04. Kemana?

32 1 0
                                    

Sudah 1 hari mereka bertujuh tinggal di villa dan sisa 2 hari lagi mereka di sana. Saat ini mereka sedang asik bermain di halaman depan, karena di sana ada ring basket jadi lah mereka asik bermain basket.

"Bang Radit, ngga ikut main basket?" tanya Jidan yang langsung duduk di samping Radit yang sedang asik membaca buku.

"Mager gue Ji, lo ngga main?" tanya balik Radit dan Jidan pun menggelengkan kepalanya.

Tanpa bilang Jidan langsung merebahkan tubuhnya di sofa dan paha Radit sebagai bantalannya. Radit paham, jika Jidan sudah seperti ini pasti Jidan ingin bercerita.

"Bang," panggil Jidan dan Radit pun hanya hanya berdehem. "Hm ... Jidan mau cerita deh,"

"Cerita aja, emang lo mau cerita apaan?" tanya Radit sambil menutup bukunya dan menaruhnya di meja.

Jidan belum menjawab malah mengembungkan pipinya tanda dirinya sedang berfikir, Radit masih menunggu apa yang Jidan akan ceritakan kepadanya.

"Lo mau cerita apa? Sebelum kesabaran gue abis nih." Jidan yang mendengarkan itu terkekeh.

Jidan pun bercerita jika dirinya sedang menyukai temen sekelasnya itu. Jidan takut jika temen sekelasnya itu sudah mempunyai pacar.

"Emang lo udah nyoba nembak dia?" tanya Radit dan Jidan pun menggelengkan kepalanya.

"Kalo Jidan tembak nanti dia mati dong bang," Radit yang mendengarkan itu langsung menjitak kepala Jidan membuat Jidan meringis kesakitan.

"Lo ini emang belum pantes pacaran masih polos." Ucap Radit yang kesabarannya sudah mulai habis.

"Tapi Jidan mau pacaran sama dia bang," kata Radit.

"Siapa yang mau pacaran?"

Tiba-tiba Nanda datang menghampiri Jidan dan Radit membuat Jidan kaget dan langsung bangun dari rebahannya.

"I-itu bang hehehe bang Radit katanya mau punya pacar," ucap Jidan sambil menunjuk Radit membuat Nanda menatap curiga Jidan.

"Lah kok gue bu-hmpppttt" mulut Radit langsung di bekap oleh Jidan dengan tanpa dosanya. "Kalo gitu Jidan pergi dulu ya bang Nanda heheheh dadah," Jidan langsung kabur takut kena amuk Radit.

"Jidan! Sialang lo ya bekep-bekep mulut gue!" teriak Radit dengan kencangnya.

Setelah kabur Jidan langsung menghampiri Carli yang sedang asik bermain bola basket sendirian karena Mars, Hadi, dan Jaki baru saja istirahat di dalam kamar mereka, katanya lelah karena bermain basket.

"Bang Carli," panggil Jidan membuat behenti bermain dan menatap Jidan, "kenapa?"

Jidan mengajak Carli untuk keliling di sekitaran villa karena dirinya sangat bosan sekali dan Carli pun setuju.

Mereka bereka berdua pun berkeliling di sekitaran villa hingga mereka tanpa sadar memasuki ke sebuah hutan yang berada di belakang villa.

~~~

Hari semakin siang dan makan siang pun juga sudah tiba. Mars, Radit, Jaki, Hadi, dan Jaki sudah berada di ruang makan, mereka sedang menunggu Jidan dan Carli datang.

"Ini pada kemana sih dua bocil?" tanya Jaki yang sedari tadi tidak melihat Jidan dan Carli.

"Lagi sama bang Mars kali ya?" ujar Radit yang tidak sadar padahal Mars ada di sebelah kanannya itu. "Terus gue ini apa Dit?" kata Mars dan Radit malah terkekeh.

"Gimana kalo kita cari aja? Ini dua bocil kalo di kasih sendiri emang bikin kerjaan mulu dah," ucap Hadi dan mereka pun setuju.

Mars yang membagi tugas untuk berpencar. Dirinya pergi mencari di luar villa, Nanda mencari di taman belakang villa, Radit, Jaki, dan Hadi mencari di sekitar dalam villa karena villa ini ruangannya cukup banyak.

Mereka pun langsung mencari Jidan dan Carli yang entah menghilang kemana.

Sedangkan di sisi lain yaitu Carli dan Jidan. Mereka terjebak di hutan itu, tidak tahu harus lewat mana karena sedari tadi mereka berdua seperti hanya berjalan di tempat itu-itu saja.
Di sana juga tidak ada sinyal membuat tidak bisa mengabari abang-abangnya yang berada di villa.

"Bang gimana dong? Jidan takut banget nih," ucap Jidan sambil terus memegang lengan Carli dengan kuat.

"Lo tenang aja oke ada gue di sini," kata Carli, "lagian pasti sebentar lagi kita bakalan keluar." Lanjut Carli menenangkan Jidan yang sudah ketakutan.

Mereka berdua terus berjalan sesuai dengan otak dan kaki mereka, karena mereka sudah tidak tahu harus pergi ke arah mana.

Mata Jidan menyipit seperti melihat ada orang di balik pohon yang jaraknya sedikit jauh.

"Bang, lo liat ngga orang yang di balik pohon tuh?" bisik Jidan membuat Carli langsung mengalihkan pandangannya ke arah Jidan yang di tunjuk.

Carli meneliti orang itu, orang itu berpakaian serba hitam dan di tangannya seperti ada celurit dan itu membuat Carli melotot, "turunin tangan lo Ji!" kata Carli sambil menurunkan tangan Jidan sedikit kasar.

"Kita jalan mundur pelan-pelan abis itu balik badan tapi jangan lari, lo paham kan?" Jidan sedikit bingung tapi Jidan pun hanya menurut saja tanpa bantahan.

Sesuai intrupsi, mereka berdua berjalan mundur secara perlahan dan berbalik, namun Jidan malah berlari membuat Carli berdecak sebal.

Carli menengok ke belakang dan ternyata orang itu ingin berlari mengejar mereka berdua membuat Carli juga ikut berlari kencang.

"Bang ... Jidan ngga kuat bang sumpah..." Kata Jidan yang sudah kelelahan berlari.

"Siapa suruh yang lari? Kan udah gue bilang jangan lari,"

Carli menengok ke belakang dan orang itu semakin dekat dengan mereka berdua, Carli menarik lengan Jidan dan menambah kecepatan larinya.

Saat ini Carli benar-benar terus berdoa semoga ada orang yang menolong mereka berdua dari kejaran orang aneh itu.

~~~

Waduh Carli sama Jidan di kejar sama siapa tuh?? Duhh bikin takut ajaa🫢

Jangan lupa vote sama komennya yaa🌻

Babayyy🌻

Dreaming Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang