Persiapan

728 68 3
                                    

Jika Noeul harus mendengar satu pria paruh baya lagi yang menyebut tentang betapa cantiknya dia, dia akan berteriak.

Dia hanya mendaftar menjadi model untuk artis lokal yang melakukan studi seni, bukannya ingin digoda oleh beberapa pria yang tidak bisa menahan hasratnya bahkan dengan pria cantik seperti Noeul. Setidaknya Noeul tidak perlu menjadi model bugil lagi kali ini. Jika tidak, dia mungkin akan berhenti dan menjadi pengemis di jalan untuk membayar uang sekolahnya.

Meskipun beberapa jam yang tidak nyaman pada hari selasa sore, hal yang lain tampaknya akan berjalan dengan baik minggu ini. Noeul berhasil tetap terjaga setiap pagi untuk pelajaran bahasa Prancisnya dan menghindari ceramah yang biasa diberikan profesor kepadanya untuk fokus memperhatikan. Ujian tengah semester psikologinya datang dan dia entah bagaimana berakhir dengan sebuah nilai A. Noeul bahkan menemukan cara untuk mengisi beberapa jam latihan tambahan di studio tari.

Sebenarnya minggu ini adalah minggu yang hebat, tetapi dia begitu sibuk sepanjang waktu sehingga tidak bisa sepenuhnya menikmatinya.

Dia tidak bisa mengenyahkan pikirannya dari sosok Boss dan pertemuan mereka di ruang seni. Noeul tidak menyangka bisa melihat dan bicara dengan orang yang ia taksir, meskipun pada akhirnya ia tetap mengobrol dengannya. Dia tidak pernah pandai membaca isyarat non-verbal orang tapi dia yakin dan berharap bahawa Boss menyukainya. Perut Noeul bergetar tak terkendali akan kemungkinan itu.

Tangan Noeul yang kurus merogoh kantong depan ransel biru hitamnya, mencari kunci apartemen. Sedikit tersentak saat ujung jarinya menyentuh logam dingin disana, sembari berupaya untuk memilah kunci rumah karena banyaknya kunci di lanyard miliknya, dimana sebagian besar adalah kunci cadangan apartemen teman-temannya. Akhirnya, ia menyelipkan sebuah kunci perak ke dalam gagang pintu dan membukanya.

" First! " pekik Noeul saat dia menutup pintu. " Aku pulang "

Sambil mencoba melemparkan kuncinya ke dalam mangkuk di dekat tempat sepatu, ia melewati sasaran dan mendengar bunyi dentingan logam yang menghantam lantai kayu. Dia terlalu malas untuk merangkak ke sekitar mencari kunci itu sekarang, dan akan mengambil mereka nanti.

Sebuah pantulan suara menjawab dari suatu tempat di dalam apartemen mereka. " Bagaimana dengan les nya? "

" Buruk. Aku nggak tahu kenapa aku terus melanjutkannya. Rasanya sama seperti aku nggak belajar apa-apa. Otakku konslet setiap kali seseorang mengatakan kata matematika "

Segera setelah kata 'matematika' meninggalkan tenggorokan Noeul, First muncul dari sudut ruangan dan berpakaian sangat rapi. Jaket gelap dengan hanya kancing tengah yang terhubung tanpa dalaman di bawahnya, menyisakan kulit yang terbuka untuk siapa saja berimajinasi. Ditambah dengan celana jeans hitam yang ketat dan riasan yang pas, First terlihat fenomenal. Noeul mungkin akan tertarik jika orang itu bukan sahabatnya.

Sulit untuk menemukan First yang menarik ketika yang disaksikan Noeul selama ini hanyalah First yang kutu buku, mengupil dan sesekali menyembunyikannya di belakang sofa tanpa sepengetahuan Noeul di beberapa kesempatan.

" Wow! Kenapa kamu rapi banget? "

" Pesta ". First terdiam seolah Noeul tahu benar apa yang dia bicarakan, hanya untuk mendapatkan tatapan bingung sebagai balasannya. " Kamu lupa, kan? "

" Pestanya hari jumat "

" Ya. Hari ini memang hari jumat "

Noeul berkedip perlahan dan menyebikkan bibirnya. " Ini hari Kamis, First ", masih menyangkal.

Daripada membuang-buang waktunya berdebat bolak-balik dengan sahabatnya, First mencari-cari sesuatu di dalam blazer, tepatnya di kantong rahasia. Jari-jarinya bertabrakan dengan objek persegi panjang dan meng-klik layar hitam tersebut dua kali untuk menerangi layar, lalu secara agresif menyodorkan alat itu ke wajah Noeul.

Our Nude Model! ( BOSSNOEUL )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang