannya dengan santai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SENIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang